Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Omon-Omon tentang Petani Kopi Milenial dan Kopi Ireng Planga-Plongo

25 Januari 2025   19:22 Diperbarui: 25 Januari 2025   19:22 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nyruput kopi di Padaswatu, Joyosuko, Malang. Foto:Parlin Pakpahan.

Barista dalam konteks ini kurang dilatih untuk menjadi duta kopi. Peran Barista tidak hanya sekadar menyeduh kopi, tapi juga menyampaikan narasi kopi yang berhubungan dengan identitas lokal. Misalnya, menjelaskan "Kopi Dampit" sebagai salah satu produk unggulan dari Malang Raya.

Ini menjadi ironis di kota seperti Malang, yang terkenal dengan kopi lokalnya, namun sebagian Barista tidak memiliki kemampuan untuk memanfaatkan identitas kopi tersebut sebagai nilai tambah.

Fokus pada bisnis vs pengalaman pengunjung

Pernyataan Kiki bahwa "yang penting bisnis bagi pengusaha caf" menggarisbawahi mentalitas sebagian pemilik kedai kopi, yang lebih menekankan estetika tempat daripada kualitas layanan. Ini membuat kedai kopi terlihat modern secara visual, tetapi kehilangan daya saing dari sisi pengalaman pelanggan. Dampaknya antara lain kurang memanfaatkan potensi wisatawan. Kedai-kedai kopi seperti ini mungkin menarik bagi mahasiswa atau penduduk lokal, tapi tidak cukup memikat pelancong yang mencari pengalaman otentik; merugikan citra kopi lokal. Jika wisatawan asing atau domestik disuguhi kopi tanpa cerita atau identitas yang kuat, mereka kehilangan kesempatan untuk mengenal kopi Dampit, Kawi, atau Arjuno sebagai bagian dari khasanah Malang Raya.

Omon-omon di atas ada benang merah dengan diskusi tentang petani kopi seperti dampak rantai pasok ke pengalaman konsumen. Jika kopi lokal seperti Dampit atau Arjuno tidak diposisikan sebagai produk premium di kedai kopi, nilai tambahnya hanya berhenti di level budidaya. Barista yang terlatih dapat menjadi perpanjangan tangan petani untuk memperkenalkan produk lokal ke pasar yang lebih luas.

Ekosistem yang tidak saling mendukung. Petani kopi menghadapi kesulitan dalam birokrasi ekspor, sementara barista di level lokal juga tidak memaksimalkan kopi hasil petani lokal sebagai selling point. Akibatnya, kopi lokal kurang dikenal baik di pasar global maupun oleh konsumen domestik.

Langkah yang perlu dilakukan

a. Edukasi Barista dan pemilik Kedai Kopi

Pelatihan Barista Lokal. Pemerintah daerah atau komunitas kopi di Malang bisa mengadakan program pelatihan rutin untuk Barista, termasuk pengetahuan tentang jenis kopi, metode penyeduhan, dan cara menyampaikan cerita kepada pelanggan.

Workshop bagi pengusaha caf. Edukasi kepada pemilik kedai kopi tentang pentingnya menghadirkan identitas kopi lokal sebagai keunikan bisnis mereka.

b. Kolaborasi petani dan kedai kopi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun