Tentang konflik Gaza, masalah Iran, dan kebijakan luar negeri AS, Trump-Vance terkesan bersikap tegas dan pragmatis dalam menangani isu-isu internasional, terkhusus di kawasan middle-east.
Vance menganggap perang di Gaza harus diakhiri secepat mungkin untuk memungkinkan Israel dan negara-negara Arab Sunni membentuk front persatuan melawan Iran. Vance lebih memilih pendekatan strategis dalam memprioritaskan aliansi yang dapat menahan kekuatan Iran di kawasan Timur Tengah.
Vance mengkritik serangan AS terhadap proksi Iran sebagai tindakan yang lemah. Dia mendukung tindakan yang lebih tegas dan signifikan jika AS memutuskan untuk menyerang Iran.Â
Ini sejalan dengan doktrin kebijakan luar negeri Trump yang menekankan penggunaan kekuatan militer yang besar jika diperlukan, misalnya memukul habis Houthi di Yaman, agar pelayaran di Laut Merah aman sesuai kepentingan AS.
Di bawah kepemimpinan Biden, AS terlihat lemah dan tidak efektif. Vance membandingkan tindakan Biden dengan tindakan Presiden Rusia Vladimir Putin yang menyerang Ukraina dengan keras. Sebagai mantan marinir, Vance sangat menghargai strategi militer yang lebih agresif dan langsung.
Ada kekhawatiran produksi rudal Patriot untuk Ukraina dapat mengurangi ketersediaan senjata tersebut untuk Taiwan jika terjadi invasi China. Ini menunjukkan keprihatinan Vance terhadap keseimbangan kekuatan di kawasan Asia-Pasifik dan kesiapan AS untuk menghadapi ancaman China, meski AS belum lama ini telah mengirimkan kapal induknya ke perairan Jepang.
Salah satu elemen terpenting dari doktrin Trump adalah untuk tidak mengerahkan pasukan Amerika, kecuali benar-benar diperlukan, tetapi ketika melakukannya, harus dengan serangan yang besar, tegas dan melumpuhkan. Pandangan ini menekankan pada penggunaan kekuatan yang efektif dan efisien, bukan pada keterlibatan militer yang berkepanjangan dan mahal.
Duo Trump-Vance tampaknya mengedepankan pendekatan yang lebih pragmatis dan fokus pada kekuatan dan efisiensi dalam kebijakan luar negeri. Pendekatan ini berbeda dari kebijakan pemerintahan saat ini, yang lebih mengutamakan diplomasi dan aliansi internasional yang kuat. Berbeda dengan Vance yang berkeyakinan AS perlu menunjukkan kekuatan yang lebih tegas dalam menghadapi ancaman global dan menjaga kepentingan strategisnya.
Anti-China dan Pro-Rusia
Strategi politik JD Vance, terutama dalam konteks kebijakan luar negeri AS terhadap China dan Rusia, mencerminkan pergeseran signifikan dalam pendekatan tradisional AS. JD Vance merupakan salah satu politikus AS yang paling anti-China. Dia melihat China sebagai ancaman terbesar bagi kepentingan nasional AS.
Vance mendukung aliansi dengan Rusia sebagai strategi untuk membendung pengaruh China. Meskipun ini merupakan keputusan yang terlambat, strategi ini dapat memberikan keuntungan signifikan bagi Rusia dalam negosiasi dengan China, terutama terkait bahan baku.