Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Fenomena La Nina di Indonesia : Dampak Luas dan Antisipasi

10 Desember 2024   18:58 Diperbarui: 10 Desember 2024   18:58 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Fenomena La Nina di Indonesia : Dampak Luas dan Antisipasi

Seperti yang diketahui, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah mengkonfirmasi Indonesia saat ini sedang mengalami fenomena La Nina. Fenomena alam ini, yang merupakan bagian dari siklus iklim global, memiliki dampak yang signifikan terhadap kondisi cuaca di berbagai wilayah di Indonesia.

La Nina adalah fenomena pendinginan suhu permukaan laut di bagian tengah dan timur Samudera Pasifik yang terjadi secara berkala. Fenomena ini berlawanan dengan El Nino, yang merupakan pemanasan suhu permukaan laut di wilayah yang sama. La Nina dapat menyebabkan perubahan pola angin dan curah hujan di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.

Dampak La Nina di Indonesia

Dampak La Nina di Indonesia sangat beragam dan dapat bervariasi tergantung pada wilayah. Secara umum, La Nina cenderung menyebabkan peningkatan curah hujan di Indonesia. Namun, intensitas dan distribusi hujannya tidak merata di seluruh wilayah.

Beberapa dampak yang kemungkinan besar terjadi akibat La Nina antara lain peningkatan curah hujan. Beberapa wilayah di Indonesia dapat mengalami peningkatan curah hujan yang signifikan, terutama di bagian tengah dan timur Indonesia. Hal ini dapat memicu bencana hidrometeorologi seperti banjir, longsor, dan banjir bandang.

La Nina dapat menyebabkan pergeseran musim hujan. Musim hujan dapat datang lebih awal atau lebih panjang dari biasanya; suhu udara di beberapa wilayah dapat mengalami penurunan, terutama di malam hari; peningkatan curah hujan dapat menguntungkan sektor pertanian di beberapa wilayah, namun juga dapat menyebabkan kerusakan tanaman akibat banjir atau angin kencang; perubahan pola angin dapat mempengaruhi tinggi gelombang laut dan potensi terjadinya gelombang tinggi.

Wilayah-wilayah yang perlu waspada

Beberapa wilayah di Indonesia yang perlu lebih waspada terhadap dampak La Nina antara lain Jawa dan Bali. Wilayah-wilayah ini berpotensi mengalami peningkatan curah hujan yang dapat menyebabkan banjir dan longsor; Kalimantan. Hujan lebat dapat memicu banjir dan banjir bandang, terutama di daerah aliran Sungai; Sulawesi. Beberapa wilayah di Sulawesi juga berpotensi mengalami peningkatan curah hujan; Papua. Wilayah ini umumnya memiliki curah hujan yang tinggi, namun La Nina dapat memperparah kondisi tersebut.

Antisipasi dan mitigasi

Untuk menghadapi dampak La Nina, perlu dilakukan beberapa upaya antisipasi dan mitigasi, antara lain pemantauan cuaca. Masyarakat, pemerintah, dan lembaga terkait perlu memantau informasi cuaca dari BMKG secara berkala; persiapan menghadapi bencana. Pemerintah daerah perlu menyiapkan sarana dan prasarana untuk menghadapi bencana hidrometeorologi, seperti membangun sistem drainase yang baik, melakukan evakuasi, dan menyediakan tempat penampungan sementara; konservasi lingkungan. Upaya konservasi lingkungan seperti reboisasi dan penanaman pohon dapat membantu mengurangi risiko bencana; kesiapsiagaan masyarakat. Masyarakat perlu meningkatkan kesadaran dan kesiapsiagaan menghadapi bencana.

Fenomena La Nina merupakan bagian alami dari siklus iklim. Namun, kita perlu tetap waspada dan siap menghadapi dampaknya. Dengan meningkatkan kesadaran, melakukan persiapan yang matang, dan bekerjasama, kita dapat mengurangi risiko kerugian akibat bencana yang dipicu oleh La Nina.

Modifikasi cuaca

Jakarta belum lama ini melalui BMKG berhasil memodifikasi cuaca. Dengan modal 4 ton bahan penjenuh awan, di daerah tertentu hujan dijatuhkan dan di daerah lainnya yang mengalami tekanan dari Bogor ketika hujan tercurah, hujannya sementara dihentikan. Ini sangat bagus. Sayang di daerah seperti Kabupaten Sukabumi ada pergerakan tanah yang mengakibatkan longsor di beberapa titik. Ini terutama karena banyak DAS yang rusak, maka bencana kali ini tak terhindarkan. Begitu pula Mojokerto Jatim yang kini dilanda banjir yang menghantam banyak desa.

Kasus Sukabumi dan Mojokerto.

Sukabumi

Selain kerusakan DAS, faktor lain seperti kemiringan lereng yang curam, curah hujan yang ekstrem dalam waktu singkat, dan aktivitas manusia seperti pertambangan juga memperparah risiko longsor.

Upaya yang perlu dilakukan

Pemetaan kawasan rawan bencana. Melakukan pemetaan secara detail untuk mengidentifikasi daerah-daerah yang paling berisiko; penguatan tata ruang; menetapkan aturan yang ketat terkait penggunaan lahan, terutama di daerah-daerah yang rawan bencana; peningkatan kapasitas masyarakat. Melalui pelatihan dan sosialisasi, masyarakat dapat lebih siap menghadapi bencana dan melakukan evakuasi mandiri; kerjasama lintas sektor. Membangun kerjasama yang kuat antara pemerintah, masyarakat, swasta, dan akademisi untuk mengatasi masalah kerusakan DAS secara berkelanjutan.

Mojokerto

Selain luapan sungai, faktor lain seperti penyempitan sungai akibat sedimentasi, pembangunan di bantaran sungai, dan perubahan tata guna lahan juga berkontribusi terhadap banjir.

Upaya yang perlu dilakukan

Mengelola sampah secara baik untuk mengurangi penyumbatan saluran air; meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan dan tidak membuang sampah sembarangan; memberdayakan masyarakat untuk menjadi relawan dalam memantau kondisi sungai dan memberikan peringatan dini kepada warga sekitar.

Pentingnya teknologi dalam penanggulangan bencana

Teknologi informasi dan komunikasi (TIK) memiliki peran yang sangat penting dalam upaya mitigasi dan penanggulangan bencana.

Beberapa contoh penerapan teknologi yang dapat dilakukan antara lain sistem peringatan dini berbasis SMS. Mengirimkan peringatan dini melalui SMS kepada masyarakat yang berpotensi terkena dampak bencana; mengembangkan aplikasi mobile yang menyediakan informasi terkini tentang cuaca, lokasi pengungsian, dan bantuan yang tersedia; menggunakan sistem informasi geografis (GIS) untuk memetakan daerah-daerah yang rawan bencana; menggunakan drone untuk memantau kondisi daerah bencana dan melakukan survei kerusakan.

Pentingnya aspek sosial dan budaya

Selain aspek teknis, aspek sosial dan budaya juga perlu diperhatikan dalam upaya penanggulangan bencana. Masyarakat perlu dilibatkan secara aktif dalam proses pengambilan keputusan dan pelaksanaan program-program mitigasi. Hal ini dapat dilakukan melalui berbagai cara, seperti melakukan musyawarah desa untuk membahas masalah-masalah yang terkait dengan bencana dan mencari solusi bersama; membentuk dan memperkuat kelompok-kelompok masyarakat yang memiliki peran dalam penanggulangan bencana, seperti kelompok siaga bencana; melestarikan pengetahuan lokal tentang tanda-tanda alam yang dapat digunakan sebagai peringatan dini.

Menghadapi bencana alam seperti yang terjadi di musim La Nina membutuhkan upaya yang komprehensif dan berkelanjutan. Dengan menggabungkan berbagai pendekatan, mulai dari teknologi hingga aspek sosial budaya, kita dapat meningkatkan kemampuan kita dalam mencegah, mengurangi, dan mengatasi dampak bencana.

Sumber pendanaan

Sumber pendanaan untuk upaya mitigasi dan penanggulangan bencana sangat beragam dan berasal dari berbagai sumber, baik dari dalam negeri maupun luar negeri.

Berikut adalah beberapa sumber utama : APBN adalah sumber utama pendanaan bagi pemerintah pusat dalam upaya penanggulangan bencana. Dana dari APBN dialokasikan untuk berbagai kegiatan, mulai dari pra-bencana (mitigasi), tanggap darurat, hingga rehabilitasi dan rekonstruksi pasca-bencana; APBD. Pemerintah daerah juga memiliki anggaran khusus untuk penanggulangan bencana. Dana APBD digunakan untuk kegiatan mitigasi di tingkat lokal, seperti pembangunan infrastruktur penanggulangan banjir, perbaikan saluran drainase, dan sebagainya; dana cadangan bencana. Ini adalah dana yang dialokasikan secara khusus untuk menghadapi bencana. Dana ini dapat digunakan untuk membiayai kegiatan tanggap darurat dan rehabilitasi awal; donasi dan sumbangan. Masyarakat, lembaga swadaya masyarakat (LSM), perusahaan swasta, dan pihak lainnya sering memberikan donasi dan sumbangan untuk membantu korban bencana. Donasi ini dapat berupa uang, barang, atau tenaga sukarela; Asuransi. Asuransi bencana dapat menjadi sumber pendanaan yang penting, terutama untuk kerugian materiil akibat bencana. Namun, cakupan asuransi bencana di Indonesia masih terbatas.

Sumber pendanaan dari luar negeri

Pemerintah negara lain sering memberikan bantuan bilateral kepada Indonesia dalam bentuk uang, barang, atau tenaga ahli untuk membantu penanganan bencana; bantuan multilateral. Organisasi internasional seperti PBB, Bank Dunia, dan Asian Development Bank juga memberikan bantuan keuangan dan teknis untuk upaya penanggulangan bencana di Indonesia; Pinjaman. Pemerintah Indonesia dapat memperoleh pinjaman dari lembaga keuangan internasional untuk membiayai upaya rekonstruksi pasca-bencana.

Tantangan dalam pendanaan penanggulangan bencana

Meskipun sumber pendanaan cukup banyak, namun masih terdapat beberapa tantangan dalam pengelolaannya, antara lain anggaran yang tersedia seringkali tidak mencukupi untuk memenuhi semua kebutuhan dalam penanggulangan bencana; proses pencairan dana seringkali memakan waktu yang lama, sehingga menghambat upaya tanggap darurat; koordinasi antara pemerintah pusat dan daerah dalam pengelolaan dana seringkali kurang efektif; pengelolaan dana bencana kadang kurang transparan, sehingga menimbulkan kecurigaan di masyarakat.

Upaya untuk meningkatkan efektivitas pendanaan

Untuk mengatasi tantangan tersebut, diperlukan beberapa upaya, antara lain pemerintah perlu meningkatkan alokasi anggaran untuk penanggulangan bencana, baik di tingkat pusat maupun daerah; perlu dilakukan simplifikasi prosedur pencairan dana agar lebih cepat dan efisien; pembangunan sistem informasi yang terintegrasi dapat meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan dana bencana; perlu dilakukan peningkatan kapasitas sumber daya manusia yang terlibat dalam pengelolaan dana bencana.

Dengan pengelolaan yang baik dan efektif, diharapkan sumber pendanaan yang ada dapat dimanfaatkan secara optimal untuk mengurangi dampak bencana dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Lihat :

https://www.sukabumiupdate.com/jawa-barat/150995/anggota-dprd-jabar-hasim-adnan-penting-bagi-kita-semua-melakukan-pertobatan-ekologis

https://jatim.inews.id/berita/update-banjir-di-mojokerto-air-makin-tinggi-dan-ratusan-warga-mengungsi/all

https://www.bmkg.go.id/press-release/?p=bmkg-operasi-modifikasi-cuaca-berhasil-kurangi-risiko-bencana-di-jakarta-dan-sekitarnya&tag=&lang=ID

Joyogrand, Malang,Tue', Dec' 10, 2024.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun