Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Serangan Terbaru Israel Mempermalukan Regime Teokrasi Iran

26 Oktober 2024   19:13 Diperbarui: 27 Oktober 2024   12:24 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

Serangan Terbaru Israel Mempermalukan Regime Theokrasi Iran

Sementara di negeri ini semua media seakan mempahlawankan Iran, dan tiba-tiba senyap tanpa adanya investigasi jurnalistik terhadap serangan terbaru Israel terhadap Iran. Serangan udara IDF dengan puluhan pesawat siluman yang terjadi senyap seperti kilatan cahaya tanpa perlawanan rudal pencegat dari IRGC menyasar infrastruktur militer di Teheran Iran, terutama fasilitas yang terkait dengan pabrik rudal dan drone. Namun, reaktor nuklir dan kilang minyak Iran tampaknya dihindari dari serangan, sejalan dengan kesepakatan yang diatur antara Israel dan Amerika Serikat. PM Israel, Benjamin Netanyahu, menghindari menyerang situs nuklir atau infrastruktur minyak Iran setelah diskusi dengan Presiden AS, Joe Biden. Biden dikabarkan menyarankan Israel untuk menahan diri dari aksi-aksi yang dapat memperluas konflik regional dan mengganggu pasar minyak global. Kesepakatan ini juga bertepatan dengan strategi AS untuk menjaga stabilitas kawasan menjelang pemilihan presiden di AS 5 Nopember 2024 ini.

Serangan terbaru Israel ini terjadi setelah rentetan serangan rudal Iran sebelumnya terhadap Israel, yang memicu tanggapan balasan. Israel juga mengklaim serangan ini sebagai respons terhadap dukungan Iran kepada kelompok militan seperti Hezbollah dan Hamas, yang terus melancarkan serangan lintas perbatasan di Lebanon dan Gaza.

Kantor berita semi-resmi Iran Tasnim mengutip pernyataan dari militer Iran yang mengatakan dua tentaranya tewas dalam serangan Israel semalam di lokasi militer di Iran . Kantor berita resmi IRNA juga melaporkan dua tentara tewas, sementara televisi pemerintah juga mengutip pernyataan militer yang menyatakan hal yang sama.

Tentara Republik Islam Iran kehilangan dua tentaranya pada malam hari ketika mereka menghadapi proyektil dari Israel dalam mempertahankan wilayahnya, kata pernyataan itu. Sebelumnya, Iran hanya berbicara tentang "kerusakan terbatas" di beberapa lokasi. Jelas bahwa banyak yang disembunyikan Iran dari kecolongan maut yang memalukan ini. Kita tantang Tempo CNN dan CNBC versi Indonesia untuk menginvestigasinya karena dukungannya terhadap Iran selama ini.

Serangan tersebut semakin memicu ketakutan akan konflik habis-habisan antara Israel dan Iran. Serangan ajaib yang tak terdeteksi Iran itu sungguh memalukan karena tak sejalan dengan sesumbar Panglima IRGC sebelumnya yang telah mengecilkan Israel terkait tambahan THAAD. Iran lupa bahwa Israel adalah salah satu produsen senjata berteknologi tinggi ternama di dunia.

Kematian dua tentara Iran dalam serangan Israel yang menggunakan teknologi tinggi menunjukkan ketidaksiapan militer Iran dalam mendeteksi serangan seperti itu, meskipun dengan klaim kuat dari Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) sebelumnya bahwa Iran akan siap sepenuhnya menghadapi gempuran Israel kapanpun. Ketika IRGC menyatakan tambahan sistem pertahanan THAAD oleh AS di Israel sebagai ancaman yang dapat diatasi, serangan Israel yang dilaporkan menggunakan teknologi presisi tinggi justeru sangat mampu menembus pertahanan Iran tanpa terdeteksi. Hal ini mencerminkan perbedaan signifikan antara kekuatan teknologi militer Iran dan Israel, di mana Israel dikenal sebagai produsen persenjataan canggih, termasuk dalam hal radar dan serangan presisi yang dirancang untuk menghindari deteksi radar konvensional.

