Jangan pula diabaikan kekerasan yang sudah berlangsung puluhan tahun di Israel erat kaitannya dengan ideologi atau dogma yang seakan tak bisa ditawar. Di kalangan anak-anak Arab-Palestina sejak kecil sudah ditanamkan bahwa bersembunyi di balik batu sekalipun orang Yahudi harus kita dapatkan dan kita musnahkan.Â
Di sisi sebelah anak-anak Yahudi sudah ditanamkan keyakinan bahwa tanah Palestina itu sesungguhnya adalah tanah legacy Israel sejak ribuan tahun lalu, dan nama itu kemudian diubah menjadi tanah Palestina oleh pemerintah Romawi, diikuti pemerintah kolonial Ottoman dan terakhir pemerintah kolonial  Inggeris  dan Perancis.
Mengubah mindset anak-anak dari kedua belah pihak dalam konflik Israel-Arab Palestina adalah tantangan yang sangat kompleks, mengingat betapa dalamnya ideologi dan dogma yang telah tertanam sejak usia dini. Proses ini memerlukan pendekatan yang multi-dimensi dan komprehensif.
Beberapa langkah yang dapat diambil dari perspektif psikologis dan sosial untuk membantu mengubah mindset tersebut sementara PBB dan dunia mengabaikannya selama ini, antara lain :
1. Pendidikan inklusif dan sejarah bersama
Mengembangkan kurikulum yang mencakup perspektif yang lebih seimbang tentang sejarah konflik, termasuk narasi dari kedua belah pihak, dapat membantu mengurangi prasangka dan meningkatkan pemahaman.
Implementasi program pendidikan yang menekankan pentingnya perdamaian, resolusi konflik, dan koeksistensi.
2. Interaksi antar kelompok
Program yang mempertemukan anak-anak dari kedua belah pihak untuk bekerjasama dalam proyek bersama dapat membantu mengurangi stereotip dan membangun hubungan positif.
Fasilitasi dialog antar-kelompok untuk membicarakan pengalaman dan perspektif masing-masing dengan tujuan membangun empati dan pemahaman.
3. Dukungan psikososial