Student loan adalah pinjaman pendidikan tinggi bagi mahasiswa. Menurut Cambridge Dictionary, student loan artinya perjanjian di mana seorang mahasiswa di sebuah perguruan tinggi atau universitas meminjam uang dari bank untuk membiayai pendidikan mereka dan kemudian mengembalikan uang tsb setelah mereka lulus atau selesai belajar dan mulai bekerja.
Sistem pinjaman pendidikan tinggi bagi mahasiswa atau yang disebut student loan sendiri sudah diterapkan di sejumlah negara seperti di AS, Kanada, Inggeris, Australia, Swedia, Jerman, Perancis, hingga Korea Selatan.
Meskipun terkesan menjanjikan untuk meringankan biaya pendidikan tinggi, student loan memiliki plus-minus yang perlu dipertimbangkan.
Kelebihannya, student loan dapat membantu mahasiswa dari keluarga kurang mampu untuk mengakses pendidikan tinggi yang berkualitas; orangtua tidak perlu menanggung seluruh biaya pendidikan anak sekaligus, sehingga dapat membantu keuangan keluarga; dengan akses pendidikan yang lebih luas, diharapkan dapat meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia secara keseluruhan.
Kekurangannya, mahasiswa harus menanggung beban utang setelah lulus, yang dapat mempengaruhi kondisi keuangan mereka di masa yad; jika mahasiswa tidak mendapatkan pekerjaan yang layak setelah lulus, mereka mungkin kesulitan untuk membayar utang, sehingga dapat berakibat pada kredit macet; student loan dikhawatirkan dapat memicu komersialisasi pendidikan, di mana universitas fokus pada profit ketimbang kualitas pendidikan.
Pemerintah masih dalam tahap mendiskusikannya dengan berbagai pihak terkait, seperti perbankan, universitas, dan organisasi mahasiswa. Belum ada kepastian kapan student loan akan diterapkan dan bagaimana mekanismenya.
Wacana tentang student loan di Indonesia sebenarnya sudah muncul sejak lama, jauh sebelum tahun 2024.
Pada tahun 2008, Menteri Pendidikan Nasional saat itu, Mohammad Nuh, mencetuskan ide student loan sebagai solusi untuk membantu mahasiswa dari keluarga kurang mampu. Namun, ide tsb tidak terealisasi karena berbagai kendala, seperti kekhawatiran akan beban utang bagi mahasiswa dan risiko gagal bayar.
Tahun 2014, Bank Indonesia (BI) kembali melontarkan ide student loan dengan skema yang berbeda. BI mengusulkan skema di mana bank akan bekerjasama dengan universitas untuk memberikan pinjaman kepada mahasiswa dengan bunga yang rendah. Namun, ide tsb juga tidak terealisasi.
Tahun 2021, Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, kembali mencetuskan ide student loan dalam rangka pemulihan ekonomi nasional di masa pandemi COVID-19. Namun, ide tsb masih dalam tahap diskusi dan belum ada kepastian kapan akan diterapkan.
Meskipun wacana student loan sudah lama muncul, namun hingga saat ini belum ada sistem student loan yang resmi diterapkan di Indonesia.
Wacana student loan kembali mencuat lantaran biaya pendidikan tinggi di Indonesia terus meningkat, sehingga semakin sulit diakses oleh mahasiswa dari keluarga kurang mampu; tingkat putus sekolah di Indonesia masih tergolong tinggi, salah satu penyebabnya adalah karena faktor ekonomi; pemerintah ingin meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, salah satu caranya adalah dengan meningkatkan akses pendidikan bagi semua kalangan.
Tantangan dalam menerapkan student loan antara lain sistem student loan harus dirancang agar dapat diakses oleh semua mahasiswa yang membutuhkan, tidak hanya mahasiswa dari keluarga mampu; pemerintah perlu memastikan mahasiswa tidak terbebani dengan utang yang berlebihan setelah lulus; pemerintah perlu membuat regulasi yang jelas dan sistem pengawasan yang ketat untuk meminimalkan risiko gagal bayar; mahasiswa perlu dibekali dengan pengetahuan tentang pengelolaan keuangan yang baik agar terhindar dari risiko gagal bayar.
Di AS, student loan sudah lama diterapkan, bahkan menjadi salah satu sumber pembiayaan pendidikan tinggi terbesar. Sayang, student loan di AS punya pengalaman memiliki tingkat gagal bayar yang tinggi.
Menurut data Federal Reserve Bank of New York, per Maret 2023, student loan di AS mencapai $ US 1,75 triliun dengan 43 juta peminjam. Dari jumlah tsb, sekitar 11% peminjam memiliki pinjaman yang macet (delinquent) dan 27% peminjam sedang dalam program deferment atau forbearance (penundaan pembayaran).
Tingginya tingkat gagal bayar student loan di AS disebabkan oleh sejumlah faktor, seperti biaya pendidikan tinggi di AS terus meningkat, sehingga membuat mahasiswa harus berutang dalam jumlah besar; banyak lulusan perguruan tinggi di AS yang mendapatkan gaji awal yang rendah, sehingga sulit untuk membayar utang mereka; banyak mahasiswa yang tidak dibekali dengan pengetahuan tentang pengelolaan keuangan yang baik, sehingga mereka kesulitan untuk mengelola utang mereka.
