Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Prabowo dan Distribusi Dokter di Indonesia

15 Oktober 2024   17:29 Diperbarui: 15 Oktober 2024   17:51 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Prabowo dan Distribusi Dokter di Indonesia

Kebijakan peningkatan jumlah dokter yang dicanangkan Prabowo Soebianto, seperti membangun 300 fakultas kedokteran dan mengirim 10.000 mahasiswa ke luar negeri, memang bertujuan mengatasi kekurangan tenaga medis di Indonesia. 

Namun, solusi tersebut perlu dilihat secara lebih komprehensif. Tantangan utama dalam masalah kesehatan di Indonesia bukan hanya jumlah dokter, tetapi juga distribusi yang tidak merata dan sistem kesehatan yang belum optimal.

Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan untuk memahami situasi ini

1. Ketimpangan distribusi tenaga medis

Saat ini, dokter di Indonesia cenderung terkonsentrasi di kota-kota besar, sedangkan di daerah terpencil dan tertinggal kekurangan tenaga medis masih signifikan. Banyak dokter enggan bekerja di wilayah terpencil karena fasilitas kesehatan yang kurang memadai, insentif yang tidak menarik, dan minimnya dukungan infrastruktur.

Membangun fakultas kedokteran di berbagai wilayah memang dapat menambah jumlah lulusan dokter, namun tanpa kebijakan distribusi yang efektif, dokter baru tetap akan memilih bekerja di kota besar atau bahkan luar negeri.

2. Kualitas pendidikan kedokteran

Membuka 300 fakultas kedokteran baru memerlukan sumberdaya yang besar, termasuk tenaga pengajar berkualitas, fasilitas pendidikan, dan standar akreditasi yang tinggi. Tanpa memastikan kualitas, ada risiko lulusan tidak memiliki kompetensi yang memadai. Hal ini dapat menambah jumlah dokter, tetapi tidak menyelesaikan masalah kualitas layanan kesehatan.

Untuk itu, penguatan standar akreditasi dan pengawasan mutu fakultas kedokteran sangat penting. Pemerintah perlu memastikan fakultas kedokteran baru memiliki kapasitas yang memadai untuk meluluskan dokter dengan kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan pelayanan kesehatan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun