Mohon tunggu...
Pascalis PeWe
Pascalis PeWe Mohon Tunggu... Full Time Blogger - wirausaha sejak usia 37 th

Jangan takut memulai usaha, yang kamu takutkan justru ketika kamu terlambat memulainya

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Ngintip Simbah-simbah Ostrali 1

10 Oktober 2015   18:39 Diperbarui: 12 Oktober 2015   18:21 359
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejak bekerja jadi buruh tani di Ostrali kondisi tubuh saya selalu ngedrop begitu sampai rumah. Badan mengondisikan otak untuk shut down tiap kali pulang kerja. Penginnya ngorok di tengah kepungan cuaca dingin dibawah 10℃ di musim dingin.

Suatu pagi saat pertama menginjakan kaki di Adelaide, Ostrali dan ndak kerja, saya heran dengan banyaknya orang tua lanjut usia alias mbah simbah. Dimana-mana muncul penampakan simba- simbah, di jalan, di bus, di pasar, bahkan di mal. Suasana kota ini memang tenang, bahkan cenderung membosankan. Pantas kalau banyak mbah simbah menghabiskan sisa hidup di kota ini untuk mencari ketenangan sekaligus "dalan padang" (baca: jalan terang).

Mereka memilih Kota Adelaide untuk menghabiskan hidup. Adelaide tuh kota yang bersih, teratur tapi sepi cyi.....n. Meski sepi pemerintahnya hobi membangun infrastruktur dan fasilitas publik. Kita bisa temukan lampu bangjo dengan tombol penyeberangan dimana pun, taman bermain dan alat permainannya termasuk alat gym, jalur sepeda di semua jalan, halte tiap100m dengan rute bus hingga pelosok, pemilahan sampah dari rumah tangga hingga TPA dan pasti trotoar luas di setiap jalan untuk pejalan kaki sekaligus tanaman perindang. Oh ya jangan ge er dulu soal pohon ini. Tanaman perindang ini ditanam BUKAN untuk manusia tapi untuk burung sebagai habitat unggas yang dibiarkan hidup liar.

Bisa bayangin kan asyiknya hidup di Adelaide. Tak heran klo kota ini disebut kota terbersih, kota yang manusiawi. Alhasil banyak orang tua tua, akung-uti, simbah simbah pun menghabiskan hidup disini. Saya mengira seluruh fasiltas ini sebenarnya dibangun untuk mereka. Makin berkualitas hidup simbah akung uti ini makin manusiawi kota nya.

Sesuai judulnya yang provokatif Ayo kita intip mbah simbah ini. Ngintip gaya hidup mereka niscaya kita akan tahu bahwa bahwa kehidupan mereka menjadi sangat sejahtera merepresentasikan kehidupan warga kota.

                                                                       ***

Orang2 tua di Adelaide pensiun di usia 65/66 tahun. Di hari tuanya mereka tetap bisa dikatakan hidup bahagia meski banyak yang tinggal sendiri di rumah tanpa anak dan keluarga yang urus mereka. Mengapa? Ya anaknya dah hidup sendiri sedari kuliah. Sementara para tua tua ini biasa hidup mandiri tanpa kekurangan apapun. Semua sistem mempermudah kehidupan mereka untuk melakukan apapun. Mereka hidup dengan uang pensiun, asuransi, bahkan buah dari hasil investasi. Klo Uang pensiun tak cukup, tinggal daftar di center link, lembaga pemerintah yang menyubsidi beaya hidup mereka. Pemerintahpun akan menyuplai beaya hidup perdua minggu sekali. Enak tho!

Akhirnya ketika beaya hidup sudah tidak menjadi masalah maka hari demi hari dijalani dengan tanpa beban. Gaya hidup mereka pun menarik diintip. Mereka ndak aeng aeng, tak melanggar aturan tapi memang tak lazim dengan kultur kita. Sadar hidupnya sudah uzur ya tinggal menikmatinya saja. Salah satunya mereka rajin main ke mal. Dari rumah ke mal menggunakan bus umum yang sudah fix jadwal dan rutenya. Halte bus pun tak jauh dari rumah mereka bahkan mereka yang pakai alat bantu jalan dengan mudah naik bus. Lantai bus yang tingginya lebih dari 45cm dari jalan secara otomatis bisa diturunkan sedekat mungkin dengan lantai jalan. Operator bus pun cuma satu orang yaitu sopir. Ndak perlu kenek apalagi copet...hahaha. Bayar bus bisa pakai uang tunai atau langsung ke sopir, namun hampir semua orang punya kartu bus. Tinggal sentuhkan kartu di alat sensor. Beres!

Jangan salah, mbah simbah ini ada juga yang kaya. Mereka yang kaya bisa driving sendiri ketempat tujuhan. Pernah sekali seorang wanita tua menghampiri saya minta agar saya berdiri di belakang mobil. Dia mau mundur, keluar dari parkir area tujuannya agar tidak nyenggol mobil belakangnya. Setelah saya amati wow...mobil nya keren BMW keluaran terbaru. Pantes minta dikasih aba aba di belakang biar gak nabrak mobil lain tapi saya jadi deg deg sir mobil lain aman tapi pantat bisa kesenggol mobil mewah nih....untung simbah ini ahli nyetir.

Kembali ke mal. Mbah simbah ini datang tiap pagi ke mal, sunday market, atau kegiatan jual beli lain. Adapun tujuannya, Pertama belanja kebutuhan. Orang tua tetep butuh makan kayak kita. Kedua sarapan pagi, makan siang dan minum kopi. Ada yang sendirian atau juga bersama teman. Sarapannya sederhana untuk ndak mengatakan irit yaitu roti sepotong plus kopi late....mana kenyang tho...ya namanya perut bule ndak kayak perutmu....apa apa sego+krupuk+sambel.

Saya mikir juga tiap kali jalan di mal "kenapa kafe kafe ini didominasi mbah simbah?" Jawabanya jelas mereka bosan tinggal di rumah sendiri trus janjian ma teman ngopi bareng. Mungkin! Yang jelas mereka hanya ingin santai, menikmati hidup, bukan untuk cuci mata cari pacar...ampun deh sudah uzur.....cyiin!

Lanjut disini

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun