"Wow dia beradaptasi lagi dengan habitat barunya, meski sama-sama di ketinggian pegunungan yang relatif sama yi 800-1000 dpl. Bagaimana ada yang sudah diroasting agar saya mencobanya selaku tester", tanyaku.
"Oh sudah, sudah Pak. Tinggal digiling aja. Dijadiin Kopi Tubruk, Atau Americano atau bagaimana Pak", tanya Calvein.
"Thanks Calvein. Dibikinin Espresso ajalah, karena racikan Espresso cocok untuk merasakan Kopi Sigararutang atau Kopi Arabila Batak atau Kopi Ateng, atau sekarang ini merasakan Kopi Sigararutang yang berhabitat baru di Wagir, Malang. Saya masih dipenuhi tandatanya besar, kalau coffee bean yang saya lihat tadi bentuknya persis sama dengan aslinya. Saya hanya berharap semoga rasa kopinya tetap sama, atau kalau bisa lebih baik lagi ketimbang aslinya di lingkar Toba sana".
Yehezkiel sang Barista Popeye pun segera disuruh Calvein untuk meracik Espresso dari Kopi Sigararutang versi Malang itu.
"Bagaimana Calvein sampai ada idemu membudidayakan Kopi Sigararutang di Wagir?"
"Coba-coba aja Pak, karena Kopi Sigararutang atau Kopi Ateng ini kan sudah punya nama besar. Apa salahnya kalau saya coba di Malang," sahut Calvein.
"Lalu bagaimana, apakah ada tanaman kanopi untuk melindunginya. Kalau di tanah Batak pohon kanopi dimaksud yang umum adalah pohon Pinus dari jenis Mercusii", tanyaku.
"Sama Pak, pohon kanopi untuk kebun kopi saya di Wagir ya pohon pinus juga, tapi jenisnya ntahlah," sahut Calvein.
"Sudah benar itu apapun jenisnya. Di Timor Timur tanaman kanopi yang memayungi perkebunan kopi di Ermera dan Liquica ya Eucalyptus Alba. Itu tuh yang batangnya putih dan daunnya segede daun jambu klutuk.Tau sendirilah kalau nggak dinaungi, hasil kopinya nanti kurang bagus", sahutku.
"Thanks infonya Pak", sahut Calvein.