tak pernah
aku tahu tentang
bagaimana ini begini
dan bagaimana
itu begitu
bagaimana soal
menyerang
soal bertahan
soal melepas granat
bagaimana tanah lepas arang
bagaimana
bagaimana mereka
bagaimana kita
bagaimana kami
bagaimana berbagi nyawa
tanah memerah
tak harus darah
tanah menghitam
tak harus busuk
tanah menguning
tak harus hama
tanah tanah kuburan
tak harus bernama
kakekku adalah satu diantara
ber puluh uluh
ber ratus atus
ber ribu ibu
kakekku hanya sendiri
tak bertuan
tak berbaju
tak bersepatu
tak sendiri
nama baru
hak lama
aras mengeras
alas sudah memelas
satu janji pada anak sanak
pada isteri bertangga
untuk kembali berpeluk pupuk
mata haus di seka
angan haus di pandang
syahdu haus di waktu
semua haus di dalam sana
semua beranjak
tak kecuali
semua pergi
tak kembali
semua pamit
begitulah kata kakekku
aku diam
menyapu air yang hampir hilang
menutup mulut yang hampir luput
aku hanya merasa
berguruh
serba rasa
aku hanya berpikir
kakekku masih harus
menahan luka
kakekku masih harus
memenjara duka
kakekku masih harus
bertahan dalam cerita
aku malu
kenapa aku harus tahu itu
aku malu
merasa pantas berteriak
aku malu
pada mereka mereka
merdeka?
kata itu
bukan untukku
tapi untukmu kek
juga semua kakek kakek
yang bahkan...
entah dimana rimbanya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H