Selasa, 18 Desember 2018 kelas 8 SMP Al Irsyad mengadakan studi lapangan di Sentra peternakan di Desa Banyuanyar. Kami berangkat sekitar pukul 06.15 Wib dengan dua bus, satu bus untuk peserta putra dan yang satu lagi untuk peserta putri.
Sekitar pukul 8.30 Wib kami sudah sampai area lokasi di Dukuh Ngemplak Desa Banyuanyar Kec. Ampel Kab. Boyolali. Hampir 2 jam kami ditemani Pak Suwarto yang biasa dipanggil Pak Warto berkeliling sambil berbincang seputar sapi perah. Peternakan sapi perah dan pengolahan susu menjadi fokus pelajaran kali ini.
Penduduk desa Banyuanyar selain tani, mayoritas berprofesi sebagai peternak sapi perah. Untuk mewadahi para petani, tahun 2008 dibentuk kelompok tani. Pak  Suwarto didapuk menjadi ketuanya. Sebanyak 23 warga ikut berpartisipasi di kelompok tani tersebut. Sekarang, selain pengolahan susu, kelompok tani melebarkan sayap dengan membuka pengolahan kopi dari hasil panen warga.
Kelompok tani pimpinan Pak Warto sudah cukup dikenal, bahkan disegani di Jawa Tengah. Tercatat pada tahun 2016 kelompok Tani pimpinan Pak Warto menjadi juara 1 lomba kelompok ternak sapi perah tingkat Jawa Tengah. Maka tidak heran, kelompok Tani Banyuanyar menjadi tempat rujukan bagi yang ingin belajar ternak sekaligus mengelola hasilnya.
Peternakan Pak Widodo
Lokasi pertama yang kami kunjungi adalah peternakan sapi perah miliknya Pak Widodo. Menurut penuturan Pak Widodo, sebelum memiliki sapi sendiri, beliau berternak dengan sistem bagi hasil dengan pembagian keuntungan 40 : 60, 40 pemelihara dan 60 pemilik.
Pak Widodo menambah sapi perahnya dengan cara membibit sendiri. Sapi yang baru lahir dipilih yang bagus dan dibesarkan hingga siap untuk di perah. Butuh kurang lebih 2,5 tahun untuk menunggu sampai sapi dapat menghasilkan susu. Sekarang, total ada sekitar 20 ekor sapi yang dipelihara Pak Widodo.
Peternakan sapi milik Pak Widodo setiap hari nya sudah rutin menghasilkan susu murni hasil perahan. Setiap sapi dapat menghasilkan  15 - 20 liter susu perhari. Jika diakumulasi dari 15 ekor sapi yang siap perah, susu yang dihasilkan 175 liter susu per hari. Susu hasil perahan dijual dengan harga rata-rata 5rb tiap liternya.
Menurut pengauan Pak Widodo, kendala utama dialami ketika musim kemarau tiba. Air menjadi barang langka yang dicari peternak. Di musim kemarau Pak Widodo biasanya membeli air tangki sebanyak 5000lt dengan harga 130rb rupiah. Padahal tiap sapi menghabiskan kurang lebih 40 liter setiap harinya. Alhasil, air 5000lt hanya dapat digunakan minum ternak selama 3 hari.