Mohon tunggu...
parman rudiansah
parman rudiansah Mohon Tunggu... Guru - Guru

Hobi membaca, tidak suka berisik, dan menulis puisi bagian caraku menafsir tabir

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Tahun Baru

28 September 2024   13:14 Diperbarui: 28 September 2024   13:18 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Matahari menyingsing menertawa rasanya

Setelah sekian lama aku bertapa 

Tepatnya aku diam tak bersua

Aku terhanyut di kelam dunia

Diluluhlantahkan tak ber sisa 

Menengok sekeliling pandanganku masih tak menepi

Angin menampar mukaku yang kaku

Rupanya sekian purnama tak lagi ku rasa 

Pagi ini rupanya jawab itu laksana

Aku tertegun saja dibawah 

Ragu itu terus saja mendamping

Meski aku tak lagi peduli

Daun nyiur melambai

Tinggi semampai 

Bongkahan batu terjal mencubit 

Darah segar, kakiku begitu halus rupanya

Hujan angkuh sore itu

Bersiul manja di atas pualam

Aku dan daun pisang bermesra

Melihat tetesan demi tetesan 

Dingin menyergap seketika

Tak ada asap menyengat

Panjang ku bernafas dalam

Kakiku bergetar linu kaku

Seketika suara memecah

Sebongkah ketela terhidang dimeja

Nira hangat menemaniku

Harum kerongkonganku serat

Habis tak tersisa

Senyum manis simpul menggoda

Apalagi yang harus ku kejar

Berkali dunia ini terbalik

Tangan indah itu selalu bersamaku

Menggengamku dan ku toleh sebersit 

Jangan di ganggu dia

Atau pecah kepala

Tanpa musik jedag jedug

Saat disisinya itulah rasanya

Melihatnya saja 

Jangan berlebih katanya 

Kataku biarkan saja

Karena kau dan

Jengkalan keindahan 

Tanpa jeda

Ini ku hadiahkan 

Jangan kau lirik dekap saja 

Aku tak bisa melukiskanmu

Habis kataku di sapu air langit

Sore ini

Esok pagi kita akan menjemput

Menjemput cerita baru

Hentikan senyummu itu

Tuhan begitu indah 

Aku tau itu

Kamu dan waktu adalah hadiahku

Sayang hanya ada yang tertinggal

Aku lupa kamu telah bertambah dewasa

Jangan lipat bibirmu

Aku minta maaf

Semoga kamu bahagia bersamaku

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun