Kamu jangan lari
Menyangkalnya kamu berdusta
Jangan mau dikejar bayang
Api itu bermakna bila membakar
Melupakannya adalah mustahil
Lihatlah mentari disana
Yang nampak jauh tapi terasa
Kamu jangan lupa
Kamu hartaku. Yang sempat terjeda saja
Jangan dikejar. Kopi segelas tidak cocok untuk dipandang
Nikmati. Resapi
Senyummu nampak merona
Menggoda bayang bukan. Siapa sangka. Akupun tidak
Menari diatas permadani
Daun berguguran
Lihatlah dirimu kini
Malam ini begitu syahdu bahkan tanpa rembulan
Jangan tanya. Ya kamulah rembulannya
Kemarilah duduk bersamaku
Gemgam erat. Jangan kau lepas. Nanti saja
Mungkinkah. Jalani saja
Rasa yang terukir
Jangan mencoba memberi bunga pada bunga
Tepuk tangan disana. Jangan kau bilang tak melihat
Lirikan penuh godaan
Sekali lagi diluar. Cukuplah kau diam temaniku
Kenapa hilang. Oh kau terlelap rupanya sayang
Tubuhku bergetar.
Merindukanmu bukan tanpa sebab
Poriku mengerucut
Sepenggal rasa yang nampak aneh kembali
Jangan kau lupa diri
Jarum jam bergerak
Tanpa lelah, sekalipun kamu sengaja buang waktu
Tanpa dendam
Aku menunggumu
Ulurkan saja tanganmu. Pejamkanlah
Kau merasakan angin musim ini?
Pada waktu ku serahkan kamu
Sejengkal rasa yang nyaris patah
Tumbuh mekar
Ciumi wanginya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H