Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Raja Jawa dan Pemberantasan Korupsi

22 Agustus 2024   17:27 Diperbarui: 22 Agustus 2024   17:27 259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Clip art Petruk jadi Raja. (Sumber : Tropenmuseum via news.detik.com).

Raja Jawa dan Pemberantasan Korupsi

Ketua Umum Partai Golkar Bahlil Lahadalia menyinggung "Raja Jawa" di dalam pidato perdananya usai resmi terpilih sebagai Ketum Golkar yang baru pengganti Airlangga Hartarto.

Bahlil meminta para kader tidak bermain-main dengan "Raja Jawa" jika tidak ingin celaka. Hal tersebut disampaikan Bahlil dalam Munas ke-11 Golkar di JCC, Senayan, Jakarta, Rabu 21 Agustus ybl.

"Kita harus lebih paten lagi, soalnya Raja Jawa ini kalau kita main-main, celaka kita. Saya mau kasih tahu saja, jangan coba-coba main-main barang ini. Waduh ini ngeri-ngeri sedap barang ini, saya kasih tahu," demikian Bahlil.

Bahlil lantas mengungkit dampak jika ada pihak yang mencoba main-main dengan si Raja Jawa. Akan tetapi, Bahlil ogah membukanya di depan umum. "Sudah waduh ini, dan sudah banyak, sudah lihat kan barang ini kan? Ya tidak perlu saya ungkapkanlah. Enggak perlu," ujar Bahlil.

Sementara itu, Bahlil mengaku, dirinya tidak memiliki kepentingan pribadi ataupun kepentingan lain sebagai Ketum Golkar. Dia mengklaim hanya memiliki kepentingan untuk membuat Golkar lebih baik lagi ke depannya. "Karena itu, pemerintahan Pak Prabowo-Gibran sebagai kelanjutan dari pemerintahan Jokowi-Maruf Amin," kata Bahlil.

Apakah istilah Raja Jawa versi Ketum Golkar yang baru  ini  merujuk pada Jokowi Presiden yang berkuasa sekarang dan penggantinya Prabowo dan bagaimana Golkar harus bersikap ke depan. Atau apakah pernyataan ini hanya joking politik saja, meski kita tahu bahwa yang jadi Presiden selama ini adalah orang Jawa, sebagaimana  halnya Jokowi dan pelanjutnya Prabowo Soebianto.

Pernyataan Bahlil Lahadalia tentang "Raja Jawa" memang menarik dan menimbulkan spekulasi. Secara historis, istilah "Raja Jawa" sering digunakan secara metaforis untuk merujuk pada figur kuat dalam politik yang berasal dari Jawa, terutama yang memiliki pengaruh besar dalam kekuasaan pemerintahan. Mengingat Presiden Jokowi dan calon Presiden Prabowo Subianto sama-sama berasal dari Jawa, ada kemungkinan istilah ini digunakan untuk merujuk pada mereka atau kekuatan politik yang mereka representasikan.

Pernyataan Bahlil boleh jadi berfungsi sebagai peringatan bagi kader Golkar untuk berhati-hati dalam berurusan dengan kekuatan besar ini, mengingat potensi dampaknya jika tidak bijaksana. Ini juga bisa diartikan sebagai pengakuan atas realitas politik di mana figur-figur ini memiliki pengaruh besar, sehingga Golkar harus menavigasi situasi dengan cermat.

Namun, boleh jadi juga pernyataan ini dimaksudkan sebagai sindiran politik atau "joking" untuk menekankan pentingnya kesadaran politik dalam menghadapi tantangan-tantangan yang akan datang. Golkar, di bawah kepemimpinan Bahlil, dipastikan akan terus mendukung pemerintahan Prabowo-Gibran sebagai bagian dari kesinambungan dari era Jokowi-Ma'ruf Amin, tetapi tetap dengan kewaspadaan terhadap dinamika kekuasaan yang ada.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun