Aku tidak berani menyela pembicaraan beliau. Ku perhatikan, tetesan air mata kesedihan mengalir di pipinya.
Setiap ucapannya kusimak dengan seksama, tiada sedetikpun aku berkedip menikmati tatapan dan gerakan bibirnya yang lembut. Telingaku tak sabar mendengar suaranya yang sarat daya magis.
Sesekali otakku mencium aroma yang khas, semakin lama semakin jelas aroma yang terdeteksi.
Ya... aroma gosong aluminium yang terbakar.
Ya ampun... mati aku, lupa kalau tadi merebus air tuk sajian kopi sore ini.
Dan celakanya... belum belajar bagaimana mendaratkan pesawat ini!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H