Sang surya bertanya pelan
Sambil mengusap kulit ciremai yang memanas
Memancar merobek atmosfer
Dimanakah kedamaianmu ciremai
Dimanakah kau letakkan kesejukkanmu
Lihatlah kebawah
Peluklah sekelilingmu
Mampukah kau luluhkan kembali hatimu
Mereka tak berdaya saat kau pongah
Mereka nyaris mati saat kau tak lagi mengendalikan diri
Ibu pertiwi sudah menepati janji
Bumi yang asri dan rindang ini
Tlah diberikkannya
Ladang yang luas, menghampar hijau
Tidak kah kau dapat saksikan
Tengoklah saat ku datang
Saat ayam jantan berkumandang
Saat semesta raya bersenandung
Ku tlah hadirkan kedamaian
Ku tahu saat semua masih dalam cengkraman
Penjajahan itu masih dapat kurasakan
Keresahan-keresahan berkelindan
Masih berkecamuk dalam darah dan dagingmu!
Itu satu bukti bagiku
Pertiwimu masih menancap dalam aliran darah
Yang tak bisa dibeli dan digantikan oleh apapun
Kini kami berharap
Dalam kesyahduan tanpa kegundahan lagi
Kau lihat anak cucu kita
Darahnya masih merah
Tulangnya masih putih bercahaya
Itu sudah cukup adil
Untuk sebuah negeri yang masih belajar
Tentang arti pertiwi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H