Poniman : “Kiye bar narik, agi ngenteni, wis suwe pisan malah wonge ora metu-metu!” (Habis bawa penumpang nek, sudah lama menunggu bayaran tapi orangnya belum juga keluar)
Nenek : “Sapa si?Lanang apa wadon?” (Siapa sih? Laki-laki atau perempuan?)
Poniman : “Wong wadon, sing rambuten kriting semiran abang” (Perempuan, berambut kriting dan rambut dicat merah”
Nenek : “Haaa!?”
Tiba-tiba si nenek lari dengan terpincang bergegas pulang.
Poniman : “Hee...ni...! Detakoni malah mlayu, kepriwe sih?” (Nek, ditanya kok malah lari...)
Sambil berlari dan berteriak si nenek akhirnya menjawab.
Nenek : “Kuwe wong wis mati minggu wingi, kendat! Saben wengi medeni wong!” (Itu orang sudang meninggal minggu lalu, gantung diri, setiap malam menghantui penduduk !)
Poniman : “SING BENER BAE!!!” (YANG BENAR SAJA!!!)
Poniman sangat kaget, lalu beranjak dari tempat duduknya, mengambil caping lalu naik ke jok becak, dikayuhnya becak itu dengan sangat cepat meskipun jalan menanjak. Perjalanan yang biasa ditempuh dalam tigapuluh menit, malam itu hanya butuh sepuluh menit, sampai-sampai caping terjatuh, diapun tak menghiraukannya. Sesampainya di rumah, dia langsung masuk rumah berdinding anyaman bambu, sementara istrinya sedang sibuk membersihkan beras bantuan yang penuh dengan pasir dan serangga.
Istri : “Ana apa pak, ngos-ngosan temen?” (Ada apa Pak, kok ngos-ngosan?)