Meskipun memiliki tingkat gagal bayar yang tinggi, terdapat beberapa jenis student loan di AS yang dijamin oleh pemerintah federal atau negara bagian. Jenis student loan ini biasanya memiliki tingkat bunga yang lebih rendah dan persyaratan pembayaran yang lebih fleksibel.
Selain itu, beberapa universitas di AS juga menawarkan program student loan mereka sendiri dengan jaminan dari universitas. Program ini biasanya hanya tersedia untuk mahasiswa di universitas tsb dan memiliki persyaratan yang lebih ketat dibandingkan dengan student loan federal atau negara bagian.
Beberapa contoh program student loan dengan jaminan dari universitas di AS : Harvard College Student Loan Initiative. Program ini memberikan pinjaman tanpa bunga kepada mahasiswa dari keluarga berpenghasilan rendah; Princeton University Forward Loan Program. Program ini memberikan pinjaman tanpa bunga kepada mahasiswa dari keluarga berpenghasilan rendah dan menengah; Yale University Need-Based Financial Aid. Program ini memberikan kombinasi hibah dan pinjaman kepada mahasiswa dari keluarga berpenghasilan rendah.
Program-program ini dapat membantu mahasiswa dari keluarga kurang mampu untuk membiayai pendidikan mereka tanpa harus terbebani dengan utang yang besar. Sayangnya, student loan, termasuk program dengan jaminan dari universitas, tetaplah merupakan utang yang harus dibayarkan. Karenanya, mahasiswa perlu memahami dengan seksama persyaratan dan konsekuensi dari student loan sebelum mengambilnya.
Beberapa skema student loan yang sekira layak diterapkan di Indonesia, sesuai dengan situasi dan kondisi perekonomian nasional sekarang.
1. Student loan berbasis pendapatan (income-contingent loan)
Pinjaman dibayarkan kembali sebagai persentase dari pendapatan peminjam setelah lulus.
Skema ini memungkinkan peminjam dengan gaji rendah untuk membayar kembali pinjaman dengan lebih mudah; mendorong partisipasi angkatan kerja; mengurangi risiko gagal bayar.
Meski terlihat simple, tetap saja ada kekurangannya yi kompleksitas dalam administrasi dan perhitungan; potensi inkonsistensi dalam pembayaran; kemungkinan moral hazard bagi peminjam.
2. Student loan berbasis hasil (income-share agreement)
Investor memberikan dana pendidikan kepada mahasiswa, dan sebagai imbalannya, investor menerima persentase tertentu dari pendapatan mahasiswa setelah lulus dan bekerja.
Skema seperti ini tidak membebani mahasiswa dengan utang tradisional; memberikan insentif bagi mahasiswa untuk bekerja keras dan mendapatkan penghasilan tinggi; menarik investasi swasta dalam pendidikan.
Tapi tetap saja ada bolongnya, yi ketidakpastian bagi mahasiswa tentang berapa banyak yang harus mereka bayarkan; potensi eksploitasi oleh investor; kesulitan dalam mengatur dan mengawasi program.
3. Student loan subsidi pemerintah
Skemanya kuranglebih pemerintah memberikan subsidi bunga pinjaman kepada mahasiswa.
Ini dapat meminimalkan beban biaya bagi peminjam; meningkatkan akses pendidikan bagi mahasiswa dari keluarga kurang mampu.
Kekurangannya yi beban bagi keuangan negara; potensi inefisiensi dalam alokasi sumberdaya; risiko moral hazard bagi peminjam.
4. Student loan dengan jaminan universitas
Universitas di sini memberikan jaminan atas pinjaman mahasiswa, sehingga bank lebih mudah memberikan pinjaman.
Keuntungannya antara lain dapat meningkatkan akses pendanaan bagi mahasiswa; memberikan insentif bagi universitas untuk meningkatkan kualitas pendidikan.
Kekurangannya yi meningkatkan risiko bagi universitas jika banyak peminjam gagal bayar; potensi komersialisasi pendidikan; membatasi otonomi universitas dalam mengelola keuangan.
Pada akhirnya, skema student loan yang ideal untuk Indonesia perlu mempertimbangkan berbagai faktor, seperti ketersediaan dana, tingkat pengangguran, dan tingkat gaji rata-rata; Â kualitas pendidikan, biaya pendidikan, dan akses ke pendidikan; latar belakang ekonomi mahasiswa, jurusan kuliah, dan rencana karir.
Pemerintah perlu melakukan kajian mendalam dan diskusi yang komprehensif dengan berbagai pihak terkait sebelum menerapkan skema student loan di Indonesia.
Pastikan skema yang diterapkan adil, transparan, dan akuntabel, serta memberikan manfaat yang maksimal bagi mahasiswa dan negara.
Selain skema student loan, pemerintah juga perlu mempertimbangkan alternatif pembiayaan pendidikan lainnya, seperti beasiswa, bantuan keuangan, dan skema pinjaman pendidikan dengan bunga rendah.
Pastikan juga untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, sehingga lulusan perguruan tinggi memiliki daya saing yang tinggi di pasar kerja dan mampu mendapatkan penghasilan yang layak untuk membayar kembali pinjaman.
Lihat :
https://www.myeducationrepublic.com/news/a-to-z-mengenal-student-loan/
https://en.m.wikipedia.org/wiki/Student_loans_in_the_United_States
https://www.bbc.com/indonesia/articles/c6pxnmn8z1eo
Joyogrand, Malang, Tue', June 04, 2024.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H