Ubi Jepang atau ubi impor lainnya sering kali dianggap lebih unggul, tetapi dengan branding, inovasi, dan penyajian yang tepat, ubi keju lokal bisa menjadi ikon kuliner yang bersaing di pasar global.
Strategi Inovasi dan Branding
Puhung goreng adalah ubi yang digoreng dengan teknik khas. Namun, peluang inovasi terbuka lebar, seperti menambahkan rasa modern (misalnya, cokelat, keju, rempah-rempah), pengemasan premium, atau kreasi hidangan baru berbasis puhung goreng.
Menjadikan puhung goreng sebagai bagian dari "Identitas Kuliner Malang". Branding ini dapat diperluas hingga mencakup bahan baku lokal (ubi keju), teknik pengolahan, dan cerita di balik resep keluarga seperti milik Pak Slamet.
Peran UMKM dan Pengembangan Ekonomi Lokal
Usaha seperti milik Pak Slamet dapat diberdayakan sebagai model bisnis bagi UMKM lainnya. Pemerintah atau dinas terkait bisa memfasilitasi pelatihan, pendanaan, dan promosi untuk membantu UMKM lokal tumbuh.
Dengan meningkatkan produksi ubi keju, petani lokal dapat diberdayakan. Pengelolaan rantai pasokan yang baik akan memastikan bahan baku berkualitas tinggi tersedia secara konsisten, mengurangi ketergantungan pada impor.
Dari sisi ekonomi, pengembangan kuliner tradisional berdampak pada berbagai sektor, seperti pertanian, logistik, industri pengolahan makanan, dan pariwisata. Ini menciptakan lapangan kerja baru dan meningkatkan pendapatan daerah.
Peluang Promosi dan Kebijakan Pemerintah
Pemerintah daerah dan dinas pariwisata perlu aktif mempromosikan penganan lokal seperti puhung goreng di acara wisata kuliner, festival makanan, atau sebagai bagian dari "paket wisata Malang Raya".
Penyebaran bibit ubi keju berkualitas tinggi melalui program pertanian berkelanjutan adalah langkah penting untuk memastikan pasokan ubi yang sesuai standar.