Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Merespon Kaum Agnostik

2 Juli 2024   19:02 Diperbarui: 2 Juli 2024   19:03 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Memohon kepada sang Pencipta. (Sumber: hukumonline.com)

Merespon Kaum Agnostik

Erwin Pardede adalah salah seorang temanku di facebook. Dalam usia di atas 60 sekarang ini, aku pikir dia sudah cukup sukses, misalnya ia sudah jalan-jalan bareng keluarga kemana pun ia suka. Ia pun mendemonstrasikan bahwa ia mendidik anak-anaknya secara modern, misalnya berbikini di pantai. Pokoknya bebas, tapi bukan sebebas-bebasnya, tapi harus berdasarkan "budi baik", menurut istilah yang akhir-akhir ini seringkali digunakan Erwin. Ia masih terlihat gagah dan isterinya pun masih terlihat chantique di usianya sekarang. Keduanya sungguh menikmati hidup versi mereka. "Biarlah kemesraan ini tak cepat berlalu", ujar Erwin suatu  ketika, dan tak lupa Erwin dan sang isteri sangat menyayangi  cucu-cucunya.

Yang kusarikan akhir-akhir ini dari pertemananku dengan Erwin di facebook adalah semacam thesis dalam kehidupan Agnostik yang dijalaninya sekarang. Agnostik adalah seseorang yang memiliki pandangan bahwa keberadaan Tuhan atau entitas supernatural tidak dapat diketahui atau dipastikan. Istilah "agnostik" berasal dari bahasa Yunani, "a" yang berarti "tidak" dan "gnosis" yang berarti "pengetahuan". Jadi, secara harfiah, agnostik berarti "tanpa pengetahuan" atau "tidak tahu".

Agnostisisme bukanlah agama atau kepercayaan, melainkan sikap atau pandangan terhadap pertanyaan tentang keberadaan Tuhan. Seorang agnostik tidak secara otomatis menyangkal atau percaya pada Tuhan. Mereka hanya menyatakan mereka tidak memiliki pengetahuan yang cukup untuk membuat kesimpulan yang pasti.

Mengutip Erwin di laman facebooknya : NKRI dipersatukan oleh Proklamator yang Cerdas dan Bijaksana yang menyusun ideologi Pancasila, dengan sila pertama Ketuhanan Yang Mahaesa tanpa ada keharusan menjalankan syariat agama. Founding father kita, menurut Erwin sudah terpikir bahwa "Ketuhanan Tanpa Esa", tidaklah mungkin NKRI kokoh seperti sekarang dan selanjutnya. Para Proklamator sudah memprediksi munculnya "tuhan- tuhan agama" yang dicipta manusia, dan maraknya anak bangsa memperalat agama untuk meraih kekuasaan dan harta.

Erwin pun melontarkan refleksinya disini, mengapa masih ada anak bangsa yang ragu bahwa Tuhan Yang Mahaesa adalah "kekuatan pencipta alam semesta" yang sesungguhnya, sedangkan tuhan agama yang banyak macamnya itu bukanlah yang dimaksud dalam Pancasila.

Repot memang sosok agnostik seperti Erwin. Ia hanya percaya pada ajaran "budi baik". Di luar itu bulshitt katanya.

Bukan hanya Erwin, tapi cukup banyak orang yang kini meragukan eksistensi Tuhan Yang Mahaesa.

Tapi kalau kita lihat alam semesta yang luas dan penuh misteri, dengan milyaran galaksi, bintang, dan planet, ini tentu memicu keraguan tentang bagaimana semua ini bisa tercipta tanpa campur tangan Pencipta. Pertanyaan tentang asal-usul alam semesta menjadi perdebatan filosofis dan ilmiah yang belum terjawab tuntas.

Indonesia memiliki kekayaan budaya dan agama yang luarbiasa. Perbedaan keyakinan dan tradisi spiritual ini bisa menimbulkan kebingungan bagi sebagian orang, yang memicu pertanyaan tentang mana yang benar dan mana yang salah.

Benar dalam perjalanan waktu agama tak jarang disalahgunakan untuk kepentingan politik, ekonomi, bahkan kekerasan. Inilah salah satu persoalan yang memicu persepsi negatif terhadap agama dan keraguan terhadap nilai-nilainya.

Pengalaman hidup yang penuh dengan kesulitan dan penderitaan pun bisa memicu keraguan terhadap keberadaan Tuhan yang maha pengasih dan penyayang. Pertanyaan tentang mengapa Tuhan membiarkan penderitaan terjadi menjadi pertanyaan eksistensial yang mendalam.

Budaya sekuler yang berkembang di era modern, yang fokus pada sains dan rasionalitas, harus diakui telah menggeser nilai-nilai spiritual dan keyakinan terhadap Tuhan. Terbukti semakin maju suatu negara maka akan semakin kosong pula tempat-tempat ibadah. Lihat Eropa, AS dan Jepang.

Kendati demikian, terdapat berbagai argumen yang dapat membantu memperkuat keyakinan terhadap Tuhan Yang Mahaesa misalnya alam semesta yang luas dan teratur, dengan hukum fisika dan kimia yang presisi, menunjukkan adanya Pencipta yang Mahakuasa dan Supercerdas; kemampuan manusia untuk membedakan baik dan buruk, rasa cinta dan kasih sayang, menunjukkan adanya Pencipta yang menanamkan nilai-nilai moral dalam diri manusia; banyak orang yang mengalami momen spiritual yang mendalam, seperti merasakan kedamaian, kebahagiaan, dan rasa cinta yang luarbiasa, yang mereka yakini sebagai bukti keberadaan Tuhan; berbagai agama memiliki kitab suci dan peninggalan arkeologi yang menceritakan kisah penciptaan dan keberadaan Tuhan; kisah dan pengalaman orang lain yang memiliki keyakinan kuat terhadap Tuhan dapat menjadi sumber inspirasi dan penguatan iman.

