Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Miskin 'tu Nggak Enak

30 Maret 2024   15:49 Diperbarui: 30 Maret 2024   15:53 555
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi orang miskin ditampik pemerintah. Foto : newgrowindia.org

Manusia memiliki kecenderungan untuk membandingkan diri mereka dengan orang lain. Ketika seseorang melihat orang lain memiliki lebih banyak, seperti mobil yang lebih bagus, rumah yang lebih besar, atau liburan yang lebih mewah, mereka mungkin merasa tidak puas dengan apa yang mereka miliki.

Ingat lagu Material Girl-nya Madonna. Si miskin dan ratusan juta orang lain seperti dirinya berkeyakinan bahwa kebahagiaan dapat diperoleh dengan memiliki lebih banyak harta benda. Dia jelas terobsesi dengan harta benda, dan merasa tidak puas dengan apa yang dimilikinya, karena selalu ada sesuatu yang lebih baru dan lebih baik ketimbang yang dimilikinya sekarang.

Dari paham Materialisme yang diyakininya itu, berkembang pulalah hal lain yang tak bisa dihindarinya, yi Hedonisme yi filosofi yang menekankan pada pencarian kesenangan dan menghindari rasa sakit. Ketika seseorang fokus pada kesenangan sesaat, mereka sebelumnya tentu merasa tidak puas dengan kehidupan mereka secara keseluruhan, karena kebahagiaan yang diperoleh dari kesenangan sesaat bersifat sementara.

Ketidakpuasan dengan diri sendiri dapat menyebabkan seseorang merasa tidak puas dengan apa yang mereka miliki, meskipun mereka sudah memiliki banyak hal. Hal ini dapat disebabkan oleh rendahnya harga diri, rasa tidak aman, atau keyakinan bahwa mereka tidak cukup baik.

Apakah gambaran di atas adalah penderitaan anak manusia. Benar, siapapun bisa menderita. Penderitaan tidak saja dirasakan oleh orang miskin tetapi juga oleh siapapun, termasuk orang yang memiliki kekayaan melimpah. Kita selalu membayangkan orang kaya selalu bergembira dan bahagia, meski tidak selalu demikian. Bisa saja dengan kekayaannya, ybs sehari-harinya malah gelisah dan menderita disebabkan oleh kausalitas yang sulit kita mengerti. Penderitaan itu letaknya di bathin, atau di dalam hati setiap orang. Oleh karena tidak kelihatan, maka tidak semua orang tahu bahwa seseorang itu sedang menderita.

Pendapat tsb manusiawi memang. Penderitaan itu bukan sebatas dia miskin atau kaya, dan menyangkut harta kekayaan thoq.

Tapi apapun itu miskin itu nggak enak. Karena engkau harus merokok, harus minum, harus bermobil, harus ngelayat yang mati, harus berisi dompetnya agar tidak dipermalukan di rumahmakan dst.

Berusahalah kawan, bagaimana agar engkau terlepas dari belenggu kemiskinan. Caranya? Berpikirlah kreatif untuk mendobraknya, karena sekali lagi miskin itu nggak enak tau dan tak ada solusi untuk itu, ntah itu pelatihan UMKM dan sebangsanya.

Semuanya, golek dewe-dewe, kata wong Jowo.

Joyogrand, Malang, Sat', March 30, 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun