"Dari rekaman camera trap, tampak jelas satwa tersebut Macan Tutul Jawa yang mengalami Melanisme," katanya.
Dikutip dari laman TNBTS, Melanisme adalah kondisi hewan memiliki pigmen gelap yang berlebihan pada kulit atau bulu mereka. Hal ini disebabkan oleh mutasi genetik yang meningkatkan produksi melanin, pigmen yang bertanggungjawab atas warna gelap.
Macan tutul yang mengalami Melanisme ini dikenal juga dengan sebutan macan kumbang atau black panther. Macan kumbang merupakan spesies yang sama dengan macan tutul, hanya saja mengalami kelainan pigmen.
Sebelumnya, penampakan macan tutul juga pernah terlihat oleh petugas Balai Besar TNBTS pada Januari 2021. Macan tutul itu terekam ada di sisi timur Gunung Semeru.
Penemuan luarbiasa ini merupakan kabar baik yang menggembirakan, tidak hanya bagi para pencinta alam, tetapi juga bagi upaya konservasi satwa liar di Indonesia. Kehadiran dua ekor macan tutul Jawa, terutama yang mengalami melanisme, adalah bukti nyata bahwa ekosistem Taman Nasional Bromo Tengger dan Semeru (TNBTS) masih mampu mendukung kehidupan satwa liar yang terancam punah.
Keputusan TNBTS untuk merahasiakan lokasi penampakan ini sangat tepat dan bertanggungjawab. Hal ini penting untuk melindungi macan tutul dari ancaman perburuan liar yang masih menjadi masalah serius di Indonesia. Transparansi yang berlebihan tentang lokasi dapat membahayakan satwa tersebut, terutama dengan meningkatnya akses teknologi dan informasi yang bisa dimanfaatkan pihak-pihak tak bertanggungjawab.
Selain itu, pemasangan camera trap sebagai metode pemantauan menunjukkan bahwa TNBTS dan para pemerhati satwa telah bekerja secara ilmiah dan strategis. Mengikuti jejak satwa seperti cakaran dan feses merupakan langkah yang efektif untuk memahami perilaku dan keberadaan macan tutul tanpa mengganggu habitat alaminya.
Melanisme yang ditemukan pada macan tutul ini menambah daya tarik biologis dan ekologi dari spesies tersebut. Fenomena ini menjadi pengingat bahwa keanekaragaman genetik dalam populasi hewan liar adalah aset penting yang perlu dilindungi.
Untuk mendukung konservasi lebih lanjut, ada beberapa langkah yang bisa dilakukan, antara lain sosialisasi tentang pentingnya konservasi macan tutul Jawa dan ekosistemnya harus terus dilakukan, terutama kepada masyarakat sekitar kawasan TNBTS.
Langkah-langkah preventif seperti patroli rutin di kawasan hutan dan pemberdayaan masyarakat setempat sebagai penjaga hutan bisa menjadi solusi jangka panjang.
Dengan menggandeng lebih banyak pihak, riset tentang macan tutul Jawa dapat menghasilkan data yang lebih komprehensif untuk mendukung kebijakan konservasi.