Kopitiam Bakuah di Samanea Hill Bogor Barat
! Januari 2025 sudah apa saja yang anda lakukan. Yang pasti sudah adalah, minimal bangun pagi tanpa harus terawang-terowong segala. Nggak seperti tahun sebelumnya yang terlalu banyak Impian, sehingga hanya secuil aja yang terwujud hingga awal tahun baru 2025 ini.
Penulis sendiri sejak 23 Desember tahun lalu sudah meninggalkan kota Malang dan sesampainya di Jakarta malah sudah  ke Bogor barat dulu dimana Samanea Hill berada, yi sebuah perumahan now yang pohon kanopinya sudah terbentuk bagus. Ini benar-benar area yang sudah melakukan dekarbonisasi yang patut dicontoh oleh properti lainnya entah dimanapun itu. Pohon kanopi yang khusus ditanam di seluruh area Samanea yang meliputi 3 Cluster, yi Acacia, Avilla dan Albazia adalah jenis Trembesi. Pohon ini sekarang sudah berusia remaja, tapi sudah menghasilkan oksigen yang cukup buat lingkungan, dan sudah dapat menyerap emisi GRK dari lingkungan sekitar.
Pengalaman bertahun baru di Samanea Hill bersama Kenia dan Mulia sangat menarik dan inspiratif, terutama dalam konteks urbanisasi yang biasanya membawa dampak negatif terhadap lingkungan. Keberhasilan Samanea Hill dalam mengimplementasikan dekarbonisasi melalui pohon kanopi seperti Trembesi patut diapresiasi. Trembesi, dengan kemampuannya menyerap karbon dioksida dalam jumlah besar, memang merupakan pilihan tepat untuk menciptakan ruang hijau yang berfungsi sebagai paru-paru kota.
Di tengah tantangan aglomerasi Jakarta dan tingkat emisi gas rumah kaca (GRK) yang tinggi, Samanea Hill menjadi contoh nyata bagaimana sebuah kawasan hunian dapat berkontribusi pada upaya mitigasi perubahan iklim. Hal ini relevan tidak hanya bagi pengembang properti lain di daerah sekitar tetapi juga di kota-kota besar lain yang menghadapi tekanan lingkungan serupa.
Samanea Hill menunjukkan properti masa kini harus berpikir lebih jauh dari sekadar kenyamanan hunian. Aspek lingkungan menjadi nilai tambah yang besar, terutama bagi masyarakat yang semakin peduli pada keberlanjutan.
Inisiatif seperti ini dapat diadaptasi oleh pengembang lain. Pemerintah daerah juga bisa mendorong kebijakan yang mewajibkan kawasan hunian untuk menanam jenis pohon tertentu yang memberikan manfaat serupa.
Selain Trembesi, pengelola juga bisa mempertimbangkan elemen lain seperti taman-taman vertikal, sistem pengelolaan air yang ramah lingkungan, dan fasilitas publik berbasis energi terbarukan.
Mengangkat pengalaman ini ke Kompasiana yang berkomunitas luas yang di dalamnya ada juga komunitas lingkungan, tentu akan dapat menyebarkan inspirasi dan meningkatkan kesadaran.
Lingkungan seperti Samanea Hill memberi harapan bahwa urbanisasi yang berkelanjutan tidak hanya mimpi, tetapi bisa menjadi kenyataan jika direncanakan dengan baik.
Kembali ke Samanea
Leia Edelweiss Emanuel, cucu yang baru saja nongol ke muka bumi pada 26 Desember 2024 ybl, baru saja saya tinggal di tahun baru 2025 ini, semoga dalam perjalanan waktu akan dibawa Mama dan Papanya mengunjungi Mama-Papatuanya di Samanea Hill. Saya yakin dia pasti kerasan di sini ketimbang bermandikan cuaca keras di Kompeks Prima Jaya tak jauh dari Summarecon Bekasi utara.
Tgl 2 Januari 2025, aku kembali ke Kedai Makan Kopitiam Bakuah di Cluster Avilla yang dikelola oleh Pak Yos Derita dan Ibu. Udara di Samanea Hill benar-benar mendukungku untuk menyelesaikan beberapa tulisan yang perlu kusiapkan, karena tgl 6 Januari ini eijke sudah harus kembali ke Kota Malang.
Ibu Yos yang asli berdarah blasteran Jawa-Pakanbaru, dimana Bapaknya asal Blora Jateng dan Ibunya asli Pakanbaru. Sedangkan suaminya Pak Yos Derita adalah blasteran Jawa-Karo, Dimana Ayahnya adalah orang Jawa dan Ibunya asli Karo. Tak heran namanya Yos Derita. Itu ciri khas orang Karo yang menamai anaknya sesuai dengan apa yang dilihat atau dirasakannya saat itu. Tak heran keduanya jago soal meracik makanan dengan rempah-rempah khas ala Sumatera utara dan Riau. Keren abiss sudah.
Aku hanya memesan secangkir Kopitiam dan pisang goreng. Kalau makannya ntar aja dah agak siangan. Sekarang nulis dulu sambil minum kopitiam dan mencicipi pisang goreng Bu Yos. Dilihat dari nama Kopitiam. Nama ini memang sudah lama mengudara di Sumatera utara dan Riau daratan maupun lautan. Dulu pendiri kopitiam yang artinya toko yang menjual makanan ringan dan kopi adalah orang-orang China perantauan di Sumatera utara. Tapi jangan salah di Jawa pun ada sekalipun tak sebanyak di Sumatera.
Sepertinya Bu Yos laris nih sekarang setelah beberapa bulan buka kedai ini. Tapi ketika ada pelanggan yang meminta kopi butter. Wah Ibu Yos mundur terpaksa, karena hanya anaknya katanya yang tau cara meraciknya. Saya juga mikir seperti apa itu kopi butter. Tapi sudahlah karena Ibu Yos mundur dan menunggu anaknya pulang kerja nggak mungkin, karena pasti kelamaan. Sudah, teh manis saja Bu, kata pelanggan tersebut. He He ..
Saya pikir Kopitiam Bakuah Pak Yos dan Bu Yos pasti akan semakin maju ke depannya, karena namanya memang sudah cocok, materinya malah sudah diperkaya, dimana kedai ini sudah dapat menyajikan cukup beragam menu mulai dari yang ringan, hingga makanan berkuah seperti Lontong Sayur khas Riau, Ayam goreng khas Bu Yos yang rasa sausnya aduhai. Kita pun makan nasi jadi asyik sendiri dengan ayam goreng bersaus khas, nggak terlalu pedes juga nggak terlalu tawar, pokoknya mediumlah gitu dan yang pasti uenakk.
Kehadiran Kopitiam Bakuah di lingkungan Samanea Hill menambah daya tarik kawasan ini, terutama dengan latar belakang unik pemiliknya, Pak Yos Derita dan Bu Yos, yang memadukan cita rasa kuliner khas Sumatera dengan semangat lokal Jawa. Kedai makan seperti ini tidak hanya menawarkan makanan dan minuman, tetapi juga menciptakan ruang sosial yang menyatukan berbagai latar budaya, sekaligus memberikan pengalaman kuliner yang autentik.
Kehadiran Kopitiam Bakuah
Kehadiran menu seperti Lontong Sayur khas Riau dan ayam goreng bersaus khas Bu Yos memperkaya pilihan kuliner di Samanea Hill. Dengan banyaknya penduduk urban yang tinggal di sekitar area aglomerasi Jakarta-Bogor, rasa autentik seperti ini bisa menjadi daya tarik besar, baik bagi warga lokal maupun tamu yang datang.
Kopitiam sudah dikenal sebagai tempat yang tidak hanya menyajikan makanan ringan dan kopi, tetapi juga menjadi ruang nostalgia dan koneksi sosial. Tradisi ini diadopsi dengan baik di Samanea Hill melalui Kopitiam Bakuah, yang menawarkan rasa tradisional di tengah lingkungan modern.
Udara yang segar dan suasana nyaman di Cluster Avilla membuat aktivitas di Kopitiam Bakuah menjadi pengalaman menyenangkan. Ini cocok untuk penulis atau pekerja kreatif yang membutuhkan suasana mendukung untuk menyelesaikan kerja kreatifnya.
Dengan menu andalan seperti ayam goreng bersaus dan pisang goreng yang menjadi favorit, Kopitiam Bakuah punya potensi untuk terus berkembang. Apalagi jika inovasi seperti kopi butter juga dikembangkan lebih lanjut. Kekhasan ini bisa menjadi "signature" mereka yang membuat pelanggan kembali.
Nama Pak Yos Derita yang memiliki makna khas budaya Karo dan keahlian kuliner Bu Yos yang diwarisi dari latar belakang Jawa-Riau memberikan cerita unik yang bisa menjadi bagian dari branding Kopitiam Bakuah. Orang tidak hanya datang untuk makan, tetapi juga terhubung dengan cerita di balik kedai ini.
Penulis hanya bisa menyarankan kepada Pak Yos dan Ibu untuk menambahkan varian minuman unik seperti kopi butter yang sudah mulai menarik perhatian pelanggan; lalu cobalah menggunakan media sosial untuk mempromosikan kedai ini, terutama menonjolkan cerita asal-usul pemilik dan kekhasan menu; jika memungkinkan, ciptakanlah sesi "cerita di balik menu" di mana Bu Yos atau Pak Yos bisa berbagi cerita tentang inspirasi masakan mereka.
Kopitiam Bakuah bukan hanya tempat makan, tetapi sebuah tempat di mana budaya, rasa, dan cerita bertemu. Kehadiran kedai seperti ini membantu membangun identitas komunitas Samanea Hill, yang nyaman, berbudaya, dan bersahabat.
Inilah lembar pertamaku pada Tahun Baru 2025 ini di Jabodetabek.
Samanea Hill, Thu', Jan' 02, 2025.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI