Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Slow Living Sebuah Dilema Anak Negeri

27 Januari 2025   17:49 Diperbarui: 27 Januari 2025   17:49 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

6. Lakukanlah kegiatan yang menyenangkan dan membuat Anda merasa bahagia, seperti membaca buku, mendengarkan musik, atau melukis.

7. Tetapkanlah batasan waktu dan energi Anda untuk menghindari kelelahan dan stres.

Contoh Kegiatan Slow Living di Kota

1. Berjalan kaki di pagi hari untuk menikmati udara segar dan melihat kota yang masih sepi.

2. Mengunjungi pasar tradisional untuk membeli bahan makanan segar dan menikmati suasana yang lebih santai.

3. Menghabiskan waktu di taman untuk menikmati alam dan melupakan stres.

4. Membuat makanan sendiri untuk menikmati proses memasak dan memiliki makanan yang lebih sehat.

Dengan melakukan kegiatan slow living yang sederhana, konon Anda dapat menikmati hidup yang lebih santai dan bahagia, bahkan di tengah kota yang sibuk

Tak sesuai ekspektasi

Sayangnya dalam dinamika hidup sehari-hari, tentu tak semua akan sesuai dengan ekspektasi kita. Contoh konkret adalah generasi muda now yang belum tentu sejalan dengan adat-istiadat yang diajarkan ortunya. Maklumlah mereka ditempa di alam modern sekarang yang serba berhitung, tapi celakanya juga yang serba jaim. Karena serba jaim itulah, mereka frequently lupa bahwa itu kurang etis, bahwa itu bukan narasi dari leluhur kita bahwa kita hidup tak boleh lepas dari keluarga besar dst.

Juga kita sadari bahwa UMR di negeri ini belum dapat mendukung hidupnya selama satu bulan penuh, kecuali dari A sampai Z harus dihitung dengan cermat mulai dari sarapan pagi, transportasi ke kantor dst dst. Masalahnya itu tak semua sejalan dengan body language ybs. Bagaimana kalau anak itu malas menyiapkan breakfastnya sendiri, bagaimana kalau ongkos online berapapun tak menyurutkan langkahnya untuk berangkat kekantor, meski dengan harga jitak ketimbang naik angkot rakyat misalnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun