Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Legacy Tempo Doeloe : Nasi Pecel Sambi Tulungagung di Malang

18 Januari 2025   18:05 Diperbarui: 18 Januari 2025   18:09 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Abad ke-15 makanan serupa pecel sudah ada pada zaman Kerajaan Majapahit, dengan nama pecel yang berasal dari kata "pecel" atau "pucel" dalam bahasa Jawa kuno, berarti menghancurkan" atau "menggiling". Istilah ini terkait saus kacangnya tentu.

Vanda sedang memilih sayuran al bayam, kelikir dan Kemangi untuk Pecel Sambi. Foto : Parlin Pakpahan.
Vanda sedang memilih sayuran al bayam, kelikir dan Kemangi untuk Pecel Sambi. Foto : Parlin Pakpahan.

Abad ke-17 pecel menjadi hidangan rakyat di Jawa, terutama di daerah Madiun dan Blitar. Abad ke-19 Nasi Pecel mulai populer di Jatim dan Jateng.

 

Nasi Pecel Tulungagung yang baru saja aku santap merupakan salah satu varian nasi pecel terkenal di Indonesia. Saus kacangnya saya kira asyik. Rempah utama disitu adalah kencur. Pasti rempah yang lainnya ada. Tapi resep keluarga ya nggak semua bisa dibeberkan. Maka Abi tak terlalu kudesak untuk itu. Kendati demikian, anak muda ini kelihatannya terbuka. Saus kacang buatannya adalah legacy dari ortunya sendiri yang sampai sekarang masih berjualan nasi pecel di Tulungagung, demikian Abi.

Abi terlihat bersemangat tinggi dalam menapaki kehidupan di Malang dimana ia berada sekarang. Ia indekost tak jauh dari lapaknya di depan Poenokawan Coffee and Roastery di Joyoagung raya. Abi tak berhenti hanya sekadar jadi "Siucay" atau mahasiswa thoq. Ia juga aktivis tapi sudah purna tugas. Ia tinggal memfinishing etappe terakhir studinya di Sains dan teknologi Univ Kanjuruhan.

Abi sedang berbincang seru dengan pelanggan Pecel Sambi. Foto : Parlin Pakpahan.
Abi sedang berbincang seru dengan pelanggan Pecel Sambi. Foto : Parlin Pakpahan.

"Saya lihat, teman-teman saya sesama aktivis banyak yang 'jaim' Om, kata Abi." "Tak aneh Abi, namanya ja makhluk hidup. Bisa jadi kebanyakan mereka sekarang bercita-cita pengen cepet kaya keq Hotman Paris, katakanlah begitu. Tak heran kalau mereka menjengkal pekerjaan seperti yang kau lakukan sekarang. Padahal faktanya kau bekerja bagus dan menghormati tongkat estafet dari keluargamu yang telah dalam  mengenal kuliner khas Jawa ini. Apalagi."

Beberapa waktu kemudian aku datang lagi ke  lapak Nasi Pecel Sambi. Aku terkejut karena kulihat ada anak gadis disitu sedang meracik nasi pecel. Siapa itu Abi. "O dia Vanda adik kandungku Om. Vanda sekolah juga disini, yi di UMM. Kalau ada waktu Vanda datang membantu, tapi nggak mesti. Bergantung bagaimana kesibukannyalah, kata Abi.

Di samping Vanda, ada  Adi dan Farid. Keduanya anak UIN. Kalau Adi sudah hampir selesai studinya di FEB UIN. Sedangkan yang satunya lagi adalah Farid. Anak asal Minang ini, persisnya Bukit Tinggi, mahasiswa baru yang kuliah di Fak Hukum. Wah calon Lawyer nih! Dan Vanda sudah tahun kedua di UMM di FISIP. Komplit sudah lapak Nasi Pecel Sambi diisi oleh anak-anak muda yang penuh semangat menekuni kulineran khas Jawa ini dengan saus kacang khas Tulungagung yang oke punya. Semoga racikan saus kacang ini langgeng ya Abi. Kalau bisa sih diinovasi sedikit katakanlah ada rempah lain yang unik yang membuat saus kacang ini semakin oke dan oke. Juga saya suka dengan sayur bayam, daun kelikir, daun kemangi, serta petai cina yang kau taburkan dalam nasi pecel ini. Terasa segar semuanya dengan sedikit rasa pedas dari saus hebat legacy keluargamu ini, tukasku.

Daus kacang Pecel Sambi. Foto : Abi.
Daus kacang Pecel Sambi. Foto : Abi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun