Smart War di Middle-East
Konsep "perang cerdas" (smart war) yang dilancarkan Israel sekarang ini di middle-east mengacu pada strategi militer yang memprioritaskan presisi, kecerdasan, dan teknologi canggih untuk mencapai tujuan dengan dampak kerusakan yang minimal. Dalam diskusi masalah internasional belum lama ini, ada pendapat yang menyatakan Israel menunjukkan kemampuan intelijen yang kuat yang secara efektif dapat menembus pertahanan keamanan Iran dan Hezbollah. Hal ini menandai pergeseran ke arah pendekatan militeristik yang lebih strategis di kawasan.
Kita lihat sejak serbuan ke Gaza IDF telah menggunakan kecerdasan buatan untuk mengidentifikasi sasaran. Dan dalam perjalanan waktu, terbunuhnya satu per satu pimpinan Hamas dan Hezbollah, yang berpuncak pada terbunuhnya Fuad Shukr di Lebanon dan terbunuhnya Haniyeh di Teheran. Itu menunjukkan IDF telah menggunakan peluru kendali tak terdeteksi yang bukan lagi berteknologi pencari panas, tapi sudah meningkat menjadi pencari DNA, yaitu sasaran terpilih yang telah terdeteksi DNAnya.
Kemajuan teknologi militer seperti penggunaan kecerdasan buatan (AI) dan sistem peluru kendali yang semakin canggih menunjukkan perkembangan pesat dalam kemampuan identifikasi dan penargetan sasaran.
Penggunaan AI dalam perang Gaza meningkatkan efisiensi dan presisi dalam operasi. Sistem AI dapat menganalisis data dalam jumlah besar dengan cepat, membantu mengidentifikasi target secara lebih akurat, dan mengurangi risiko kesalahan manusia.
Teknologi pencari DNA, sebagaimana yang dispekulasikan akhir-akhir ini, jika benar-benar sudah dikuasai dan diterapkan Israel. Ini hanya berarti telah terjadi lompatan besar dalam presisi militer.
Kemajuan teknologi militer dapat mempengaruhi dinamika kekuasaan di tingkat global dan regional. Negara-negara dengan teknologi militer canggih dapat memiliki keunggulan strategis dalam konflik, tetapi juga dapat memicu perlombaan senjata dan meningkatkan ketegangan internasional.
Selain itu, pengembangan dan penyebaran teknologi ini dapat mendorong negara-negara lain untuk meningkatkan kemampuan militer mereka, yang dapat menyebabkan ketidakstabilan regional.
Implikasi
Strategi militer Israel yang mengandalkan perang cerdas memiliki berbagai implikasi yang signifikan baik secara regional maupun global, terutama setelah terbunuhnya tokoh-tokoh penting seperti Ismail Haniyeh dari Hamas dan Fuad Shukr dari Hezbollah.