Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Omon-Omon tentang Petani Kopi Milenial dan Kopi Ireng Planga-Plongo

25 Januari 2025   19:22 Diperbarui: 25 Januari 2025   19:22 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nyruput kopi di Padaswatu, Joyosuko, Malang. Foto:Parlin Pakpahan.

Omon-Omon tentang Petani Kopi Milenial dan Kopi Ireng Planga-Plongo

Dalam sebuah "omon-omon" ketika mampir di Poenokawan Coffee and Roastery belum lama ini, saya dengar celetukan bagus dari seorang petani kopi dari Gn Kawi bahwa harga kopi sesungguhnya bagus sekarang, bukan karena ngene and ngono, tapi karena harga Kopi Brazil dan Amerika latin, khususnya Kopi jenis Robusta, lagi meningkat, karena lonjakan permintaan pasar di AS maupun UE. Kita pun sebetulnya sudah dapat merasakan itu, khususnya eksportir kopi papan atas. Mereka saiki kepenakan, kata petani milenial itu, karena kita pasarnya deket aja koq, yi Singapore, Malaysia, Korea Selatan, China dan Taiwan. Tau sendirilah setelah gaya hidup Korsel nyaris full mengcopy gaya hidup orang Amerika, kedai kopi mulai bertebaran dimana-mana, bahkan termasuk Kedai Kopi orang Indonesia mulai bermunculan di kawasan Indo-Pacific. Contoh e, sorry yo aku lali Sam.

Aku yang sedang menghirup Kopi Wine Arjuno nyaris tersedak. Oo kalau nggak salah Kopi Kenangan  broer, celetukku. Tapi lagi-lagi omon-omon yo, industri kopinya nggak ketok alias banyak alasan ngene and ngono, sehingga sing ketok hanya Otten Coffee, Excelso, Kapal Api dan sebangsanya.

Si milenial berkicau lagi. Iya juga ya Pak, koq dia lagi dan dia lagi ya. Masalahnya di kalangan petani pun seperti yang aku rasakan meski kami okelah dalam berbudidaya kopi dengan cara yang bener, tapi gilirannya mau jadi eksportir agar sekeren pebisnis kopi papan atas tadi, kami tak berdaya di perempatan birokrasi bisnis internasional kita. Kita meski milenial katanya, tapi kalau harus ini itu dan dilempar kesana-kemari untuk digergaji, lha rugi sing ono Pak bukannya untung untuk ke depannya semakin gede dan gede. Maka apa boleh buat tahi kambing pun kepokso dijadikan obat. Dengan kata lain kami pun terpaksa bertindak illegal untuk memintas birokrasi niaga itu. Saya misalnya bisa ekspor ke Singapore dan Malaysia beberapa waktu lalu dengan jalan pintas yi menyelundupkannya dengan perantara seorang yang memang mahir untuk itu.

Ya ampun. Ini petani milenial lo, yang sepintas tadi sebelum beralih ke masalah illegal, ia jauh sebelumnya sudah dinasehati ayahnya agar tak mengikuti jejaknya, tapi meski dia sudah disekolahkan sampai PT, toh bukannya karena buah tak jauh dari pohonnya. Oh No. Tapi tanah legacy dari ortunya itu tak mungkin ia telantarkan begitu saja jadi "lahan tidur" yang banyak jurignya nanti, ya bagaimanapun juga ia harus menyelamatkannya dan jadilah ia menjadi petani kopi milenial seperti sekarang ini dengan segala romantika bisnis di dalamnya sekarang ini.

Gambaran tersebut setidaknya dapat mengupdate wawasan kita tentang dinamika industri kopi, khususnya dari sudut pandang petani kopi milenial di Indonesia.

Kiki, Barista Amstirdam Coffee Joyoagung raya, Malang. Foto : Parlin Pakpahan.
Kiki, Barista Amstirdam Coffee Joyoagung raya, Malang. Foto : Parlin Pakpahan.

Beberapa poin penting

1. Tren global dan pasar Kopi

Kenaikan harga kopi global, terutama jenis robusta dari Brazil dan Amerika Latin, memang menunjukkan lonjakan permintaan dari negara-negara konsumen besar seperti AS dan Uni Eropa. Hal ini menguntungkan eksportir besar, tetapi jarang memberikan dampak langsung kepada petani kecil di Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun