Mohon tunggu...
parman rudiansah
parman rudiansah Mohon Tunggu... Guru - Guru

Hobi membaca, tidak suka berisik, dan menulis puisi bagian caraku menafsir tabir

Selanjutnya

Tutup

Puisi

bisikan nisan

28 September 2024   07:41 Diperbarui: 28 September 2024   07:42 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Menggema syair tuhan diatas bumi

Langit berarak pada awan

Mengapa darah tak pernah berhenti

Dan luka seolah bumbu madu

Semestikah itu sebuah jawaban

Dinding batas kuburan itu nampak bernyanyi

Bongkahan itu nyata saksi bisu yang abadi

Dan manusia wayang yang lekang

Ruang penuh darah ambisi

Dalam tak berbatas

Suara retakan terus berhalu

Aku bak diterjang gema

Inikah matahari mimpi siang itu

Dan rembulan berlari malam

Ku tak tahu lagi antara mimpi dan terjaga

Sama saja

Senyum manis diantara kokang dan peluru

Menyisakan pilu dan hening setelah

Pandangan ku kini hadirkan lirik duka

Kalaulah ini sebuah menisankan

Dan retakan adalah keharusan

Sunyi sebuah cinta nisbi

Namun aku tak pernah hadir

Aku bersemayam dalam jejak

Habis arang debu berhambur

Aku angin yang tak pernah diharap

Lantas panas habis

Terbang selalu bermega

Menembus dinding panggilan

Semoga bergetar haus berhembus

Tanpa sapa tanpa nama

Hanya sebuah Kata-rasa

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun