Dibawah tiang bayang bayang
Aku terhenyak, melamun, diam
Malam itu begitu aneh
Tak ada pasangan kecuali ilusi
Lelaki bergandengan tangan
Tanpa perempuan
Bermesra di bawah pohon bengkuang
Aku geli sekali
Pohon itu bercahaya kini
Remang remang, sekarang benderang
Warung kaki lima berserakan
Lalu lalang diantara malam yang menjelma nuansa
Dulu pernah diceritakan kakek ku
Kalau akan ada masa, laki laki dan perempuan tak malu lagi
Kenapa sekarang, Laki laki dan laki laki
Tanpa malumalu berkeliaran
Akankah masa itu tlah hilang
Tak ada rupanya masa itu, sekejap mungkin
Ada yang hilang. Akal hilang
Pasti bukan
Selera telah berubah
Bagaimana besok?
Aku ingin rasanya bertanya
Kakekku salah bicarakah
Kakek tetanggaku yang seorang anak lelaki
Dijamah akiaki beruban
Nampak diatas sana masih sama
Awan beriak gelap gulita
Disekeliling. hanya ocehan receh
Menatap kanan dan kiri sudah tak lagi sedap
Keluar rumah malam iniÂ
Niatku memanja mata
Kuurungkan saja. Aku tak lagi berhasrat
Linimasa berseliweran
Para penjaja. Akankah baik baik saja
Aku ingin ke kampung menemui kakekku
Kembali waras itu lebih penting
Kota katanya. Maju katanya
Entahlah ini
Kalau engkau ada. Lebih baik bernostalgia kemasa lalu
Penuh kenormalan
Setidaknya bukan ku dengar cerita lelaki sesama
Wanita sesama
Samasesama
Bayang bayang makin nampak
Begitu gelap
Semakin
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H