Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Menimbang Debat Publik Pertama Pilwalkot Malang Menuju Debat Kedua Malam Ini

9 November 2024   15:57 Diperbarui: 9 November 2024   16:13 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tiga Paslon Walikota dan Wakil Walikota  Malang. (Sumber: seru.co.id).

Pada debat pertama, ketiga paslon menonjolkan gaya unik yang mewakili latar belakang masing-masing.

Pasangan Wahyu Hidayat-Ali Muthohirin (Wali) mengusung gaya birokratis yang terstruktur, menunjukkan pengalaman administrasi pemerintah. Fokus mereka pada pencapaian pengentasan kemiskinan selama Wahyu menjabat sebagai Plt Wali Kota memperlihatkan keyakinan mereka terhadap birokrasi yang stabil dan terukur.

Pasangan Heri Cahyono-Ganis Rumpoko (HC-Ganis) menampilkan gaya yang lebih modern dan visioner, dengan kepekaan pada isu sosial dan ekonomi, terutama soal ketimpangan pendapatan. Pasangan ini mengangkat Gini Ratio Kota Malang yang dianggap cukup serius dan menjadi peringatan bagi pemerintah kota. Ini mencerminkan fokus mereka pada peningkatan pemerataan ekonomi dan peluang untuk generasi muda serta masyarakat rentan.

Pasangan Abah Anton-Dimyati Nasrallah (Abadi) mengedepankan pengalaman Anton sebagai mantan walikota yang telah "makan asam garam" dalam urusan pemerintahan daerah. Paslon ini juga mengkritik capaian paslon 01, terutama klaim kemajuan yang dinilai belum terefleksi dalam kesejahteraan warga.

Secara substansial, debat pertama menunjukkan perbedaan perspektif antara paslon yang lebih mengandalkan pengalaman pemerintahan (Wali dan Abadi) dan paslon yang menyoroti pendekatan visioner (HC-Ganis). Dengan HC-Ganis menekankan ketimpangan ekonomi, ada penekanan bahwa pembangunan bukan hanya soal angka penurunan kemiskinan, tetapi juga pemerataan kesejahteraan. Kritik ini juga mengarah pada Wali yang menyoroti keberhasilan birokrasi dalam menekan angka kemiskinan, yang menurut Abadi dan HC-Ganis tidak sepenuhnya mencerminkan realita sosial di Kota Malang.

Pada debat kedua malam ini, akan menarik untuk melihat bagaimana tiap paslon menawarkan solusi konkrit untuk perbaikan pelayanan publik, termasuk dalam hal akses layanan kesehatan, pendidikan, dan infrastruktur yang merata; menyikapi ketimpangan sosial ekonomi yang dianggap serius oleh HC-Ganis. Ini juga mengharuskan paslon menunjukkan rencana yang terukur untuk meratakan pendapatan dan kesempatan ekonomi; membuktikan kemampuan komunikasi dan pemahaman masalah sosial kota. Ini penting untuk membangun kepercayaan publik, terutama dalam merealisasikan janji-janji yang diangkat saat kampanye.

Dengan tema debat yang mengharuskan solusi, warga Kota Malang bisa mengharapkan pernyataan programatik dan taktis dari para kandidat. Ini akan menjadi ujian apakah mereka mampu melampaui retorika dan menunjukkan komitmen nyata pada peningkatan pelayanan publik dan penyelesaian persoalan daerah.

Dalam debat kedua ini Paslon Abadi sepertinya akan memastikan dirinya sebagai unggulan untuk menjadi Walikota Malang. Dalam debat pertama, Anton sudah sampai pada pendekatan bagaimana melayani rakyat secara langsung, dan bukannya membabi-buta akan membantu RT/RW sekota Malang yang dijanjikan akan mendapat bantuan sebesar Rp 50 Juta setiap tahunnya apabila Paslon 01 terpilih.

Pendekatannya bukan begitu, tapi bagaimana kita semakin mendekatkan pelayanan publik yang sesungguhnya di tingkat RT/RW. Kalau ada warga yang sakit darurat misalnya, anytime mereka bisa memanggil Puskesmas, dan pihak Puskesmas akan menjemputnya dengan segera. Demikian pula pelayanan lainnya. Intinya kita harus menjemput bola, bukannya ngasi duit lalu kabur dan melupakan rakyat. Tugas pemerintah bukannya minta dilayani rakyat, tapi bagaimana melayani rakyat dengan cara menjemput bola.

Paslon Abadi (Abah Anton-Dimyati) tampaknya ingin menunjukkan komitmen mendalam terhadap pelayanan publik yang responsif dan berbasis kebutuhan nyata warga. Pendekatan Anton yang menekankan pada "menjemput bola" memperlihatkan pemahaman yang cukup mendalam tentang kebutuhan pelayanan publik yang aktif dan adaptif, terutama di tingkat paling dasar, yakni RT/RW. Alih-alih hanya memberikan bantuan finansial yang bisa dianggap sebagai solusi instan tapi mungkin kurang berdampak jangka panjang, pendekatan menjemput bola mencerminkan paradigma pemerintahan yang lebih melayani dan dekat dengan masyarakat.

Ini adalah langkah yang fokus pada aksesibilitas layanan kesehatan dan respons cepat terhadap kebutuhan mendesak warga, seperti akses darurat ke Puskesmas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun