Artinya imannya belum teguh karena kurang yakin atau masih ada keraguan dalam beriman, pancaran imannya belum masuk di relung hati yang paling dalam. Mudah terombang-ambing dan bimbang saat menghadapi godaan dan tantangan dalam perjalanan imannya.
Di sinilah pentingnya dalam beriman diawali ilmu dan dijaga dengan terus belajar atau memperdalam ilmu. Pertama, melalui membaca buku-buku, mengikuti majelis-majelis taklim, aktif di forum-forum diskusi yang membahas keimanan dan keislaman.
Perintah Allah yang pertama dalam al-Qur'an adalah "bacalah" sebagai pondasi dalam keimanan. Kunci dari memahami Islam dan beriman dengan baik adalah membaca atau terus belajar, upgrade pengetahuan.
"Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan" (Q.S. Al'alaq [96]: 1).
Kedua, memiliki guru, murabbi atau musyrif yang membimbing keimanannya. Selama ini belum ada yang membina, mengurus, memantau, mengevaluasi dengan penuh tanggung jawab untuk pertumbuhan keimanan kita. Maka penting adanya seorang guru atau murabbi yang memproses dan menempa iman secara intens.
Lingkungan saat ini cukup sistematis yang menjadikan iman tidak tumbuh dengan baik. Sebab sistem kehidupan, sistem pendidikan, sistem ekonomi dan budaya kurang mendukung pertumbuhan iman.
Ketiga, berteman dengan lingkungan pergaulan yang baik.
Selama ini, banyak orang terjebak dalam pergaulan yang menggerus keimanannya. Terkadang teman-teman komunitasnya membuat lalai dari ibadah.
Istilah anak-anak sekarang memilih circel yang mendukung untuk menguatkan keimanan. Rasulullah dalam hadist telah memberikan nasehat terkait pertemanan dalam keimanan.
Dalam sebuah hadits Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
"Agama Seseorang sesuai dengan agama teman dekatnya. Hendaklah kalian melihat siapakah yang menjadi teman dekatnya." (HR. Abu Daud dan Tirmidzi, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Silsilah Ash-Shahihah, no. 927)