3. Konsolidasi dan reposisi kekuasaan dalam NU
Upaya konsolidasi. Di tengah transisi kekuasaan, sering ada upaya dari kelompok atau individu tertentu untuk mengkonsolidasikan kekuasaan mereka di dalam organisasi seperti NU. Mereka berusaha menyingkirkan oposisi internal atau memperkuat posisi mereka melalui aliansi dengan partai politik atau kekuatan eksternal lainnya.
Reposisi strategis. Ketegangan ini juga bisa menjadi bagian dari upaya reposisi strategis, di mana para pemimpin NU berusaha menegaskan kembali otoritas mereka atau menyesuaikan posisi mereka dengan dinamika politik yang berubah. Ini bisa melibatkan penentuan kembali peran NU dalam politik Indonesia, baik dengan lebih mendukung partai tertentu atau mengambil sikap yang lebih independen.
4. Resonansi dengan sejarah NU
Khittah NU. Pertikaian semacam ini seringkali diwarnai perdebatan tentang "khittah" NU, yaitu prinsip bahwa NU harus menjaga jarak dari politik praktis. Di satu sisi, ada kelompok yang ingin NU tetap fokus pada kegiatan keagamaan dan sosial, sementara di sisi lain ada kelompok yang melihat keterlibatan politik sebagai cara untuk memperluas pengaruh dan melindungi kepentingan umat.
Pertikaian internal di NU, dalam konteks transisi kekuasaan saat ini, mencerminkan ketegangan antara berbagai faksi yang memiliki visi berbeda tentang masa depan organisasi dan perannya dalam politik Indonesia. Ini bukan sekadar konflik internal biasa, tetapi juga bagian dari dinamika politik yang lebih luas, di mana NU sebagai salah satu ormas terbesar di Indonesia memiliki pengaruh yang signifikan terhadap peta politik nasional. Bagaimana pertikaian ini diselesaikan akan sangat mempengaruhi posisi NU di masa yad, baik dalam konteks politik maupun dalam masyarakat secara keseluruhan.
Joyogrand, Malang, Tue', August 20, 2024.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H