8. Perubahan budaya organisasi. Mendorong budaya organisasi yang menghargai etika dan integritas. Ini membutuhkan kepemimpinan yang kuat dan contoh yang baik dari pejabat publik yang paling senior.
Bagaimana dengan faktor kultural yang sering dikatakan sebagai salah satu faktor penghambat dalam membersihkan kaum toksik dari sistem birokrasi dan pemerintahan Indonesia. Ini adalah persoalan tersulit di negeri.
Budaya terbentuk dari nilai-nilai, keyakinan, dan praktik yang telah berkembang dan melekat dalam masyarakat selama bertahun-tahun, sehingga mengubahnya bisa menjadi proses yang lambat dan sulit.
Faktor kultural yang dapat menjadi penghambat dalam membersihkan birokrasi dari manusia toksik :
1. Budaya "Asal Bapak Senang" (ABS). Dalam banyak organisasi, ada kecenderungan untuk memprioritaskan kepuasan atasan daripada transparansi dan kinerja yang jujur. Ini bisa menciptakan lingkungan yang kurang kondusif untuk perubahan dan akuntabilitas.
2. Patronase dan Nepotisme. Sistem hubungan patron-klien dan kecenderungan untuk mengutamakan keluarga atau kerabat dalam penempatan posisi bisa merusak upaya untuk menciptakan sistem yang adil dan transparan.
3. Budaya tidak bertanya dan menghindari konflik. Dalam budaya yang menghindari konfrontasi, ada kecenderungan untuk tidak menantang otoritas atau mempertanyakan praktik yang buruk. Ini bisa menghalangi akuntabilitas dan memungkinkan perilaku korup terus berlangsung.
 4. Hormat pada senioritas. Respek yang belebihan terhadap senioritas bisa membuat perubahan menjadi sulit, terutama ketika orang yang lebih senior terlibat dalam praktik yang kurang etis.
Beberapa langkah yang dapat membantu mengatasi hambatan kultural :
1. Pendidikan dan kesadaran. Memperkenalkan nilai-nilai integritas dan etika sejak dini, mulai dari sekolah hingga pendidikan di tempat kerja. Pendidikan yang fokus pada antikorupsi dan akuntabilitas dapat membantu mengubah pola pikir generasi mendatang.
2. Perubahan budaya organisasi. Membuat perubahan pada budaya organisasi, dengan pemimpin yang memberikan contoh yang baik. Kepemimpinan yang kuat dan berintegritas dapat mempengaruhi budaya organisasi dan mendorong perilaku yang lebih etis.