Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Mengenal Tumbuhan Berkhasiat Bijora di Lingkar Toba

20 Mei 2024   14:33 Diperbarui: 20 Mei 2024   14:54 370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bijora tanaman herbal di Tapanuli utara, Lingkar Toba. Foto : Dikolase dari mongabay.co.id

Mengenal Tumbuhan Berkhasiat Bijora di Lingkar Toba 

Flora dan Fauna di lingkar Toba sangatlah beragam, di samping ada yang sudah banyak dikenal seperti Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium), yi semacam Merica Batak, tanaman sangat khas dari daerah Tapanuli, juga banyak tumbuhan eksotis lainnya yang belum dikenal luas.

Salah satu tumbuhan yang jarang terdengar tapi perlu kita kenali karena khasiatnya adalah "Bijora". Menurut akhli Botani tumbuhan ini dari keluarga Berberidaceae dan memiliki nama ilmiah Berberis bealei. Di tanah Batak sendiri, namanya kurang dikenal, namun jenis ini memiliki potensi besar sebagai bahan obat herbal dan juga moderen.

Berberis bealei, juga dikenal sebagai Mahonia bealei, adalah tanaman asli Asia Timur, terutama dari wilayah China. Penyebarannya ke berbagai daerah di dunia, termasuk Indonesia, terjadi melalui beberapa cara.

Junghuhn

Tanaman ini boleh jadi diperkenalkan ke Sumatera Utara selama periode kolonial Belanda, meski tidak tercatat secara eksplisit dalam catatan penjelajah atau ahli botani terkenal seperti Franz Wilhelm Junghuhn. Banyak tanaman asing diperkenalkan oleh Belanda untuk berbagai tujuan, termasuk sebagai tanaman hias atau sebagai bagian dari eksperimen agrikultural.

Selain Belanda, banyak pendatang dari China yang menetap di Indonesia dan membawa tanaman obat atau tanaman hias dari tanah asal mereka. Mereka dikirakan telah memperkenalkan Berberis bealei ke daerah-daerah di Sumatera Utara seperti Pangaribuan dan Sipahutar.

Franz Wilhelm Junghuhn adalah seorang botanis dan geologis Jerman yang bekerja di zaman Belanda pada abad ke-19. Dia terkenal dengan eksplorasi dan dokumentasi flora dan fauna di Jawa, Sumatera, dan bagian lain dari kepulauan Indonesia. Junghuhn lebih fokus pada daerah-daerah tertentu atau jenis tanaman tertentu yang dianggap lebih penting atau menarik pada saat itu.

Jika Berberis bealei diperkenalkan ke tanah Batak setelah masa eksplorasi Junghuhn, maka wajar jika ia tidak mencatatnya. Junghuhn bekerja terutama pada pertengahan abad ke-19, sementara introduksi tanaman ini diperkirakan terjadi kemudian.

Khasiat Bijora

Tanaman yang dikenal oleh orang Batak Toba sebagai Bijora ini adalah salah satu spesies dalam keluarga Berberidaceae. Tanaman ini juga dikenal dengan nama umum Mahonia bealei.

Berberis bealei dapat tumbuh hingga ketinggian sekitar 1-3 meter; Daunnya tersusun dalam kelompok majemuk, dengan setiap daun memiliki tepi bergerigi dan duri. Daun-daunnya berwarna hijau tua dan berbentuk lonjong; Bunganya berwarna kuning cerah, tumbuh dalam kelompok panjang (racemes) yang biasanya muncul pada akhir musim dingin atau awal musim semi; Buahnya berbentuk berry, awalnya hijau dan berubah menjadi biru kehitaman saat matang, seringkali digunakan dalam pembuatan jus atau jeli.

Berberis bealei mengandung berbagai senyawa bioaktif yang penting, termasuk alkaloid seperti berberine, yang memiliki sifat antimikroba, antidiabetik, dan antiinflamasi.

Secara tradisional, ekstrak dari bagian-bagian tanaman ini digunakan untuk mengobati berbagai kondisi, seperti gangguan pencernaan, infeksi, dan penyakit kulit.

Studi modern telah menunjukkan berberine, salah satu komponen utama tanaman ini, dapat membantu mengatur kadar gula darah dan kolesterol, serta memiliki potensi untuk mengobati penyakit jantung dan kanker. Berberine juga menunjukkan aktivitas antibakteri yang kuat, menjadikannya kandidat potensial untuk pengembangan antibiotik baru.

Berberis bealei relatif mudah dibudidayakan dan toleran terhadap berbagai kondisi tanah, meski lebih menyukai tanah yang sedikit asam dan memiliki drainase baik. Tanaman ini membutuhkan paparan sinar matahari penuh hingga sebagian teduh. Penyiraman yang teratur diperlukan terutama pada masa awal pertumbuhan. Dapat diperbanyak melalui biji, stek batang, atau pemisahan anakan. Perbanyakan vegetatif biasanya lebih cepat menghasilkan tanaman dewasa dibandingkan dengan perbanyakan melalui biji.

Menurut warga Pangaribuan dan Sipahutar, Tapanuli utara, rebusan air Bijora yang diteteskan ke mata dapat digunakan untuk mengobati iritasi. Bermanfaat juga sebagai obat sakit perut. Buah dan daunnya digunakan sebagai ramuan untuk diminum atau dioleskan pada bagian tubuh yang sakit.

Klaim tentang manfaat rebusan air Bijora (Berberis bealei) yang digunakan oleh masyarakat setempat untuk mengobati berbagai kondisi kesehatan memang memiliki dasar yang kuat, terutama bila dilihat pada sejarah penggunaan tanaman ini dalam pengobatan tradisional.

Rebusan air bijora yang diteteskan ke mata untuk mengobati iritasi adalah salah satu praktik tradisional. Ini berkaitan dengan sifat antibakteri dan antiinflamasi yang dimiliki oleh senyawa berberine yang terdapat dalam tanaman ini. Namun, penggunaan ini harus dilakukan dengan hati-hati karena mata adalah organ yang sangat sensitif, dan ada risiko iritasi atau infeksi jika tidak diproses dengan benar.

Rebusan daun atau buah bijora juga dilaporkan digunakan untuk mengobati sakit perut. Ini masuk akal mengingat senyawa berberine dikenal memiliki efek menenangkan pada saluran pencernaan dan dapat membantu mengatasi gangguan pencernaan, termasuk diare dan sakit perut.

Selain diminum, ekstrak dari daun dan buah bijora juga dapat dioleskan pada bagian tubuh yang sakit atau terluka. Ini sejalan dengan sifat antiseptik dan antiinflamasi berberine, yang dapat membantu mempercepat penyembuhan luka dan mengurangi peradangan.

Bijora yang tumbuh di alam liar kini mulai jarang ditemukan akibat alih fungsi lahan. Penggundulan hutan, urbanisasi, dan perubahan penggunaan lahan pertanian dapat mengancam populasi alami tanaman ini.

Pendekatan terpadu

Mengingat potensi medik dalam tanaman ini, maka yang perlu dilakukan sekarang ini antara lain edukasi dan penyuluhan. Edukasi bisa dilakukan melalui seminar, lokakarya, dan pelatihan di komunitas lokal. Melibatkan penyuluh pertanian untuk memberikan informasi dan demonstrasi langsung tentang cara menanam dan merawat tanaman ini. Distribusikan brosur, buku panduan, dan video tutorial tentang manfaat kesehatan dan cara budidaya tanaman bijora; melakukan penelitian dan pengembangan. Dorong penelitian lebih lanjut tentang manfaat medis Berberis bealei untuk memperkuat klaim kesehatan dan keamanannya. Hasil penelitian ini dapat dipublikasikan untuk meningkatkan kesadaran dan kepercayaan masyarakat; mengembangkan berbagai produk berbasis bijora seperti suplemen, obat herbal, teh, dan salep. Produk-produk ini dapat membantu mempopulerkan tanaman melalui nilai tambah yang nyata; mendistribusikan bibit atau tanaman muda Bijora kepada petani dan masyarakat lokal secara gratis atau dengan harga subsidi; menginisiasi program konservasi di habitat alami tanaman ini untuk memastikan kelestariannya. Melibatkan komunitas lokal dalam usaha konservasi dapat meningkatkan kepedulian dan partisipasi aktif; membuat kebun percontohan di berbagai lokasi strategis yang menunjukkan cara budidaya Bijora yang efektif. Kebun ini juga dapat berfungsi sebagai pusat pendidikan dan wisata; Dukungan pemerintah dan lembaga. Meminta dukungan dari pemerintah daerah dan pusat untuk mengeluarkan kebijakan yang mendukung budidaya dan penggunaan Berberis bealei sebagai tanaman obat; bekerjasama dengan universitas, lembaga penelitian, dan LSM untuk melakukan penelitian dan mengembangkan program-program terkait; pemasaran dan promosi. Menciptakan merek dan logo yang menarik untuk produk berbasis Bijora, dan mempromosikannya melalui media sosial, situs web, dan pasar online; mengadakan pameran tanaman obat dan festival kesehatan yang menampilkan Berberis bealei. Ini akan membantu menarik perhatian publik dan meningkatkan minat; penggunaan komunitas dan kebudayaan. Mengintegrasikan penggunaan Bijora dengan tradisi dan budaya lokal, misalnya menggunakannya dalam upacara adat atau sebagai bagian dari pengobatan tradisional yang sudah dikenal; mempublikasikan cerita sukses dari masyarakat yang telah berhasil menggunakan dan membudidayakan bijora. Cerita ini dapat menginspirasi orang lain untuk mencoba.

Dengan pendekatan yang terpadu antara edukasi, penelitian, budidaya, dukungan pemerintah, pemasaran, dan integrasi dengan budaya lokal, Bijora atau Berberis bealei dapat lebih dikenal dan dimanfaatkan secara luas di Tanah Batak dan Indonesia pada umumnya. Langkah-langkah ini tidak hanya mempromosikan kesehatan masyarakat melalui penggunaan tanaman obat tetapi juga akan mendukung upaya konservasi dan diversifikasi pertanian.

Lihat :

https://www.mongabay.co.id/2024/05/16/inilah-bijora-tumbuhan-herbal-dari-hutan-tapanuli/

Juga :

"Medicinal Plants of the World: Volume 1, Chemical Constituents, Traditional and Modern Medicinal Uses" oleh Ivan A. Ross.

Buku ini memberikan informasi yang luas tentang berbagai tanaman obat di seluruh dunia, termasuk yang berasal dari keluarga Berberidaceae.

"The Chinese Medicinal Herb Farm: A Cultivator's Guide to Small-Scale Organic Herb Production" oleh Peg Schafer.

Buku ini mencakup budidaya dan penggunaan tanaman obat dari China, termasuk yang mungkin mencakup Berberis bealei atau tanaman sejenis.

"Berberis (Oregon Grape): Mahonia aquifolium and Other Species: A Monograph" oleh Stephen Harrod Buhner.

Meskipun fokus utamanya pada Mahonia aquifolium, buku ini bisa memberikan wawasan yang relevan karena Berberis bealei termasuk dalam genus yang sama dan memiliki sifat serupa.

"Chinese Herbal Medicine: Materia Medica" oleh Dan Bensky, Steven Clavey, dan Erich Stger.

Buku ini adalah salah satu referensi paling komprehensif tentang obat-obatan herbal China, termasuk Berberis bealei.

Di Indonesia, buku-buku khusus yang membahas Berberis bealei belum banyak tersedia, namun buku-buku tentang tanaman obat tradisional Indonesia di bawah ini dapat menjadi referensi yang berguna :

"Atlas Tumbuhan Obat Indonesia" oleh Prof. Dr. Setiawan Dalimartha.

Buku ini mencakup berbagai tanaman obat yang ditemukan di Indonesia, termasuk informasi tentang tanaman dari keluarga Berberidaceae.

"Ramuan Tradisional untuk Pengobatan" oleh Dr. H. M. Hembing Wijayakusuma.

Buku ini membahas ramuan tradisional yang digunakan dalam pengobatan, yang boleh jadi juga Berberis bealei jika digunakan dalam praktik lokal.

"Tumbuhan Obat dan Khasiatnya" oleh Prof. H. M. Hembing Wijayakusuma.

Buku ini memberikan penjelasan tentang berbagai tanaman obat yang digunakan di Indonesia.

"Tanaman Obat di Lingkungan Sekitar Kita" oleh Dr. Hardiansyah.

Buku ini menyoroti tanaman obat yang umum ditemukan di sekitar Indonesia, yang boleh jadi mencakup tanaman-tanaman dari keluarga Berberidaceae.

Joyogrand, Malang, Mon', May 20, 2024.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun