Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Serangan Terbaru Israel Mempermalukan Regime Teokrasi Iran

26 Oktober 2024   19:13 Diperbarui: 27 Oktober 2024   12:24 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Serangan ini juga menyiratkan Israel tidak gentar menghadapi klaim Iran sebelumnya tentang kemampuan pertahanannya atau kemampuan teknologi misilnya. Israel tampaknya ingin menunjukkan keunggulan teknologinya dapat mengatasi segala bentuk pertahanan dan deteksi, serta mempermalukan klaim Iran yang meremehkan kekuatan militer Israel. Selain itu, serangan ini dapat menjadi pesan peringatan bagi sekutu Iran, seperti Hezbollah dan Hamas, bahwa Israel siap dan mampu menargetkan aset penting mereka kapan pun jika diperlukan.

Di sisi lain, bagi komunitas internasional, serangan ini menjadi ajakan untuk lebih waspada terhadap risiko eskalasi di middle-east. Ketegangan ini memunculkan kekhawatiran jika tidak dikendalikan, situasi bisa berkembang menjadi konflik regional yang lebih luas.

Biang kerok

Herannya setelah terkuak Iranlah biang kerok eskalasi di middle-east, tapi bagi dunia Islam seperti di Indonesia, Malaysia, Pakistan dan sebagian negara-negara Arab di middle-east, Syiah yang tak pernah diakui keislamannya oleh kalangan Sunni dunia seperti digusurnya Syiah Madura beberapa waktu lalu di Indonesia sehingga umatnya tetap terpinggirkan melata tanpa pengakuan. Itu bukti nyata Syiah bukanlah Islam bagi kalangan Sunni Indonesia dan dunia. Tapi mengapa Iran menjadi pahlawan Islam sekarang. Tidak cukupkah bukti Iranlah biang kerok semua keributan di middle-east dengan segala macam proksinya mulai dari Hamas, Hezbollah, Houthi dll.

Pandangan tentang Iran di kalangan negara-negara mayoritas Muslim memang kompleks dan terpecah berdasarkan sekte dan politik regional. Iran, yang mayoritas penduduknya penganut Syiah, secara teologis berbeda dengan Sunni, yang merupakan mayoritas di negara-negara seperti Indonesia, Malaysia, Pakistan dan negara-negara Arab di middle-east. Dalam konteks ini, banyak tokoh dan ulama Sunni tidak mengakui Syiah sebagai bagian dari Islam karena perbedaan dalam keyakinan, praktik, dan interpretasi ajaran. Hal ini bahkan berujung pada konflik sektarian, seperti di Madura, di mana komunitas Syiah mengalami diskriminasi atau pengusiran karena perbedaan keyakinan.

Namun, di ranah politik internasional, Iran seakan ditahbiskan sebagai "pahlawan Islam" karena posisinya yang vokal melawan kekuatan Barat, terutama AS dan Israel. Sikap Iran dalam mendukung kelompok-kelompok teror seperti Hamas, Hezbollah, dan Houthi, yang mengklaim sebagai pejuang kemerdekaan melawan "penindasan" Israel atau pemerintah Arab pro-Barat, menarik simpati dari sebagian masyarakat Muslim yang melihat perlawanan Iran sebagai simbol perjuangan terhadap ketidakadilan. Dukungan Iran kepada kelompok-kelompok tersebut sering dipersepsikan sebagai bentuk solidaritas terhadap Arab-Palestina dan kawasan lain yang dianggap tertindas. Dalam konteks politik dan anti-imperialisme inilah mengapa Iran memperoleh dukungan, bahkan dari masyarakat Sunni yang sebetulnya tidak setuju dengan pandangan teologis Syiah.

Namun, sikap dan proksi Iran di middle-east - seperti yang dicontohkan dengan keterlibatannya di Suriah, Yaman, dan Lebanon - menjadi sumber utama konflik regional, yang diperparah dengan rivalitasnya dengan negara-negara Arab Sunni seperti Arab Saudi dan UEA. Meskipun banyak bukti yang mengaitkan Iran dengan eskalasi kekerasan di middle-east melalui jaringan proksinya di dunia Muslim lebih luas, ada kecenderungan untuk memandang Iran sebagai negara yang menentang Barat, menjadikan posisi politik Iran sebagai "pahlawan Islam" bagi sebagian kalangan Muslim.

Eskalasi lebih lanjut

Masalahnya sekarang apakah serangan balasan Israel belum lama ini dapat memancing Iran ke ekalasi lebih lanjut. Akan berdiam diri sajakah Iran sampai Hamas, Hezbollah dan Houthi hancurlebur di tangan Israel.

Serangan balasan Israel terhadap Iran semalam memang berpotensi meningkatkan ketegangan regional. Namun, eskalasi lebih lanjut dari Iran bergantung pada beberapa faktor strategis, termasuk risiko respons dari AS dan sekutunya. Iran memiliki banyak proksi di middle-east, seperti Hezbollah di Lebanon, milisi Syiah di Suriah, Houthi di Yaman, dan Hamas di Gaza, yang bisa menjadi alat utama dalam strategi balasannya tanpa harus melibatkan angkatan bersenjata nasionalnya secara langsung.

Jika Iran memilih untuk menghindari respons langsung dan eskalasi besar, kemungkinan besar mereka akan tetap menggunakan kelompok proksi untuk menyerang kepentingan Israel dan AS secara tidak langsung. Serangan dari kelompok-kelompok ini di beberapa front memungkinkan Iran untuk menghindari perang skala penuh sambil tetap berusaha melemahkan Israel secara perlahan. Namun, jika serangan Israel berlanjut dan menargetkan infrastruktur strategis atau simbolis Iran secara langsung, tekanan publik di Iran bisa memicu eskalasi langsung, yang bisa mencakup konfrontasi militer terbuka atau serangan rudal terhadap target Israel di kawasan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun