Mengangkat pengalaman ini ke Kompasiana yang berkomunitas luas yang di dalamnya ada juga komunitas lingkungan, tentu akan dapat menyebarkan inspirasi dan meningkatkan kesadaran.
Lingkungan seperti Samanea Hill memberi harapan bahwa urbanisasi yang berkelanjutan tidak hanya mimpi, tetapi bisa menjadi kenyataan jika direncanakan dengan baik.
Kembali ke Samanea
Leia Edelweiss Emanuel, cucu yang baru saja nongol ke muka bumi pada 26 Desember 2024 ybl, baru saja saya tinggal di tahun baru 2025 ini, semoga dalam perjalanan waktu akan dibawa Mama dan Papanya mengunjungi Mama-Papatuanya di Samanea Hill. Saya yakin dia pasti kerasan di sini ketimbang bermandikan cuaca keras di Kompeks Prima Jaya tak jauh dari Summarecon Bekasi utara.
Tgl 2 Januari 2025, aku kembali ke Kedai Makan Kopitiam Bakuah di Cluster Avilla yang dikelola oleh Pak Yos Derita dan Ibu. Udara di Samanea Hill benar-benar mendukungku untuk menyelesaikan beberapa tulisan yang perlu kusiapkan, karena tgl 6 Januari ini eijke sudah harus kembali ke Kota Malang.
Ibu Yos yang asli berdarah blasteran Jawa-Pakanbaru, dimana Bapaknya asal Blora Jateng dan Ibunya asli Pakanbaru. Sedangkan suaminya Pak Yos Derita adalah blasteran Jawa-Karo, Dimana Ayahnya adalah orang Jawa dan Ibunya asli Karo. Tak heran namanya Yos Derita. Itu ciri khas orang Karo yang menamai anaknya sesuai dengan apa yang dilihat atau dirasakannya saat itu. Tak heran keduanya jago soal meracik makanan dengan rempah-rempah khas ala Sumatera utara dan Riau. Keren abiss sudah.
Aku hanya memesan secangkir Kopitiam dan pisang goreng. Kalau makannya ntar aja dah agak siangan. Sekarang nulis dulu sambil minum kopitiam dan mencicipi pisang goreng Bu Yos. Dilihat dari nama Kopitiam. Nama ini memang sudah lama mengudara di Sumatera utara dan Riau daratan maupun lautan. Dulu pendiri kopitiam yang artinya toko yang menjual makanan ringan dan kopi adalah orang-orang China perantauan di Sumatera utara. Tapi jangan salah di Jawa pun ada sekalipun tak sebanyak di Sumatera.
Sepertinya Bu Yos laris nih sekarang setelah beberapa bulan buka kedai ini. Tapi ketika ada pelanggan yang meminta kopi butter. Wah Ibu Yos mundur terpaksa, karena hanya anaknya katanya yang tau cara meraciknya. Saya juga mikir seperti apa itu kopi butter. Tapi sudahlah karena Ibu Yos mundur dan menunggu anaknya pulang kerja nggak mungkin, karena pasti kelamaan. Sudah, teh manis saja Bu, kata pelanggan tersebut. He He ..
Saya pikir Kopitiam Bakuah Pak Yos dan Bu Yos pasti akan semakin maju ke depannya, karena namanya memang sudah cocok, materinya malah sudah diperkaya, dimana kedai ini sudah dapat menyajikan cukup beragam menu mulai dari yang ringan, hingga makanan berkuah seperti Lontong Sayur khas Riau, Ayam goreng khas Bu Yos yang rasa sausnya aduhai. Kita pun makan nasi jadi asyik sendiri dengan ayam goreng bersaus khas, nggak terlalu pedes juga nggak terlalu tawar, pokoknya mediumlah gitu dan yang pasti uenakk.
Kehadiran Kopitiam Bakuah di lingkungan Samanea Hill menambah daya tarik kawasan ini, terutama dengan latar belakang unik pemiliknya, Pak Yos Derita dan Bu Yos, yang memadukan cita rasa kuliner khas Sumatera dengan semangat lokal Jawa. Kedai makan seperti ini tidak hanya menawarkan makanan dan minuman, tetapi juga menciptakan ruang sosial yang menyatukan berbagai latar budaya, sekaligus memberikan pengalaman kuliner yang autentik.