Kopi Luwak Liar tak hanya Kopi Luwak Bali
Kopi Luwak Liar Indonesia telah lama memikat para pecinta kopi di seluruh dunia dengan cita rasa yang khas dan proses pengolahannya yang tidak biasa. Di balik secangkir kopi luwak ini, terdapat kisah panjang tentang keunikan, tradisi, dan kontroversi yang menyelimuti keberadaannya.
Luwak liar, atau musang pandan, adalah hewan nokturnal yang berperan penting dalam ekosistem hutan Indonesia. Hewan ini memiliki indera penciuman yang tajam, memungkinkannya untuk memilih biji kopi Arabika yang matang sempurna dari pepohonan di ketinggian 1200 dpl ke atas. Biji kopi pilihan ini kemudian difermentasi secara alami dalam pencernaan luwak, menghasilkan enzim yang memecah protein dan karbohidrat, menghilangkan rasa pahit, dan meningkatkan aroma kopi.
Setelah difermentasi, biji kopi dikeluarkan melalui kotoran luwak. Petani kopi yang berpengalaman kemudian mengumpulkan kotoran ini dengan hati-hati, memisahkan biji kopi, dan membersihkannya secara menyeluruh. Biji kopi yang telah dibersihkan kemudian dikeringkan dan diroasting atau disangrai, sehingga menghasilkan kopi luwak liar dengan rasa yang halus, lembut, dan kaya aroma.
Secangkir kopi luwak liar menawarkan pengalaman menyeruput kopi yang tak terlupakan. Rasanya yang kompleks dengan nuansa cokelat, karamel, dan rempah-rempah dipadu dengan aroma yang harum dan keasaman yang seimbang menjadikannya kopi favorit bagi para penikmat kopi yang mencari sensasi rasa yang berbeda.
Kontroversi
Di balik kepopulerannya, kopi luwak liar juga diselimuti kontroversi. Kualitas dan keaslian kopi ini sering dipertanyakan, dengan kekhawatiran akan adanya pencampuran dengan kopi biasa atau manipulasi proses untuk meningkatkan produksi.
Dalam obrolan ringan dengan Calvien dan Febrian di Poenokawan Roastery, kota Malang, belum lama ini. Calvien mengatakan Luwak liar atau Musang Pandan dimaksud malah terancam keberadaannya di Malang Raya ini, misalnya diburu hanya untuk barbeque atau daging bakar untuk menemani minum arak. Itu maka saya hanya mencobanya di Bondowoso, karena di daerah tersebut relatif aman. Nih kopinya Om, ada 5 kiloan saya bawa hari ini untuk dikirim ke pemesan di beberapa roastery yang membutuhkannya.
Saya mengamati kopi yang ditunjukkan Calvien, sebagaimana halnya Kopi Arabika Ateng atau Kopi Sigararutang, bentuk biji kopinya kecil tapi terkesan padat. Hanya biji kopi yang sudah bersih itu, tercium aroma alami Musang Pandan. Itu tak masalah karena Calvien memang petani profesional. Yang pasti biji kopi luwak liar itu sudah ok atau hygienis. Hanya tinggal diroasting saja.
Bagaimana Om, tanya Calvien dan Febrian hampir serentak. "Jujur, pengen nyoba sih, tapi pastinya akan lebih yahud dibandingkan Sigararutang yang kau budidayakan di Wagir Malang yang telah saya cicipi beberapa waktu lalu ketika ada Bimtek kopi dari pusat. Tapi karena saya tau ini komoditas muahal, maka Om nggak tega roasting-in dong buat Om barang seukuran secangkir espresso saja. He He .."
Nggak masalah Om. Tapi okelah lain kali, Om boleh nyobanya di Popeye Coffee di Villa Bukit Tidar sana.
Ow thanks Calvien, juga Febri. Semangat kalian dua ya. Pokoknya Om frequently akan menulis tentang Kopi Malang atau Kopi Jawa timur, ntah dimanapun itu dihasilkan, khususnya Arabika ya.
Kesejahteraan Luwak liar
Kembali ke mbah Dukun, kesejahteraan luwak liar seyogyanya juga menjadi perhatian utama kita. Coba, sebagaimana fakta di lapangan, luwak liar yang disamping diburu untuk pesta barbeque, juga sengaja dipelihara di kandang untuk menghasilkan kopi secara massal, sehingga menimbulkan kekhawatiran tentang eksploitasi hewan dan kondisi hidupnya yang tidak layak. Harga yang menjulang tinggi untuk kopi luwak liar juga turut memicu perburuan liar luwak, sehingga mengganggu keseimbangan ekosistem hutan.
Beberapa alternatif kopi yang lebih ramah lingkungan dan etis telah dikembangkan, seperti kopi luwak semi-liar dan kopi fermentasi. Kopi-kopi ini menawarkan rasa yang mirip dengan kopi luwak liar tanpa kontroversi yang terkait dengannya. Febrian dan Calvien juga telah mencoba memfermentasinya seperti Kopi Arabika yang dibudidayakan di lereng Gunung Arjuno dan di lereng Gunung Kawi.
