Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama

Paradoks PDIP-Anies dalam Pilkada Jakarta 2024

19 Juni 2024   17:15 Diperbarui: 20 Juni 2024   11:00 575
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tuduhan tentang perlakuan tidak adil juga bisa menjadi bagian dari strategi politik. Mengemukakan isu ketidakadilan bisa menjadi cara untuk mendapatkan simpati publik, membangun solidaritas di antara pendukung, atau sebagai langkah defensif untuk mengatasi potensi kekalahan. Dengan menonjolkan narasi "diperlakukan tidak adil," politisi bisa mencoba mengonsolidasikan basis dukungan mereka.

Kesamaan perasaan diperlakukan tidak adil bisa menjadi dasar untuk membangun koalisi politik, seperti antara Anies dan PDIP. Meskipun berbeda secara ideologis dan basis pendukung, adanya perasaan senasib bisa menjadi motivasi untuk bekerjasama melawan kekuatan politik yang dianggap sebagai lawan bersama.

Politik di Indonesia, seperti di banyak negara lain, seringkali penuh dengan dinamika dan perubahan aliansi. Fenomena di mana kawan menjadi lawan atau sebaliknya memang sudah menjadi bagian dari praktik politik yang umum.

Dalam politik praktis, pragmatisme seringkali mengalahkan ideologi. Aliansi dibentuk dan dibubarkan berdasarkan kepentingan jangka pendek dan strategi untuk memenangkan pemilihan.

PDIP dan Anies mungkin mempertimbangkan koalisi jika mereka melihat adanya keuntungan strategis, meskipun mereka memiliki sejarah konflik dan perbedaan ideologis.

Keinginan untuk menang dalam pemilihan seringkali menjadi motivasi utama bagi politisi dan partai politik. Mereka akan mencari cara terbaik untuk mengamankan kemenangan, termasuk dengan membuat kompromi dan aliansi yang mungkin tidak terduga. Untuk PDIP dan Anies, mempertimbangkan koalisi bisa jadi adalah strategi untuk meningkatkan peluang mereka dalam Pilkada Jakarta.

Salah satu tantangan besar dalam membentuk koalisi baru adalah mengatasi luka politik masa lalu. Kemenangan Ahok pada Pilkada DKI 2017 dan isu-isu yang menyertainya masih membekas di benak banyak kader PDIP.

Namun, pragmatisme politik bisa mendorong mereka untuk mengesampingkan perasaan ini demi mencapai tujuan yang lebih besar, seperti memenangkan Pilkada Jakarta.

Kepemimpinan memainkan peran kunci dalam memutuskan aliansi politik. Ganjar Pranowo, misalnya, menunjukkan sikap yang pragmatis dan mendengarkan berbagai suara dalam partai. Kepemimpinan yang kuat dan bijaksana diperlukan untuk mengelola perbedaan pendapat dan mengarahkan partai ke keputusan yang dianggap terbaik untuk masa depan.

PDIP harus mempertimbangkan dampak elektoral dari setiap keputusan koalisi. Koalisi dengan Anies mungkin membawa keuntungan di Jakarta, tetapi mereka harus mempertimbangkan bagaimana hal ini akan diterima oleh basis pendukung mereka di tempat lain. Mereka harus menimbang apakah keuntungan di Jakarta sepadan dengan potensi kerugian di wilayah lain.

Pembentukan koalisi juga melibatkan banyak negosiasi dan kompromi. Kedua belah pihak harus menemukan titik temu yang cukup kuat untuk mendasari kerjasama mereka. Ini bisa mencakup kesepakatan programatik, distribusi posisi kekuasaan, dan strategi kampanye bersama.

Politik bermartabat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun