Kita tak ubahnya berjalan memunggungi matahari, dimana kita mengejar bayangan kita sendiri yang takkan tergapai. Bayangan yang kita kejar disini sesungguhnya adalah angan-angan kita tentang surga yang ada di dunia nyata dan bukan surga imajiner. Tapi koq repot begini ..
Tamsil tsb bisa dimaknai sebagai upaya yang sia-sia dan tidak efektif. Matahari adalah sumber cahaya dan energi, yang melambangkan kemajuan dan kemakmuran. Berjalan memunggungi matahari artinya kita bergerak menjauh dari sumber-sumber tsb dan berisiko tersesat dalam kegelapan.
Bayangan melambangkan sesuatu yang tidak nyata dan sulit untuk diraih. Mengejar bayangan berarti kita menghabiskan waktu dan energi untuk sesuatu yang tidak akan pernah tercapai. Ini tentu menimbulkan frustrasi dan kekecewaan.
Kaum bertahan hidup itu sesungguhnya adalah kaum yang sedang berjalan memunggungi matahari, mengejar bayangannya sendiri yang takkan pernah tergapai.
Kebijakan yang tidak adil dan diskriminatif dapat membuat orang-orang merasa seperti sedang mengejar bayangan, karena kesempatan mereka untuk maju dibatasi oleh sistem yang tidak adil.
Analogi ini menggambarkan perasaan pesimis dan putus asa yang dialami oleh kaum bertahan hidup yang merasa tidak memiliki peluang untuk mencapai hidup sejahtera. Mereka terjebak dalam siklus kemiskinan dan tidak memiliki kekuatan untuk mengubah keadaan mereka.
"Berjalan memunggungi matahari" dan "mengejar bayangan" dapat menjadi pengingat akan tantangan yang dihadapi oleh banyak orang di negeri ini dalam bertahan hidup, sekaligus juga menjadi sumber inspirasi bahwa teronggok bertahan hidup itu adalah kesia-siaan, karena surga yang mereka idamkan sesungguhnya ada di portibi atau dunia ini.
Joyogrand, Malang, Sat', May 18, 2024.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H