Yang masalah adalah soal harga. Kopi luwak liar memang berbeda, seperti Kopi Luwak Bali yang sudah branded di kalangan turis barat misalnya, harganya dipatok Rp 2,5 juta per 500 gram. Tak heran Calvien masih memasarkan kopi luwak liarnya ke kalangan tertentu yang telah mengenal Calvien dengan baik. Untuk mereka Calvien menjual kopi luwak liarnya seharga Rp 600.000 per 500 gram. "Kalau sudah diroasting, akan lain lagi harganya. Tapi sementara biarlah para peroasting dulu yang memesannya, ntar kalau sudah branded saya akan mengemasnya secara khusus dan harganya tentu akan bersaing ketat dengan Kopi Luwak Bali," demikian Calvien.
Produksi biji kopi luwak liar
Jumlah biji kopi yang dihasilkan luwak liar per bulan atau per tahun bervariasi tergantung pada beberapa faktor, seperti populasi luwak liar di sekitar perkebunan kopi Arabika umumnya menghasilkan lebih banyak biji kopi.
Pada musim panen kopi, luwak liar memiliki akses yang lebih banyak ke biji kopi matang, sehingga menghasilkan lebih banyak biji kopi.
Luwak liar tidak hanya memakan kopi, tetapi juga buah-buahan dan hewan kecil. Jika kopi tersedia melimpah, luwak liar akan mengkonsumsinya lebih banyak, menghasilkan lebih banyak biji kopi.
Secara umum, seekor luwak liar dapat menghasilkan sekitar 50-100 gram biji kopi per hari, atau sekitar 1,5-3 kilogram per bulan. Dalam setahun, seekor luwak liar dapat menghasilkan sekitar 18-36 kilogram biji kopi.
Coba, dengan produksi seperti itu, bagaimana nggak muahal harganya kalau sudah diroasting dan digrinding halus seukuran kopi bubuk untuk espresso yang aduhai.
Tantangan
Luwak liar (Paradoxurus hermaphroditus), mamalia nokturnal omnivora, memainkan peran penting dalam ekosistem hutan dan industri kopi. Namun, populasi Luwak liar terancam punah akibat berbagai faktor yang kompleks.
Popularitas kopi luwak liar di pasar internasional memicu permintaan tinggi untuk produk ini. Inilah yang mendorong perburuan liar Luwak liar untuk mengeksploitasinya dalam menghasilkan kopi.
Pembukaan hutan secara ekstensif untuk perkebunan kelapa sawit, pertambangan, dan pembangunan infrastruktur, telah merusak habitat alami Luwak liar. Hilangnya sumber makanan dan tempat tinggal memaksa mereka ke daerah yang lebih berbahaya.
Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang peran penting Luwak Liar dan pengawasan hukum yang lemah terhadap perburuan liar memperparah situasi.
Hilangnya Luwak Liar dapat mengganggu keseimbangan ekosistem hutan. Peran penting mereka dalam menyebarkan biji tanaman, mengontrol populasi hama, dan mendaur ulang nutrisi tidak tergantikan.
Perburuan dan hilangnya Luwak Liar dapat merugikan petani kopi. Mereka kehilangan sumber biji kopi berkualitas tinggi dan potensi pendapatan dari wisata kopi luwak yang berkelanjutan.
Konservasi
Melihat tantangan tersebut di atas, maka  perlu diupayakan konservasi seperti meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pentingnya Luwak liar, dampak perburuan liar, dan alternatif kopi luwak yang etis; memperkuat penegakan hukum terhadap perburuan liar dan perdagangan ilegal Luwak liar; melestarikan habitat alami Luwak liar dengan melindungi hutan dan menciptakan kawasan lindung; mengembangkan alternatif kopi luwak liar yang lebih etis dan berkelanjutan, seperti kopi luwak semi-liar dan kopi fermentasi.
Pelestarian Luwak Liar memerlukan upaya kolektif dan berkelanjutan dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, organisasi non-pemerintah, petani kopi, dan warga lokal di daerah penghasil kopi. Memahami faktor-faktor penyebab dan dampak negatif perburuan liar dan hilangnya habitat Luwak liar sangat penting untuk merumuskan strategi pelestarian yang efektif.
Lihat :
https://www.fnb.co.id/guide-to-enhancing-aroma-in-luwak-coffee-beans/
https://kopicoffee.com/what-is-kopi-luwak-coffee-and-why-is-it-popular/
https://azakopigayo.co.id/product/kopi-luwak-liar-arabika-aceh-gayo/
Â
https://www.worldwildlife.org/
https://www.britannica.com/explore/savingearth/civet-coffee-concerns-gain-ground
Joyogrand, Malang, Tue', July 23. 2024.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI