Kemungkinan IDF Berimprovisasi Memenggal Kepala Ular di Iran
Lebanon  masih digempur Israel. Hasilnya sebagian besar infrastruktur militer Hezbollah sudah  hancur. Apa langkah Iran selaku dalang utama poros perlawanan di middle-east itu.
Mari kita lihat beberapa faktor geopolitik, militer, dan strategis yang terlibat. Hezbollah, kelompok teror yang berbasis di Lebanon, merupakan salah satu aktor utama dalam poros perlawanan di Timur Tengah, dengan dukungan signifikan dari Iran.
Berikut adalah langkah-langkah yang berkemungkinan diambil oleh Iran  :
1. Peran Iran sebagai sponsor utama Hezbollah
Iran telah lama mendukung Hezbollah sebagai bagian dari strategi yang lebih luas untuk meningkatkan pengaruhnya di Timur Tengah. Bantuan tersebut mencakup dukungan finansial, logistik, dan militer, serta penyediaan teknologi dan pelatihan.
Dalam konteks serangan oleh Israel, Iran berkemungkinan mempertahankan dukungan logistik dan keuangan. Meskipun infrastruktur militer Hezbollah di Lebanon telah banyak dihancurkan, Iran keukeuh akan terus memasok sumberdaya kepada Hezbollah baik secara langsung maupun melalui jaringan sekutunya.
Iran berkemungkinan pula akan memperkuat taktik perang proksi dengan menggunakan Hezbollah dan kelompok lainnya untuk mengganggu kepentingan Israel di kawasan tanpa harus terlibat langsung dalam konflik militer.
2. Strategi Iran di tingkat diplomatik
Iran bisa memanfaatkan saluran diplomatik di PBB atau organisasi internasional lainnya untuk menekan Israel dan membangun narasi bahwa serangan tersebut melanggar hukum internasional. Di saat yang sama, Iran akan menggalang dukungan di antara negara-negara yang sejalan dengan visinya dalam menentang pengaruh AS dan Israel di kawasan.
3. Penguatan aliansi regional
Iran kemungkinan besar akan memperkuat hubungan dengan aktor-aktor lain di kawasan yang memiliki kepentingan untuk mengimbangi kekuatan Israel, seperti Syria, Irak, dan milisi-milisi Syiah lainnya. Di luar itu, Iran juga bisa mempererat kerjasama dengan Rusia atau China dalam rangka melawan blok Barat yang mendukung Israel.
4. Pengelolaan eskalasi
Meski Hezbollah dihantam keras, Iran tidak akan mendorong eskalasi besar-besaran di kawasan pada saat ini. Iran biasanya menerapkan strategi yang hati-hati, menghindari konfrontasi langsung dengan Israel atau AS, tetapi tetap menjaga tekanan di lapangan dengan serangan sporadis atau serangan dari milisi proksi lainnya.
5. Pemanfaatan opini publik
Iran biasanya menggunakan peristiwa semacam ini untuk menggerakkan narasi di dalam negeri dan kawasan, yang menekankan perlawanan terhadap Israel dan Zionisme. Dukungan publik terhadap Hezbollah dan perlawanan mereka selalu dijadikan alat untuk membangun kesetiaan dan dukungan politik, baik di kalangan Syiah Lebanon maupun di dalam negeri Iran.
Iran dalam konteks ini menggunakan pendekatan asymmetric warfare (perang asimetris) untuk menghadapi kekuatan militer Israel yang lebih superior secara konvensional.
Pendekatan ini menggunakan elemen-elemen kunci sbb : Penggunaan proxy war dengan melibatkan milisi seperti Hezbollah; Membangun deterrence melalui perlawanan di beberapa front, baik melalui Lebanon, Gaza, atau kawasan lainnya; Melakukan escalation management, yakni mengatur intensitas konflik agar tidak menyulut keterlibatan internasional yang lebih besar yang bisa berbahaya bagi Iran secara langsung.
Iran juga menempatkan Hezbollah dalam konteks multi-layered resistance yang tidak hanya bertujuan sebagai aktor militer, tetapi juga sebagai simbol perjuangan politik, ideologi, dan sektarian di kawasan Timur Tengah. Ini adalah bagian dari strategi lebih besar untuk mempertahankan "poros perlawanan" yang melibatkan beberapa negara dan kelompok, guna melawan pengaruh AS dan Israel di kawasan tersebut.
Iran akan terus mendukung Hezbollah meskipun infrastruktur militernya dihancurkan, baik melalui bantuan militer, keuangan, atau diplomatik. Pasca tewasnya Nasrallah, Iran tentu akan berhati-hati dalam meningkatkan eskalasi agar tidak memicu konfrontasi langsung dengan Israel atau AS. Pendekatan yang digunakan oleh Iran adalah perpaduan antara dukungan taktis proksi, penguatan aliansi regional, dan pengelolaan eskalasi diplomatik yang cermat untuk mempertahankan pengaruhnya di Timur Tengah.
Menyasar Houthi
Karena serangan roket dari Lebanon sudah banyak berkurang. Tinggal bagaimana IDF menghabisi semua infrastruktur militer yang tersisa di Lebanon. Dari Syria pun tak ada lagi serangan atau konvoi IRGC untuk memasok peralatan militer ke Syria  Juga dari arah Irak pun kaum militan Syiah hanya menonton sambil menunggu perintah dari Khamenei yang kini juga disembunyikan IRGC agar tak diledakkan Israel.
Saya pikir inilah kesempatan bagi Israel untuk menggempur Houthi yang semakin membesar itu. Inilah saatnya mengempeskan Houthi, apabila perlu menghabisinya. Maka Jumat ybl kembali terulang serbuan IAF ke Yaman yang menghancurkan pelabuhan Hodeidah dan pelabuhan laut di Ras Issa. Kalaulah Houthi membalas dengan rudal balistik pasokan Iran yang ditembakkan ke Eilat, maka mungkin IAF akan menggempur kembali Houthi dengan tak lupa menyasar para Kepala Gang Houthi disana.
Potensi serangan Israel terhadap Houthi di Yaman, sepertinya akan mempertimbangkan beberapa faktor strategis dan geopolitik yang kompleks.
1. Dinamika Houthi di Yaman
Houthi adalah kelompok militan yang didukung oleh Iran, dan telah menjadi kekuatan dominan di sebagian besar Yaman setelah konflik yang berkepanjangan dengan pemerintah yang didukung oleh koalisi pimpinan Saudi. Meski Houthi memiliki kemampuan balistik yang cukup signifikan - berkat dukungan Iran - mereka juga menghadapi tekanan besar dari serangan udara koalisi Arab serta keterbatasan sumberdaya militer. Jika Israel (IAF) melakukan serangan tambahan terhadap infrastruktur Houthi, seperti yang terjadi baru-baru ini di pelabuhan Hodeidah dan Ras Issa, dampaknya bisa melemahkan logistik dan kemampuan tempur Houthi.
2. Kemungkinan Eskalasi
Serangan balasan Houthi dengan rudal balistik ke Israel, terutama ke Eilat, dapat memicu respons yang lebih besar dari Israel. Israel, dengan kapabilitas militernya yang sangat maju, memiliki potensi untuk melakukan serangan yang lebih menghancurkan terhadap Houthi. Serangan-serangan tersebut kemungkinan akan menargetkan kepala-kepala militer Houthi serta infrastruktur militer dan ekonomi penting di wilayah yang mereka kuasai.
3. Posisi Iran dan Proxy Wars
Iran kemungkinan akan terus memainkan peran di belakang layar melalui dukungan proxy kepada Houthi. Namun, keterlibatan langsung Iran bisa menjadi terbatas mengingat tekanan internasional dan ancaman serangan dari Israel yang lebih luas. Iran, dalam situasi yang sudah penuh tekanan di Lebanon, Syria, dan Irak, Iran dipastikan tidak mampu mempertahankan dukungan besar-besaran kepada Houthi tanpa menimbulkan risiko besar terhadap keamanan nasionalnya sendiri.
4. Resiko bagi Israel
Israel melihat Houthi sebagai ancaman yang harus dikendalikan, terutama jika mereka menggunakan rudal balistik untuk menyerang Israel. Namun, serangan lebih lanjut terhadap Houthi di Yaman bisa melibatkan Israel dalam konflik yang lebih luas di Semenanjung Arab, yang juga bisa memperumit hubungannya dengan negara-negara di kawasan seperti Arab Saudi dan negara-negara Teluk lainnya. Kita tahu sendiri betapa "jaga Image"nya Arab Saudi terhadap kawasan khususnya dan dunia pada umumnya.
5. Strategi Israel
Dalam jangka pendek, Israel akan terus menargetkan infrastruktur militer Houthi untuk melemahkan kemampuan mereka. Operasi ini kemungkinan akan dilakukan secara presisi dan menggunakan intelijen yang canggih untuk memastikan bahwa serangan tersebut menghantam target utama tanpa memperluas konflik. Israel juga akan berhati-hati untuk menjaga hubungan dengan negara-negara Arab yang mungkin tidak ingin terlibat langsung dalam konflik yang lebih besar.
Tindakan Israel dalam menggempur Houthi adalah bagian dari strategi preventive strike untuk mencegah potensi ancaman langsung ke Israel, seperti serangan rudal balistik. Israel akan melanjutkan operasi ini jika Houthi terus menunjukkan kemampuan untuk menyerang. Namun, operasi ini juga harus dilakukan secara hati-hati untuk menghindari eskalasi yang lebih luas, terutama jika Iran meningkatkan dukungan terhadap Houthi.
Di luar analisis itu kita sekarang berharap kepada siapa lagi kalau bukan kepada Bibi dan Herzi Halevi. Masalahnya, Kepala Ularnya (Khamenei) masih tertinggal bahkan ngumpet di Iran. Apa bukan itu saja yang diledakkan terlebih dahulu agar semua anggota gang poros perlawanan Iran dapat dikempesin (bukan dihabisi) semuanya tanpa mengeluarkan beaya yang tak perlu.
Saya pikir Mossad bisa berimprovisasi di sini seperti Gershwin berimprovisasi dalam Rhapsody in Blue.
Lihat:
https://www.thenationalnews.com/news/mena/2024/09/29/israel-gaza-war-yemen-houthis/
https://www.theatlantic.com/international/archive/2024/09/israel-nasrallah-hezbollah/680073/
Joyogrand, Malang, Mon', Sept' 30, 2024.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H