Mohon tunggu...
Daniel Pasedan
Daniel Pasedan Mohon Tunggu... Guru - Berkeluarga, dua anak

Iklas, Jujur, Sederhana, Rajin, Peduli, Suka Berbagi, Cerdas, Berani, Tahu Diri, ... adalah Pondasi Pemimpin yang Dirindukan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Anakku Merampas Istriku

12 Februari 2012   11:05 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:45 5846
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1329042113879048744

Leo sudah bertekad untuk meninggalkan masa lajangnya tahun ini. Selama sepuluh tahun belakangan, dia sangat fokus dengan pekerjaannya dan membantu keempat adiknya yang masih sekolah pun mencukupi kebutuhan bapak ibunya. Karir Leo cukup bagus dan dimata pimpinannya, dia layak menempati posisi manager.

Belakangan ini, Leo merasa ada satu kebutuhan yang mendesak untuk diupayakan. Bagaimana tidak, diusia tiga puluhan dia sama sekali tidak bersentuhan dengan dunia perempuan. Jangankan menikah, pacar saja dia tidak punya. Sebetulnya ada banyak perempuan yang memperhatikan Leo, teman kerjanya lebih banyak perempuan. Gila juga nih manusia satu ini, apa sih yang kurang? apasih enaknya membujang? demikian celoteh teman-temannya kerap menjewer kupingnya.

Sangat masuk akal sih, keputusan Leo untuk tetap membujang. Dengan demikian dia bisa konsentrasi dengan pekerjaan yang dia raih dengan susah payah dan juga membiayai empat adiknya yang masih sekolah. Tahun ini salah satu adiknya lulus kuliah, satu masih kuliah dan dua masih di bangku SMA. Maklum saja, Leo adalah anak sulung dari lima bersaudara.

Hari berganti hari, Leo tetap memendam rasa gundah mendambakan sebuah hubungan serius. Nak... apa belum ada perempuan yang mau dekat denganmu? Nak... kamu kan tahu... Ibu sering sakit-sakitan, bapak kamu juga sudah tua. Kami berdua sangat ingin melihat kamu bersanding dengan seorang perempuan yang akan membahagiakannmu nak. Ibu merindukan suara tangis cucu ibu. Leo hanya terdiam ketika ditanya ibunya saat mereka sedang menikmati kebersamaan di rumah. Hati Leo serasa tercabik-cabik, di satu sisi dia ingin membahagiakan kedua orang tuanya, namun disisi lain dia merasa belum cukup berani untuk menikah.

Suatu hari, ketika Leo bertugas ke pelosok untuk mengawasi proyek listrik masuk desa, dia berkenalan dengan seorang perempuan muda. Dia hanya tamatan essemka pertanian, di desanya Lina dikenal oleh semua penduduk. Dia tipe periang, kegiatan sehari-harinya adalah membantu para warga menekuni dunia cocok tanam. Dengan bantuan Lina, hasil panen lebih meningkat. Cukup banyak variasi tanaman yang dikembangkan oleh warga berkat informasi dan ketekunan Lina membimbing para warga.

Ada sesuatu yang bergejolak di dada Leo, namun dia sungguh kesulitan untuk mengungkapkannya. Tidak terasa, proyek tersebut selesai dikerjakan, penduduk desa kini sudah bisa menikmati terang lampu di malam hari. Satu persatu warga sudah mulai membeli televisi. Anak-anak sudah leluasa belajar dengan penerangan yang cukup. Akhirnya Leo harus kembali ke tempatnya, dan sampai saat ini tidak ada ungkapan hati yang tertuang di sana.

Kembali Leo menempuh hari-harinya seperti sedia kala, namun bayangan sosok perempuan desa yang dikenalnya sungguh mengganggu pikiran, ingin rasanya menelpon apa daya di sana belum terhubung dengan saluran telepon. Sepertinya rasa ini sudah tidak bisa dibendung lagi! Tidak ada cara lain selain mendatangi Lina untuk menghapus segala bayangannya. Mungkin ini kesempatan saya, saya harus berhasil mengalahkan keraguan pada diriku.

Dari jauh, seorang anak berlari di pematang.  Di wajahnya tersirat pesan penting yang hendak disampaikan. Mbak... mbak Lina cepat pulaaaanng, ada tamuuuu. Lina berdiri dan memperhatikan anak yang berlari kepadanya. Ada apa? kok sampai tergesa-gesa begitu?... Mbak...mbak Lina... sambil terengah-engah... mbal Lina cepat pulang, ada tamu! Tamu?... iya ada tamu yang mencari mbak Lina, sekarang ada di rumah... sama bapak, mbak Lina diminta segera ke pulang. Sambil terus berpikir, ada tamu? tamu siapa yah... dari mana, perasaan tidak ... agh... Segera Lina membereskan peralatannya dan tak lupa pamit dengan petani lain.

Ehh... kang Leo, sudah dari tadi? apa ada masalah dengan proyek listrik? Ahhh sudahlah Lin... kamu bersih-bersih dulu baru kita ngobrol dengan mas Leo... Rupanya pembicaraan sudah terjalin akrab antara Leo, ibunya  Lina dan bapaknya.

Pak, bu... begini. Maksud kedatangan saya ke sini bukan untuk urusan proyek listrik. Namun... semenjak proyek di sini selesai dan kembali, saya sama sekali tidak bisa konsentrasi. Bayangan dek Lina selalu hadir dalam hidupku. Daaannnn... jika bapak ibu tidak keberatan, saya ingin menikahi Lina. Dek Lina, maukah engkau menikah denganku? Lina menatap Leo dan lalu tertunduk... kemudian dengan perlahan mengatakan iya... mas sambil mengangguk. Singkat cerita, pembicaraan berlangsung dengan baik. Lina pun tidak keberatan bahkan setuju menjadi pendamping hidup Leo.

Acara nikah dilangsungkan dengan meriah di desa, suasana sangat akrab ala desa. Semua warga desa hadir, dari anak-anak sampai kakek nenek, memberi ucapan selamat kepada pengantin baru. Dan yang lebih mengharukan, ternyata pimpinan dan rekan-rekan Leo hadir. Sungguh sebuah acara pernikahan yang meriah. Para hadirin terlihat menimati hidangan sambil bercengkrama satu dengan lainnya, semua terlihat hanyut dalam suasana gembira.

Setelah menikah, Lina mengikuti suaminya ke kota. Para warga merasa sangat kehilangan dengan sosok Lina yang selama ini telah banyak membantu mereka. Kalian tidak usah gelisah, saya akan sesekali datang untuk kalian. Mereka tidak tinggal bersama orang tua Leo, mereka memilih mengontrak sebuah rumah di kompleks perumahan yang terletak tidak jauh dari tempat kerja Leo.

Hari-hari mereka selalu diliputi kebahagiaan, hidup mereka sungguh sebuah gambaran keluarga yang harmonis. Untuk tetap beraktifitas, Lina tidak berhenti sebagai ibu rumah tangga saja yang sehari-hari cuma mengurusi suami dan pekerjaan rumah lainnya. Dia membuka warung kelontong kecil-kecilan, dia memanfaatkan garasi yang belum terpakai untuk berjualan. Sore hari dia meluangkan waktunya untuk mengajari anak-anak disekitar kompleks perumahan, materinya bervariasi mulai dari mengenal tanaman, membaca, berhitung. Aghhh... beruntung sekali nih Leo mendapatkan perempuan sehebat itu, selain parasnya yang ayu, kemampuan serta kreatifitasnya membuat orang-orang disekitarnya senang.

Semenjak mereka mengetahui bahwa Lina mengandung, mereka secara rutin melakukan pemeriksaan. Bayi mungil dalam kandungan ibu adalah seorang perempuan cantik, kondisinya sempurna. Demikian kata dokter setelah melakukan pemeriksaan dan hasil scan. Terima kasih dokter, bagi kami... laki-laki atau perempuan itu sama saja, semuanya perlu disyukuri.

Kehidupan Leo dan Lina sungguh mesra dan harmonis. Hampir tidak ada masalah berarti yang tidak bisa mereka selesaikan dengan baik. Ini bisa terjadi karena mereka saling mendengarkan. Termasuk hubungan dengan keluarga mereka, baik keluarga Leo maupun keluarga Lina.

Hari itu jumat, tepatnya tanggal sembilan desember. Keluarga Leo diliputi rasa bahagia dan sukacita, anak pertama mereka lahir dengan normal. Terlihat dengan jelas kebahagiaan dari wajah Lina, walau masih kondisi letih. Namanya siapa pah? bagaimana kalau... Lena Puspita..., haha nama yang indah... itu nama mantan pacar yah pa?... Leo tersipu malu... ah mama, jangankan pacar... dekat-dekat perempuan saja aku sering grogi...

Puspita tumbuh sehat, semakin hari kecantikannya terlihat jelas... Namun ada sesuatu mulai mengganggu pikiran Leo. Tidak seperti awal perjumpaan dengan Lina sampai melahirkan. Dia mulai merasakan jika Lena sudah merampas istrinya. Perhatian terhadap Lena adalah prioritas Lina, terkadang hidangan kopi sudah mulai lupa karena sibuk mengurus Lena. Dan yang paling mengganggu Leo adalah ketika mereka sedang bermesraan, tiba-tiba Lena membatalkan segalanya. Hmmm... saya tidak pernah menyangka akan seperti ini. gumam Leo!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun