Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Bisnis Perkafean di Kota Malang : Peluang dan Tantangan

11 Desember 2024   18:49 Diperbarui: 11 Desember 2024   18:49 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kafe Padaswatu di Joyosuko Merjosari, Malang, sebuah kafe di tengah persawahan dan kebun jeruk. Foto : Parlin Pakpahan.

Bisnis Perkafean di Kota Malang : Peluang dan Tantangan

Berdasarkan laman resmi Pemerintah Kota (Pemkot) Malang, terdapat sekitar 300 ribu mahasiswa dari seluruh Indonesia yang datang ke kota Malang untuk menimba ilmu. Angka tersebut tersebar dalam lebih dari 50 perguruan tinggi yang ada di kota ini.

Dengan anak-anak muda yang terus berdatangan tak berkeputusan, pelaku bisnis pun mulai tertarik untuk membuka kafe. Pasalnya, gaya hidup masyarakat terus berubah seiring berjalannya waktu. Kini, kafe tidak hanya dipandang sebagai tempat makan dan minum sederhana saja.

Para pelaku bisnis berlomba-lomba untuk membangun kafe di Kota Malang. Ada yang menawarkan produk-produk unik yang tidak ada di kafe lainnya. Ada juga yang tidak berfokus pada makanan dan minuman, tapi lebih menjual suasana dan kenyamanan yang menyesuaikan karakteristik konsumen. Tiap kafe menawarkan keunikannya masing-masing yang membedakan mereka dengan kafe pada umumnya.

Bisnis kafe dapat melesat jika pelaku bisnis memiliki kreativitas yang tinggi dan menguntungkan konsumen. Sebaliknya, beberapa kafe akan gagal dan rontok apabila mereka tidak bisa menyaingi inovasi kafe-kafe kompetitornya.

Populasi mahasiswa yang besar

Dengan sekitar 300 ribu mahasiswa, Kota Malang menjadi salah satu pusat anak muda yang memiliki kebutuhan akan tempat berkumpul, belajar, atau sekadar menghabiskan waktu.

Gaya hidup mahasiswa yang sering mengunjungi kafe untuk nongkrong atau bekerja mendukung tingginya permintaan terhadap kafe dengan konsep yang menarik.

Kota stop-over wisatawan

Sebagai pintu masuk menuju berbagai destinasi wisata seperti Gunung Bromo, Batu, dan Taman Nasional Semeru, Kota Malang menjadi tempat singgah yang ideal.

Para pelancong kebanyakan mencari kafe dengan suasana lokal yang unik untuk beristirahat atau menikmati pengalaman kuliner khas.

Gaya hidup modern dan urbanisasi

Perubahan gaya hidup masyarakat lokal yang mulai mengadopsi budaya "nongkrong" di kafe juga memberikan kontribusi besar.

Keberadaan media sosial mendorong pelaku bisnis untuk menawarkan konsep visual yang menarik bagi generasi muda.

Kreativitas dan variasi konsep

Kafe Padaswatu di Joyosuko Merjosari, Malang, sebuah kafe di tengah persawahan dan kebun jeruk. Foto : Parlin Pakpahan.
Kafe Padaswatu di Joyosuko Merjosari, Malang, sebuah kafe di tengah persawahan dan kebun jeruk. Foto : Parlin Pakpahan.

Kafe di Malang tidak hanya menjual makanan dan minuman tetapi juga suasana (ambience), konsep desain, dan pengalaman unik seperti live music, ruang kerja bersama (coworking space), hingga menu khas lokal atau internasional.

Tantangan dan dinamika bisnis kafe

Dengan banyaknya kafe baru yang bermunculan, bisnis ini menjadi sangat kompetitif. Hanya kafe dengan kreativitas dan inovasi tinggi yang mampu bertahan.

Pengusaha kafe harus terus mengikuti tren, mulai dari menu, layanan, hingga konsep dekorasi.

Ketergantungan pada tren mahasiswa dan wisatawan

Bisnis kafe cenderung bergantung pada kalender akademik dan musim wisata. Ketika libur panjang atau terjadi penurunan kunjungan wisata, pengunjung kafe juga bisa menurun.

Keberlanjutan bisnis

Banyak kafe yang tidak mampu bertahan lebih dari satu atau dua tahun karena tidak dapat menyesuaikan diri dengan perubahan preferensi konsumen atau biaya operasional yang tinggi.

Dampak pada kawasan kota

Pertumbuhan bisnis kafe yang masif dapat mempengaruhi tata kota, mulai dari kepadatan lalu lintas di sekitar kafe hingga perubahan fungsi lahan yang mungkin kurang terkendali.

Solusi dan strategi yang bisa dikembangkan

Kafe yang menonjolkan budaya lokal Malang, seperti penggunaan bahan makanan tradisional atau tema dekorasi khas, dapat lebih menarik wisatawan sekaligus mahasiswa.

Diversifikasi layanan

Menyediakan ruang untuk bekerja atau belajar dengan fasilitas Wi-Fi dan listrik gratis dapat menarik mahasiswa.

Penambahan elemen hiburan seperti seni pertunjukan, ruang foto Instagramable, atau kolaborasi dengan seniman lokal.

