Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Transformasi Blok M Menjadi Kawasan Modern di Jakarta Raya

3 Januari 2025   19:25 Diperbarui: 3 Januari 2025   19:37 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Transformasi Blok M Menjadi Kawasan Modern di Jakarta Raya

Kabar-kabari yang berseliweran di awal Tahun Baru 2025 ini harus diakui buanyak buanget, ntah itu kabar-kabari dari dalam negeri maupun kabar-kabari dari mancanegara seperti China, UE dan Amrik.

Baca sih baca kabar-kabari itu. Tapi nggak terlalu seriuslah. Masalahnya eijke tgl 6 Januari ini harus sudah balik ke kota Malang. So, baca yang ringan-ringan ajalah. Atau seperti kemarin aku nulis tentang Kopitiam Bakuah di Samandea Hill. Itu tak jauh dari rumah anakku Kenia dan Mulia.

Begitulah. Jumat 3 Januari sembari tunggu anakku balik dari Jekarte, semoga aje Adelina si nomor 3 akan ikut bersama Kakaknya ke Samanea. Soalnya besok mau dolan-dolan entah mau di bawa kemana ama anakku.

Penulis berpose dgn mesin cetak uang tempo doeloe di Blok M, Jaksel. Foto : Kenia Pakpahan.
Penulis berpose dgn mesin cetak uang tempo doeloe di Blok M, Jaksel. Foto : Kenia Pakpahan.

Aku sekarang hanya ingin mencoretkan sedikit tentang Blok M dimana Aku sempat melenggangkan kaki disana tgl 1 ybl. Pokoknya masuk dari arah Kejagung Jakarta nggak jauh juga dari Mabes Polri. Setauku kedua kantor negara itu sudah sejak lama berdiri disana ketika aku masih remaja ting-ting. Bahkan abangku pernah dapat proyek di Kejagung ketika itu. Sedangkan Kakakku tinggal tak jauh dari Blok M. Persisnya dia tinggal di Jln Bank raya, Blok P, dekat Jln Prapanca raya di mana di atasnya sudah berkelak-kelok jalan layang Pangeran Antasari.

Kedua anakku memang perhatian ama Bapaknya. Tau persis Bapaknya pernah melewatkan masa remajanya di Blok M hingga ke Radio Dalam raya, yang now di sebelahnya sudah settled komp Pondok Indah yang sekarang kelihatan biasa-biasa saja. Malah rumah Abangku yang bersebelahan dengan rumah Sineas Turino Djunaedi di Radio Dalam raya jauh lebih keren.

Nah, ketika masuk ke Blok M dari depan Kejagung. Rasa-rasanya keq masuk terowongan waktu. Ada eks bangunan sepertinya dibangun di awal kemerdekaan yang tadinya dijadikan Percetakan Keuangan Negara. Aku sempat berfoto disitu dan sempat nongkrong sejenak melepas Lelah. Maklumlah bagaimanapun penataannya Blok M sekarang, Jekarte tetep aja puanas. Kalaupun tak lama lagi La Nina meledak. Itu tak banyak pengaruhnya. Yang kebanjiran tetep aja banjir seperti di Kampung Melayu. Syukurlah itu cukup jauh dari Blok M. Setauku Blok M yang di Jaksel ini tak pernah kebanjiran. Tapi nggak deng, karena daerah Kakakku di Jln Bank raya yang berdekatan dengan Kemang, woah itu sih daerah banjir beneran. Sudahlah kasihan Kakakku yang sudah berakar dalam tinggal di area itu.

Penulis dan Adelina sedang melongok koleksi perpustakaan Christina Martha Tiahahu, Blok M, Jaksel. Foto : Kenia Pakpahan.
Penulis dan Adelina sedang melongok koleksi perpustakaan Christina Martha Tiahahu, Blok M, Jaksel. Foto : Kenia Pakpahan.

Banyak lapak-lapak kecil di Blok M ini yang sudah ditata baik. Semuanya menjajakan kuliner kekinian, termasuk cinderamata, terutama T-Shirt sablonan. Selesai dari area percetakan negara tempo doeloe ini kamipun meluncur agak ke tengah. Ee kami melewati jalan masuk kenderaan umum ntah itu TJ atau bus mini yang besarannya TJ, dan aku lihat kenderaan online pun banyak berkeliaran disana. Rasa-rasanya jalan masuk kenderaan umum ini tak berubah. Kami menyusuri jalanan setapak yang di depannya ada tulisan medium yang tak mencolok yi Taman Literasi Martha Christina Tiahahu. Kulihat ada simbol Coca Cola selaku sponsor disitu.

Adel bilang perpustakaannya meski kecil tapi komplit bukunya. Di sekitar jalan setapak ini pun kulihat pedagang yang sudah diberi booth yang didesain khusus agar terlihat keren kekinian cukup banyak. Yang disajikan apalagi kalau bukan kuliner kekinian dengan segala minuman yang serba instan.

Kami pun akhirnya tiba di perpustakaan Christina Martha Tiahahu itu. Rupanya di dalem sudah di atur sedemikian rupa agar sebelum masuk buka alas kaki dulu. Karena kita membaca lesehan keq makan lesehan di Malioboro Yogya.

Setelah  menitip KTP, aku coba ngider lihat apa saja koleksinya. Jempol deh, meski mini tapi koleksinya oke punya mulai dari fiksi kekinian hingga literasi yang beraroma Nobel. Serius, mulai dari JK Rowling, Dee, hingga Alexander Solzhenitsyin ada disitu. Tapi sayang The Religion of Java karya Geertz koq nggak dipejeng. Sudahlah itu buku jadul yang belum tentu bisa menggambarkan orang Jawa masa kini. Misalnya ja Jokowi. Keqnya Geertz tak menggambarkan itu dalam bukunya. Yang aku ingat di masa aku kuliah dulu The Religion of Java adalah buku fenomenal yang dibaca everywhere di seantero Jawa ini.

Usai dari Literasi Christina kami kemudian meluncur ke kedalaman Blok M yang kata Kenia sih menuju ke Blok M Plaza. Ya, aku ingat itu dulunya Pasarraya Blok M punyanya Abdul Latief yang pernah menjadi Menaker di zaman Soeharto. Nggak tau Boss, kata anak-anak. Tapi yang jelas habis naik lift ini kita di atas sebelum Plaza dan ada tempat nongkrong disitu. Bapak bisa minum latte dingin, Ok. Aku manggut-manggut aja, karena mau apa lagi selain tercenung betapa cepat waktu berlalu dan betapa cepat pudar ingatan ini sebelum terkoneksi ke kenangan lama bahwa nama yang paling jadul yang kuingat disini adalah Aldiron Plaza. Itu persis di depan pasarrayanya Abdul Latief, dan di depannya itulah Aldiron Plaza. Kemana itu sekarang. Yang pasti sudah raiblah ditelan waktu. Oalah!

Tadi di bawah aku lihat everywhere tempat orang nongkrong melepas lelah. Yang berbeda kini itu semua sudah tertata dengan baik, tapi bagaimanapun baiknya penataannya tetep aja nggak sanggup menampung warga Jekarte ntah itu dari Blok M, Blok P, Blok A dst untuk cangkruk di Blok M ini. Kalaupun di bangun di bawahnya tentu nggak nyaman. Terbukti kompleks pertokoan di bawah terminal kenderaan umum nggak laku, dan terbukti perilaku orang Jekarte nggak berubah dari masa ke masa yi suka cangkruk di tempat terbuka. Mereka enjoy di tempat terbuka keq tadi sekalipun itu berdesak-desakan. Kita mau bilang apa,

Yang pasti di lantai atas aku baru menyadari bahwa Blok M sudah serba terkoneksi dengan apapun yang menghubungkannya ke Jakarta raya, ya MRT, ya kenderaan umum, ya kenderaan online dst. Capek deh, dan akupun bener-bener dipesenin Kopi Latte dingin oleh Adelina. Sementara kakaknya Kenia masih-masih raun-raun di Blok M Plaza. Dasar.

Gambaran Blok M now seperti terurai di atas dan refleksi tentang masa lalu Jakarta menggambarkan transformasi kota ini dari perspektif yang personal dan nostalgik.

Pikir punya pikir ada beberapa poin penting tentang bagaimana Jakarta harus mempersiapkan diri sebagai kota mandiri setelah tidak lagi menjadi ibukota negara.

Transformasi Jakarta sebagai Kota Perdagangan Internasional

Jakarta telah lama menjadi pusat ekonomi Indonesia, dan kehilangan statusnya sebagai ibukota negara, tapi tidak berarti peran ini akan berkurang. Sebaliknya, hal ini bisa menjadi peluang untuk fokus pada pengembangan sektor perdagangan dan jasa secara lebih intensif:

Seperti yang telah saya sebutkan di muka, konektivitas melalui MRT, kendaraan umum, dan jalur transportasi lainnya menjadi keunggulan Blok M. Jakarta perlu memperluas konsep ini ke seluruh kota untuk mendukung mobilitas masyarakat dan bisnis.

Blok M adalah contoh sukses revitalisasi kawasan lama menjadi modern. Langkah serupa bisa diterapkan di kawasan lain seperti Pasar Baru, Glodok, dan Senen.

Menjadikan Jakarta sebagai Kota Pariwisata Internasional

Transformasi Jakarta menjadi destinasi wisata kelas dunia membutuhkan pendekatan strategis. Area seperti Blok M, Taman Literasi Christina Martha Tiahahu, dan destinasi lain bisa dipromosikan sebagai bagian dari sejarah dan budaya Jakarta yang unik. Jakarta harus memanfaatkan kisah-kisah masa lalu sebagai daya tarik wisata.

Jakarta dapat menjadi tuan rumah festival budaya, musik, dan seni berskala internasional untuk menarik wisatawan.

Penataan lapak-lapak kecil di Blok M yang telah saya apresiasi di muka menunjukkan pentingnya kawasan publik yang tertata rapi. Konsep ini bisa diperluas untuk menciptakan ruang terbuka hijau dan tempat rekreasi yang menarik.

Adaptasi terhadap perubahan Iklim dan tantangan lingkungan

Sebagai kota besar, Jakarta harus menghadapi tantangan lingkungan seperti banjir, polusi, dan urbanisasi yang padat.

Sistem drainase yang lebih baik diperlukan di sini, terutama untuk kawasan yang rawan banjir seperti Kemang.

Meningkatkan penggunaan kendaraan ramah lingkungan dan memperluas jalur pejalan kaki yang nyaman dan teduh.

Mengelola identitas kota pasca pemindahan ibukota

Kehilangan status sebagai ibukota negara memberikan peluang bagi Jakarta untuk mendefinisikan ulang identitasnya.

Jakarta dapat memasarkan dirinya sebagai kota modern yang menggabungkan warisan budaya dengan perkembangan teknologi.

Dengan tetap menjadi pusat ekonomi, Jakarta bisa fokus pada pengembangan sektor teknologi finansial dan startup.

Pemberdayaan warga dan komunitas lokal

Peran warga dalam menciptakan Jakarta yang mandiri sangat penting.

Lapak kuliner kekinian dan cinderamata di Blok M mencerminkan potensi besar UMKM untuk menggerakkan perekonomian lokal.

Melibatkan komunitas dalam proses perencanaan kota untuk memastikan bahwa kebutuhan masyarakat benar-benar terpenuhi.

Jakarta memiliki semua potensi untuk menjadi kota yang mandiri dan kompetitif di tingkat internasional. Dengan menata infrastruktur, melestarikan budaya, mengatasi tantangan lingkungan, dan memberdayakan masyarakatnya, Jakarta bisa tetap menjadi salah satu kota paling dinamis di Asia.

Saya pikir transformasi Blok M menjadi kawasan modern adalah contoh yang menggambarkan bagaimana Jakarta mampu beradaptasi dan berkembang dengan baik

Wallahualam Bissawab Waillaihil Marji Walmaab ....

Samanea Hill, Bogor barat, Fri', Jan' 03, 2025.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun