Sebagaimana diketahui, ICC telah meluncurkan penyelidikan tiga tahun lalu terhadap kemungkinan kejahatan perang yang dilakukan oleh Israel dan kelompok teror Arab-Palestina sejak perang Israel-Hamas tahun 2014. Penyelidikan ini juga mengamati pembangunan pemukiman Israel di wilayah tepi barat yang diinginkan Arab-Palestina untuk menjadi negara mereka ke depan ini.
Tidak ada komentar dari ICC, dan tidak ada indikasi surat perintah penangkapan dalam kasus ini akan segera terjadi.
Namun Kemenlu Israel mengatakan belum lama ini bahwa pihaknya telah memberitahu misi Israel mengenai "rumor" bahwa surat perintah penangkapan itu  mungkin akan dikeluarkan terhadap pejabat senior politik dan militer. Netanyahu segera meresponnya bahwa Israel "tidak akan pernah menerima upaya apa pun yang dilakukan ICC untuk melemahkan hak Israel dalam membela diri."
Israel maupun AS belum menerima yurisdiksi ICC, namun surat perintah apa pun itu akan membuat pejabat Israel berisiko ditangkap di negara lain. Pernyataan tsb juga menjadi teguran keras atas tindakan Israel pada saat protes pro Arab-Palestina menyebar di kampus-kampus AS.
Mahkamah Internasional, sebuah badan terpisah, sedang menyelidiki apakah Israel telah melakukan tindakan genosida dalam perang yang sedang berlangsung di Gaza, dan keputusan apa pun diperkirakan akan memakan waktu bertahun-tahun. Israel menolak tuduhan melakukan kesalahan dan menuduh kedua pengadilan internasional itu bias.
Dalam serangan yang dipimpin Hamas pada 7 Oktober, kelompok teror itu menyerbu pangkalan militer dan komunitas pertanian di Israel selatan, menewaskan sekitar 1.200 orang, sebagian besar warga sipil, dan menyandera sekitar 250 orang. Serangan udara, laut dan darat Israel di Gaza telah menewaskan sedikitnya 34.488 warga Arab-Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak, demikian Kementerian Kesehatan Gaza versi Hamas, yang tidak membedakan antara warga sipil dan kombatan dalam penghitungannya.
Israel menyalahkan tingginya angka kematian warga sipil di pihak Hamas karena kelompok teror itu berperang dari daerah pemukiman padat. Israel mengatakan mereka telah membunuh lebih dari 12.000 militan. Ini yang tak pernah dikonfirmasi Kemenkes Gaza versi Hamas.
Perang telah menyebabkan sekitar 80% penduduk Gaza yang berjumlah 2,3 juta jiwa meninggalkan rumah mereka dan mendorong Gaza utara ke ambang kelaparan
Masalahnya Propaganda Antisemitism yang dilancarkan Iran-Hamas telah merasuki AS dan Eropa. Sementara Asia belum banyak terpengaruh oleh propaganda tsb, kecuali.Indonesia yang sejumlah medianya dari hari ke hari semakin bias sebagaimana kita lihat di Sindo, Tempo, Tribunnews, Serambinews, bahkan Kompas TV.
Yang pasti apapun kata dunia, Rafah akan diserbu Israel dalam tempo dekat ini. Itulah keyakinan utama Kabinet Perang Israel bahwa kekuatan terakhir Hamas di Rafah harus dihancurlumatkan agar ke depan tak ada lagi Holocaust serupa di tanah Israel.
Joyogrand, Malang, Wed', May 01, 2024.