Keyakinan terhadap Tuhan Yang Mahaesa bukan hanya tentang dogma dan ritual, tapi juga tentang bagaimana kita menjalani kehidupan.

Banyak hal yang dapat dilakukan untuk memperkuat iman seperti:memperdalam pengetahuan tentang agama dan keyakinan yang dianut dapat membantu memahami esensi ajaran dan memperkuat iman; ibadah dan meditasi dapat membantu menenangkan hati, menumbuhkan rasa syukur, dan memperkuat koneksi dengan Tuhan; menerapkan nilai-nilai moral seperti kasih sayang, kejujuran, dan keadilan dalam kehidupan sehari-hari merupakan wujud nyata dari keimanan; bergaul dengan orang-orang yang memiliki keyakinan serupa dapat memberikan dukungan dan motivasi dalam menjalani kehidupan beriman; tak perlu ragu untuk mencari jawaban atas pertanyaan dan keraguan tentang Tuhan. Diskusi dengan pemuka agama, membaca buku, atau mengikuti kajian keagamaan dapat membantu memperluas wawasan dan memperkuat iman.

Keraguan terhadap Tuhan Yang Mahaesa adalah hal yang wajar dalam perjalanan spiritual manusia. Namun, dengan terus mencari pengetahuan, memperkuat iman, dan menjalani kehidupan yang bermoral, kita dapat menemukan kebahagiaan dan kedamaian dalam keyakinan kita.

Pertanyaan tentang keberadaan Tuhan dan perbedaan keyakinan agama telah menjadi perdebatan filosofis dan teologis selama berabad-abad. Para pemikir dari berbagai latar belakang telah mencoba untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan fundamental seperti apakah Tuhan itu ada? Jika ya, seperti apa sifat Tuhan? Apa hubungan antara Tuhan dan manusia? Apa peran agama dalam hidup manusia?

Pertanyaan-pertanyaan ini tidak memiliki jawaban yang mudah atau memuaskan semua orang, karena setiap individu memiliki pengalaman dan keyakinan yang unik. Perbedaan budaya, tradisi, dan interpretasi teks suci juga turut menambah kompleksitas dalam memahami konsep Tuhan dan agama.

Fakta yang tak dapat kita ubah sementara ini bahwa terdapat berbagai keyakinan tentang Tuhan dan agama. Karenanya penting bagi kita untuk selalu menjunjung tinggi toleransi dan saling menghormati. Setiap individu berhak untuk memeluk keyakinannya masing-masing tanpa rasa takut akan diskriminasi atau persekusi. Sikap saling menghormati ini menjadi kunci untuk membangun masyarakat yang inklusif dan harmonis.

Bagi banyak orang, agama memberikan panduan moral dan etika yang membantu mereka menjalani kehidupan yang bermakna dan bermoral. Ajaran agama dapat menumbuhkan nilai-nilai seperti kasih sayang, kejujuran, keadilan, dan kepedulian terhadap sesama. Selain itu, agama juga dapat memberikan rasa komunitas dan dukungan bagi para pengikutnya, terutama di saat-saat sulit.

Di era modern, ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang pesat, menawarkan berbagai penjelasan dan solusi bagi berbagai persoalan kehidupan. Sains telah membantu kita untuk memahami dunia di sekitar kita dengan lebih baik, dari fenomena alam semesta hingga interaksi antar manusia.

Namun, penting untuk diingat sains tidak selalu memiliki jawaban untuk semua pertanyaan. Ada banyak aspek kehidupan yang tidak dapat dijelaskan secara ilmiah, seperti pengalaman spiritual, makna hidup, dan nilai-nilai moral. Dalam hal ini, agama dan sains dapat saling melengkapi, di mana agama menawarkan kerangka spiritual untuk memahami dunia, sedangkan sains menyediakan metode untuk menyelidiki dan memahami dunia fisik.

Ilmu pengetahuan dan teknologi adalah alat yang berharga yang dapat digunakan untuk meningkatkan kehidupan manusia. Sains telah membantu kita untuk mengembangkan obat-obatan baru, teknologi komunikasi yang canggih, dan berbagai solusi inovatif untuk berbagai permasalahan. Teknologi juga dapat membantu kita untuk meningkatkan kualitas hidup, seperti melalui akses pendidikan yang lebih luas, layanan kesehatan yang lebih mumpuni, dan peluang ekonomi yang lebih banyak.

Tapi itu pun ada syaratnya, yi menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi secara bertanggung jawab dan etis. So, kita harus memastikan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak membawa dampak negatif bagi manusia dan lingkungan. Kita juga perlu mempertimbangkan implikasi etis dari setiap penemuan dan inovasi baru.

Menavigasi dunia yang kompleks dengan berbagai keyakinan, kemajuan ilmu pengetahuan, dan nilai-nilai moral membutuhkan pemikiran yang kritis dan terbuka. Kita harus berani mempertanyakan keyakinan kita, mempelajari berbagai perspektif, dan mencari keseimbangan antara keyakinan, sains, dan nilai-nilai moral.

Pada akhirnya, setiap individu harus menemukan jalannya sendiri dalam menjawab pertanyaan tentang Tuhan, agama, dan peran ilmu pengetahuan dalam hidup. Yang terpenting adalah kita saling menghormati, terus belajar, dan berusaha untuk menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk kebaikan bersama.

Joyogrand, Malang, Tue', July 02, 2024.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun