Sebelum tanggal 7 Oktober, pemerintahan Biden sibuk mendiskusikan normalisasi dengan Arab Saudi tetapi tidak banyak perhatian yang tertuju pada Arab-Palestina. Biden tampaknya sejalan dengan pendekatan pemerintahan sebelumnya, yi Abraham Accord, yang pada dasarnya mengesampingkan Arab-Palestina. Kemudian setelah tanggal 7 Oktober, Biden dan timnya menemukan kembali solusi dua negara, namun mereka tampaknya tidak terlalu memaksakan hal tsb.
Adapun perselisihan Israel dan pemerintahan Biden fokus terutama pada dua isu. Pertama, aliran bantuan kemanusiaan. Dan kedua, penggunaan kekuatan militer oleh Israel dan kurangnya upaya yang memadai untuk menghindari korban sipil. Sementara isu pemukiman di Tepi Barat yang hilang - baik perampasan tanah atau aktivitas pemukiman - dan hal lainnya adalah isi politik dari proses perdamaian.
Persoalan sebenarnya bukanlah mengkonfrontasi Israel mengenai pemukiman dan mengartikulasikan secara rinci apa yang diyakini AS sebagai parameter proses politik. Saat ini, baik Israel maupun Arab-Palestina tidak siap untuk merundingkan sebuah negara. Dalam diplomasi, sebuah gagasan tidak mesti untuk bernegosiasi tetapi untuk merangsang proses yang akan mengarah pada perubahan politik yang memungkinkan terjadinya negosiasi.
Bukan hanya rakyat Arab-Palestina yang membutuhkan negara Arab-Palestina, tapi Israel juga. Persoalannya sekarang adalah mengenai konsekuensi dari penyimpangan ini, yi gagasan satu negara non-solusi. Yang dikhawatirkan disini, bukan saja generasi Arab-Palestina akan menjadi lebih radikal, namun hal ini akan menimbulkan tantangan nyata terhadap keYahudian Israel atau status demokrasi atau keduanya. Ini buruk bagi hubungan AS-Israel. Solusi dua negara adalah solusi yang paling buruk, kecuali ada solusi lainnya.
Dalam konteks Regime Mullah Iran, kalau kita kembali ke masa lalu kawasan yi Perang Irak. Penerima manfaat strategis utama dari perang Irak ternyata adalah Iran. Salah satu yang mengejutkan adalah serangan Iran terhadap Israel, dimana  rudal dan drone ditembakkan ke Israel. Serangan Itu tidak hanya dari Iran datangnya tetapi juga dari Yaman dan Irak. Inilah Timur Tengah yang baru, yi Iran Raya.
Hal ini adalah pengingat betapa perang Irak mempunyai kesalahan strategis dalam kaitannya dengan Iran. AS dan sekutunya akan terus menanggung akibatnya atas kesalahan strategis yang terjadi pada Perang Irak di zaman Saddam Hussein.
So Gilad Erdan benar jangan sampai perang kawasan berubah menjadi perang dunia, kalau bom-bom waktu terurai di atas tidak segera diamankan.
Joyogrand, Malang, Tue', Apr' 16, 2024.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H