Faktor lain yang menambah kekuatan serangan Israel adalah dukungan teknologi dari AS, yang juga memainkan peran besar dalam memperkuat kemampuan pertahanan Israel terhadap Iran. Meski Iran memiliki jaringan sistem pertahanan yang cukup maju, kenyataan bahwa Israel berhasil menargetkan lokasi sensitif di ibukota Iran Teheran menunjukkan ketidaksiapan IRGC dalam menghadapi serangan teknologi tinggi. Situasi ini memperlihatkan keunggulan teknologi Israel masih memberikan ancaman yang signifikan bagi Iran dan klaim pertahanan Iran dalam menghadapi Israel memerlukan evaluasi kembali, terutama di tengah ketegangan yang kian meningkat di kawasan tersebut.

Pesan utama retaliasi Israel

Pesan utama dari serangan Israel ini sangat jelas, yaitu Israel ingin menegaskan kapabilitas teknologinya dalam menyerang sasaran penting Iran, sekaligus menunjukkan ancaman dari Iran tidak akan ditoleransi. Dengan menyerang fasilitas militer yang terletak jauh di dalam wilayah Iran, Israel menunjukkan Iran tidak sepenuhnya terlindungi dari serangan presisi tinggi meskipun memiliki sistem pertahanan yang kuat. Ini juga mengirimkan sinyal Israel siap bertindak sendiri, tanpa menunggu dukungan internasional, jika merasa keamanannya terancam oleh aktivitas militer Iran atau oleh dukungan Iran terhadap kelompok-kelompok teror apapun yang menyerang Israel.

Serangan ini juga menyiratkan Israel tidak gentar menghadapi klaim Iran sebelumnya tentang kemampuan pertahanannya atau kemampuan teknologi misilnya. Israel tampaknya ingin menunjukkan keunggulan teknologinya dapat mengatasi segala bentuk pertahanan dan deteksi, serta mempermalukan klaim Iran yang meremehkan kekuatan militer Israel. Selain itu, serangan ini dapat menjadi pesan peringatan bagi sekutu Iran, seperti Hezbollah dan Hamas, bahwa Israel siap dan mampu menargetkan aset penting mereka kapan pun jika diperlukan.

Di sisi lain, bagi komunitas internasional, serangan ini menjadi ajakan untuk lebih waspada terhadap risiko eskalasi di middle-east. Ketegangan ini memunculkan kekhawatiran jika tidak dikendalikan, situasi bisa berkembang menjadi konflik regional yang lebih luas.

Biang kerok

Herannya setelah terkuak Iranlah biang kerok eskalasi di middle-east, tapi bagi dunia Islam seperti di Indonesia, Malaysia, Pakistan dan sebagian negara-negara Arab di middle-east, Syiah yang tak pernah diakui keislamannya oleh kalangan Sunni dunia seperti digusurnya Syiah Madura beberapa waktu lalu di Indonesia sehingga umatnya tetap terpinggirkan melata tanpa pengakuan. Itu bukti nyata Syiah bukanlah Islam bagi kalangan Sunni Indonesia dan dunia. Tapi mengapa Iran menjadi pahlawan Islam sekarang. Tidak cukupkah bukti Iranlah biang kerok semua keributan di middle-east dengan segala macam proksinya mulai dari Hamas, Hezbollah, Houthi dll.

Pandangan tentang Iran di kalangan negara-negara mayoritas Muslim memang kompleks dan terpecah berdasarkan sekte dan politik regional. Iran, yang mayoritas penduduknya penganut Syiah, secara teologis berbeda dengan Sunni, yang merupakan mayoritas di negara-negara seperti Indonesia, Malaysia, Pakistan dan negara-negara Arab di middle-east. Dalam konteks ini, banyak tokoh dan ulama Sunni tidak mengakui Syiah sebagai bagian dari Islam karena perbedaan dalam keyakinan, praktik, dan interpretasi ajaran. Hal ini bahkan berujung pada konflik sektarian, seperti di Madura, di mana komunitas Syiah mengalami diskriminasi atau pengusiran karena perbedaan keyakinan.

Namun, di ranah politik internasional, Iran seakan ditahbiskan sebagai "pahlawan Islam" karena posisinya yang vokal melawan kekuatan Barat, terutama AS dan Israel. Sikap Iran dalam mendukung kelompok-kelompok teror seperti Hamas, Hezbollah, dan Houthi, yang mengklaim sebagai pejuang kemerdekaan melawan "penindasan" Israel atau pemerintah Arab pro-Barat, menarik simpati dari sebagian masyarakat Muslim yang melihat perlawanan Iran sebagai simbol perjuangan terhadap ketidakadilan. Dukungan Iran kepada kelompok-kelompok tersebut sering dipersepsikan sebagai bentuk solidaritas terhadap Arab-Palestina dan kawasan lain yang dianggap tertindas. Dalam konteks politik dan anti-imperialisme inilah mengapa Iran memperoleh dukungan, bahkan dari masyarakat Sunni yang sebetulnya tidak setuju dengan pandangan teologis Syiah.

Namun, sikap dan proksi Iran di middle-east - seperti yang dicontohkan dengan keterlibatannya di Suriah, Yaman, dan Lebanon - menjadi sumber utama konflik regional, yang diperparah dengan rivalitasnya dengan negara-negara Arab Sunni seperti Arab Saudi dan UEA. Meskipun banyak bukti yang mengaitkan Iran dengan eskalasi kekerasan di middle-east melalui jaringan proksinya di dunia Muslim lebih luas, ada kecenderungan untuk memandang Iran sebagai negara yang menentang Barat, menjadikan posisi politik Iran sebagai "pahlawan Islam" bagi sebagian kalangan Muslim.

Eskalasi lebih lanjut

Masalahnya sekarang apakah serangan balasan Israel belum lama ini dapat memancing Iran ke ekalasi lebih lanjut. Akan berdiam diri sajakah Iran sampai Hamas, Hezbollah dan Houthi hancurlebur di tangan Israel.

Serangan balasan Israel terhadap Iran semalam memang berpotensi meningkatkan ketegangan regional. Namun, eskalasi lebih lanjut dari Iran bergantung pada beberapa faktor strategis, termasuk risiko respons dari AS dan sekutunya. Iran memiliki banyak proksi di middle-east, seperti Hezbollah di Lebanon, milisi Syiah di Suriah, Houthi di Yaman, dan Hamas di Gaza, yang bisa menjadi alat utama dalam strategi balasannya tanpa harus melibatkan angkatan bersenjata nasionalnya secara langsung.

Jika Iran memilih untuk menghindari respons langsung dan eskalasi besar, kemungkinan besar mereka akan tetap menggunakan kelompok proksi untuk menyerang kepentingan Israel dan AS secara tidak langsung. Serangan dari kelompok-kelompok ini di beberapa front memungkinkan Iran untuk menghindari perang skala penuh sambil tetap berusaha melemahkan Israel secara perlahan. Namun, jika serangan Israel berlanjut dan menargetkan infrastruktur strategis atau simbolis Iran secara langsung, tekanan publik di Iran bisa memicu eskalasi langsung, yang bisa mencakup konfrontasi militer terbuka atau serangan rudal terhadap target Israel di kawasan.

Pada akhirnya, Iran tidak mungkin "berdiam diri" sepenuhnya, tetapi sejauh ini tampaknya regime kaum Mullah ini akan menahan diri dari konfrontasi langsung untuk menghindari konflik besar-besaran yang bisa membawa risiko kehancuran bagi rezimnya sendiri.

Lihat :

https://www.jpost.com/opinion/article-825719?dicbo=v2-SimOq7z

https://www.dw.com/en/israel-says-retaliatory-strikes-against-iran-completed/live-70605439

https://edition.cnn.com/world/live-news/israel-iran-strikes-lebanon-gaza-war-10-26-24/index.html

https://www.deccanherald.com/world/why-did-israel-attack-iran-3250052

Joyogrand, Malang, Sat', Oct' 26, 2024.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun