Menggema syair tuhan diatas bumi
Langit berarak pada awan
Mengapa darah tak pernah berhenti
Dan luka seolah bumbu madu
Semestikah itu sebuah jawaban
Dinding batas kuburan itu nampak bernyanyi
Bongkahan itu nyata saksi bisu yang abadi
Dan manusia wayang yang lekang
Ruang penuh darah ambisi
Dalam tak berbatas
Suara retakan terus berhalu
Aku bak diterjang gema
Inikah matahari mimpi siang itu
Dan rembulan berlari malam
Ku tak tahu lagi antara mimpi dan terjaga
Sama saja
Senyum manis diantara kokang dan peluru
Menyisakan pilu dan hening setelah
Pandangan ku kini hadirkan lirik duka
Kalaulah ini sebuah menisankan
Dan retakan adalah keharusan
Sunyi sebuah cinta nisbi
Namun aku tak pernah hadir
Aku bersemayam dalam jejak
Habis arang debu berhambur
Aku angin yang tak pernah diharap
Lantas panas habis
Terbang selalu bermega
Menembus dinding panggilan
Semoga bergetar haus berhembus
Tanpa sapa tanpa nama
Hanya sebuah Kata-rasa
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H