Kolaborasi dengan komunitas

Kafe dapat menjadi pusat kegiatan mahasiswa atau komunitas lokal, seperti diskusi, pameran seni, atau pelatihan, sehingga menciptakan hubungan yang lebih erat dengan pelanggan.

Inovasi berbasis teknologi

Pemanfaatan aplikasi pemesanan, program loyalitas digital, hingga pemasaran berbasis media sosial dapat membantu kafe mempertahankan pelanggan setia dan menarik pelanggan baru.

Bisnis kafe di Kota Malang berpotensi terus berkembang karena didukung oleh dua faktor utama, yakni populasi mahasiswa yang besar dan statusnya sebagai kota wisata. Namun, pelaku bisnis perlu beradaptasi dengan persaingan yang ketat dan perubahan tren konsumen.

Keberlanjutan bisnis ini sangat bergantung pada kemampuan pelaku usaha untuk menghadirkan inovasi dan menawarkan pengalaman yang tidak dapat ditemukan di tempat lain.

Ekonomi kreatif

Kota Malang memiliki potensi besar untuk menjadi salah satu pusat ekonomi kreatif (ekraf) di Indonesia. Kombinasi faktor-faktor seperti populasi mahasiswa yang besar, keberadaan berbagai komunitas kreatif, serta dukungan dari Pemerintah Kota (Pemkot) menjadikannya lingkungan yang ideal untuk mengembangkan sektor ini.

Potensi kota Malang sebagai kota ekonomi kreatif

Dengan 300 ribu mahasiswa dari berbagai daerah, Malang memiliki sumberdaya manusia muda yang kreatif dan terampil.

Perguruan tinggi di Malang, seperti Universitas Brawijaya dan ITN Malang, memiliki program yang relevan dengan ekraf, seperti desain, teknologi informasi, dan seni rupa.

Keragaman sektor ekraf

Kota Malang memiliki potensi di berbagai subsektor ekraf, seperti kuliner, fesyen, seni pertunjukan, film, aplikasi digital, hingga arsitektur.

Contoh nyata adalah tumbuhnya bisnis kafe, kerajinan tangan, dan startup digital yang berbasis di Malang.

Destinasi wisata dan budaya

Posisi Malang sebagai kota wisata mendukung ekraf melalui penjualan produk lokal (souvenir), festival budaya, dan seni tradisional.

Kajoetangan Heritage dan Ijen Boulevard bisa menjadi pusat ekraf, menarik wisatawan dan warga lokal.

Dukungan infrastruktur dan kebijakan

Pemkot Malang telah mencanangkan program "Kota Ekonomi Kreatif," yang mencakup pelatihan, akses pembiayaan, dan promosi produk kreatif.

Pembangunan ruang kreatif, seperti coworking spaces dan pusat pameran, mendorong kolaborasi antar pelaku usaha.

Ekraf sebagai sumber pendapatan utama

Ekraf dapat menjadi sumber pendapatan signifikan melalui pajak, penciptaan lapangan kerja, dan pertumbuhan usaha kecil-menengah.

Produk ekraf juga memiliki potensi ekspor, seperti kerajinan tangan khas Malang dan produk teknologi.

Penguatan identitas kota

Sebagai kota ekraf, Malang dapat memanfaatkan branding ini untuk menarik investasi, pelaku usaha kreatif, dan wisatawan.

Festival atau acara kreatif tahunan, seperti festival seni jalanan atau pameran startup, dapat menjadi magnet ekonomi.

Kolaborasi antar sektor

Ekraf dapat berintegrasi dengan sektor lain, seperti pariwisata, pendidikan, dan teknologi, untuk menciptakan ekosistem yang saling mendukung. Misalnya, startup teknologi dapat mendukung pemasaran produk lokal melalui e-commerce.

Tantangan dan strategi pengembangan ekraf di Malang

Tantangan

Banyak pelaku usaha kreatif menghadapi kesulitan mendapatkan pembiayaan.

Kota besar lain seperti Bandung atau Yogyakarta juga fokus pada ekraf, sehingga Malang harus menonjolkan keunikannya.

Teknologi dan internet menjadi faktor kunci dalam pengembangan ekraf, tetapi aksesibilitas harus ditingkatkan.

Strategi pengembangan

Melalui pelatihan, inkubator bisnis, dan kemitraan dengan perguruan tinggi.

Mendorong pelaku usaha untuk memanfaatkan platform digital untuk pemasaran dan distribusi.

Pemkot dapat memberikan insentif pajak, akses pembiayaan, dan perlindungan kekayaan intelektual bagi pelaku ekraf.

Melibatkan produk ekraf Malang dalam pameran besar untuk meningkatkan visibilitas.

Kota Malang memiliki fondasi yang kuat untuk mengembangkan ekonomi kreatif sebagai salah satu sumber pendapatan utama. Dukungan kebijakan Pemkot, kreativitas anak muda, dan daya tarik pariwisata menjadikan ekraf sebagai sektor strategis.

Keberhasilan ini membutuhkan kolaborasi antara pemerintah, komunitas, dan pelaku usaha, serta inovasi berkelanjutan untuk menghadapi persaingan dan tantangan global.

Dengan langkah yang tepat, kota Malang dapat menjadi model kota ekraf di Indonesia.

Joyogrand, Malang, Wed' Dec' 11, 2024.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun