Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Transformasi Blok M Menjadi Kawasan Modern di Jakarta Raya

3 Januari 2025   19:25 Diperbarui: 3 Januari 2025   19:37 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Adel bilang perpustakaannya meski kecil tapi komplit bukunya. Di sekitar jalan setapak ini pun kulihat pedagang yang sudah diberi booth yang didesain khusus agar terlihat keren kekinian cukup banyak. Yang disajikan apalagi kalau bukan kuliner kekinian dengan segala minuman yang serba instan.

Kami pun akhirnya tiba di perpustakaan Christina Martha Tiahahu itu. Rupanya di dalem sudah di atur sedemikian rupa agar sebelum masuk buka alas kaki dulu. Karena kita membaca lesehan keq makan lesehan di Malioboro Yogya.

Setelah  menitip KTP, aku coba ngider lihat apa saja koleksinya. Jempol deh, meski mini tapi koleksinya oke punya mulai dari fiksi kekinian hingga literasi yang beraroma Nobel. Serius, mulai dari JK Rowling, Dee, hingga Alexander Solzhenitsyin ada disitu. Tapi sayang The Religion of Java karya Geertz koq nggak dipejeng. Sudahlah itu buku jadul yang belum tentu bisa menggambarkan orang Jawa masa kini. Misalnya ja Jokowi. Keqnya Geertz tak menggambarkan itu dalam bukunya. Yang aku ingat di masa aku kuliah dulu The Religion of Java adalah buku fenomenal yang dibaca everywhere di seantero Jawa ini.

Usai dari Literasi Christina kami kemudian meluncur ke kedalaman Blok M yang kata Kenia sih menuju ke Blok M Plaza. Ya, aku ingat itu dulunya Pasarraya Blok M punyanya Abdul Latief yang pernah menjadi Menaker di zaman Soeharto. Nggak tau Boss, kata anak-anak. Tapi yang jelas habis naik lift ini kita di atas sebelum Plaza dan ada tempat nongkrong disitu. Bapak bisa minum latte dingin, Ok. Aku manggut-manggut aja, karena mau apa lagi selain tercenung betapa cepat waktu berlalu dan betapa cepat pudar ingatan ini sebelum terkoneksi ke kenangan lama bahwa nama yang paling jadul yang kuingat disini adalah Aldiron Plaza. Itu persis di depan pasarrayanya Abdul Latief, dan di depannya itulah Aldiron Plaza. Kemana itu sekarang. Yang pasti sudah raiblah ditelan waktu. Oalah!

Tadi di bawah aku lihat everywhere tempat orang nongkrong melepas lelah. Yang berbeda kini itu semua sudah tertata dengan baik, tapi bagaimanapun baiknya penataannya tetep aja nggak sanggup menampung warga Jekarte ntah itu dari Blok M, Blok P, Blok A dst untuk cangkruk di Blok M ini. Kalaupun di bangun di bawahnya tentu nggak nyaman. Terbukti kompleks pertokoan di bawah terminal kenderaan umum nggak laku, dan terbukti perilaku orang Jekarte nggak berubah dari masa ke masa yi suka cangkruk di tempat terbuka. Mereka enjoy di tempat terbuka keq tadi sekalipun itu berdesak-desakan. Kita mau bilang apa,

Yang pasti di lantai atas aku baru menyadari bahwa Blok M sudah serba terkoneksi dengan apapun yang menghubungkannya ke Jakarta raya, ya MRT, ya kenderaan umum, ya kenderaan online dst. Capek deh, dan akupun bener-bener dipesenin Kopi Latte dingin oleh Adelina. Sementara kakaknya Kenia masih-masih raun-raun di Blok M Plaza. Dasar.

Gambaran Blok M now seperti terurai di atas dan refleksi tentang masa lalu Jakarta menggambarkan transformasi kota ini dari perspektif yang personal dan nostalgik.

Pikir punya pikir ada beberapa poin penting tentang bagaimana Jakarta harus mempersiapkan diri sebagai kota mandiri setelah tidak lagi menjadi ibukota negara.

Transformasi Jakarta sebagai Kota Perdagangan Internasional

Jakarta telah lama menjadi pusat ekonomi Indonesia, dan kehilangan statusnya sebagai ibukota negara, tapi tidak berarti peran ini akan berkurang. Sebaliknya, hal ini bisa menjadi peluang untuk fokus pada pengembangan sektor perdagangan dan jasa secara lebih intensif:

Seperti yang telah saya sebutkan di muka, konektivitas melalui MRT, kendaraan umum, dan jalur transportasi lainnya menjadi keunggulan Blok M. Jakarta perlu memperluas konsep ini ke seluruh kota untuk mendukung mobilitas masyarakat dan bisnis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun