Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Mengapa Bukan Connie di Tengah Kemunduran Diplomasi Indonesia

21 Oktober 2024   15:50 Diperbarui: 21 Oktober 2024   16:38 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kariernya di dunia militer dimulai sebagai lulusan Norwich Military Academy di Amerika Serikat, dan berlanjut di TNI sebelum akhirnya terjun ke politik sebagai anggota Dewan Pendiri Gerindra. Ia juga pernah menjabat sebagai Wakil Ketua Komisi I DPR dan Ketua Fraksi Gerindra di MPR RI.

Penunjukan Sugiono sebagai Menlu memunculkan kekhawatiran terkait kemampuan dan pengalaman diplomatiknya, terutama karena posisi ini biasanya diisi oleh individu dengan latar belakang diplomasi yang kuat atau pengalaman panjang dalam urusan luar negeri. Sebagian kalangan melihat keputusan ini sebagai bentuk penghargaan atas loyalitas dan kedekatannya dengan Prabowo, alih-alih pertimbangan kemampuan profesional murni.

Langkah ini menimbulkan pertanyaan tentang arah kebijakan luar negeri Indonesia di bawah pemerintahan baru, serta apakah Sugiono dapat memenuhi ekspektasi di tengah kompleksitas isu global saat ini.

Diduga Connie Rahakundini yang bakal diangkat Prabowo sebagai Menlu RI, mengingat kepakaran Connie dalam soal geopolitik dan kemiliteran. Connie adalah salah satu pengajar di Universitas Pertahanan Nasional, dan Connie sekarang mengajar di salah satu Universitas ternama di St Petersburg Rusia.

Connie Rahakundini Bakrie dikenal sebagai pakar geopolitik dan pertahanan dengan latar belakang akademis yang kuat, termasuk keterlibatannya sebagai pengajar di Universitas Pertahanan Nasional Indonesia dan sebuah universitas ternama di St. Petersburg, Rusia. 

Kepakarannya dalam bidang geopolitik dan isu-isu kemiliteran telah lama diakui, dan ia sering memberikan analisis kritis mengenai strategi pertahanan dan kebijakan luar negeri Indonesia. Hal ini menjadikannya kandidat potensial yang secara substansial cocok untuk posisi Menteri Luar Negeri, terutama mengingat tantangan geopolitik yang dihadapi Indonesia di era global yang penuh dinamika.

Keunggulan

Jika dibandingkan dengan Sugiono, Connie memiliki keunggulan dalam pengalaman dan wawasan mendalam tentang diplomasi dan geopolitik. Pengetahuannya tentang strategi pertahanan juga bisa menjadi nilai tambah dalam mengintegrasikan kebijakan luar negeri dengan kepentingan keamanan nasional. Penunjukan Connie sebagai Menlu bisa dilihat sebagai langkah memperkuat posisi Indonesia di panggung internasional, terutama dalam menghadapi isu-isu seperti konflik kawasan, pengaruh kekuatan besar seperti Amerika dan Rusia, serta isu Laut China Selatan.

Namun, keputusan Prabowo untuk memilih Sugiono, yang lebih dikenal sebagai tokoh loyalis dan orang dekat Prabowo di Partai Gerindra, menunjukkan kemungkinan preferensi untuk seseorang yang lebih dekat secara personal dan politis, daripada memilih berdasarkan kepakaran teknis semata. Ini mencerminkan pendekatan pragmatis dalam penyusunan kabinet, di mana faktor kedekatan dan loyalitas politik bisa jadi lebih dominan daripada sekadar keahlian atau pengalaman diplomatik formal.

Penunjukan Sugiono mengindikasikan Prabowo mungkin ingin menjaga pengendalian erat atas kebijakan luar negeri melalui sosok yang dipercayai penuh, meskipun ini bisa menjadi risiko jika Sugiono tidak memiliki kesiapan yang sama dengan Connie dalam menghadapi tantangan geopolitik yang kompleks.

Masalahnya mungkinkah Connie akan ditunjuk menggantikan Sugiono apabila terbukti nanti ada reshuffle kabinet, mengingat situasi kritis sekarang di Laut China Selatan dan posisi kita yang terombang-ambing tak menentu dalam pentas middle-east dalam upaya menyelesaikan masalah Israel-Arab Palestina. Ini adalah salah satu legacy terburuk pemerintahan Jokowi di bawah kendali Menlu Retno Marsudi yang harus segera direpair.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun