Miskin 'tu Nggak Enak
Miskin mengacu pada kondisi individu atau kelompok yang kekurangan dalam memenuhi kebutuhan dasar untuk hidup layak. Kebutuhan dasar ini mencakup pangan, sandang, papan, kesehatan, dan pendidikan.
Manusia memerlukan akses terhadap makanan bergizi dan seimbang untuk memenuhi kebutuhan energi dan nutrisi, perlu pakaian yang layak untuk melindungi tubuh dari cuaca dan menjaga kesehatan; perlu tempat tinggal yang aman dan layak huni untuk berlindung dari cuaca dan bahaya; perlu mengakses terhadap layanan kesehatan yang memadai untuk menjaga kesehatan dan mencegah penyakit; perlu mengakses pendidikan yang berkualitas untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan.
Kemiskinan adalah kondisi sosial yang ditandai dengan kekurangan dalam berbagai aspek kehidupan seperti ekonomi, sosial, dan budaya.
Faktor-faktor yang menyebabkan kemiskinan bermacam-macam. Dari segi ekonomi, kita lihat adanya pengangguran, pendapatan rendah, akses yang terbatas terhadap sumberdaya dan peluang ekonomi; kurangnya pendidikan, keterampilan, dan akses terhadap layanan sosial; adanya diskriminasi, stigma, dan nilai-nilai yang menghambat kemajuan sosial dan ekonomi.
Miskin mengacu pada kondisi individu atau kelompok yang kekurangan dalam memenuhi kebutuhan dasar untuk hidup layak.
Dampak kemiskinan pun bermacam-macam. Cakupannya banyak, bisa masalah kesehatan, pendidikan, sosial. gizi buruk, penyakit, dan kematian dini; tingkat putus sekolah yang tinggi dan rendahnya kualitas pendidikan; ketidakstabilan keluarga, kriminalitas, dan kerusuhan sosial.
Sungguh .. miskin itu tidaklah enak, sehingga dalam keseharian tak jarang kita jumpai si miskin suka melamun koq nasibku begini ya.
Akses terhadap kebutuhan dasar misalnya. Orang miskin sering kali mengalami kekurangan makanan, baik dalam hal kuantitas maupun kualitas. Hal ini dapat menyebabkan gizi buruk dan berbagai masalah kesehatan lainnya.
Orang miskin tidak memiliki pakaian yang cukup untuk melindungi diri dari cuaca atau menjaga kebersihan, mereka tinggal di tempat yang tidak layak huni, seperti gubuk reyot atau bahkan di jalanan. Hal ini dapat membuat mereka rentan terhadap penyakit dan bahaya alam.
Orang miskin juga sering kali tidak memiliki akses terhadap layanan kesehatan yang memadai. Hal ini dapat menyebabkan penyakit yang tidak terobati dan kematian dini, termasuk akses terhadap pendidikan yang berkualitas. Hal ini dapat membatasi peluang mereka untuk mendapatkan pekerjaan yang layak dan meningkatkan taraf hidup.
Kemiskinan dapat menyebabkan stres dan kecemasan yang luarbiasa. Orang miskin sering kali khawatir tentang bagaimana mereka akan memenuhi kebutuhan dasar mereka dan keluarga mereka. Hal ini dapat membuat mereka sulit untuk fokus pada hal lain, seperti pekerjaan atau pendidikan.
Jangan pula dilupakan, orang miskin seringkali mengalami diskriminasi dan stigma dari orang lain. Hal ini dapat membuat mereka merasa malu dan terisolasi.
Kemiskinan dapat membatasi peluang orang untuk berkembang dalam hidup. Orang miskin tidak memiliki akses terhadap modal, pendidikan, dan pelatihan yang mereka butuhkan untuk memulai bisnis atau mendapatkan pekerjaan yang layak.
Kemiskinan dapat menjadi siklus yang sulit untuk diputuskan. Orang miskin tidak memiliki sumberdaya yang mereka butuhkan untuk membantu anak-anak mereka keluar dari lingkaran setan kemiskinan.
Tidaklah mengherankan jika orang miskin seringkali melamun dan bertanya-tanya mengapa nasib mereka seperti ini. Kemiskinan membuat hidup mereka terasa sangat sulit dan tanpa harapan.
Benar, kemiskinan bukanlah takdir. Ada banyak hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi kemiskinan, baik oleh individu, komunitas, maupun pemerintah.
Memberikan akses terhadap pendidikan yang berkualitas kepada orang miskin misalnya dapat membantu mereka mendapatkan pekerjaan yang layak dan meningkatkan taraf hidup; memberikan pelatihan kepada orang miskin dapat membantu mereka mengembangkan keterampilan yang dibutuhkan untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik; memberikan bantuan sosial kepada orang miskin dapat membantu mereka memenuhi kebutuhan dasar dan keluar dari kemiskinan; memberdayakan komunitas miskin dapat membantu mereka untuk bekerja.
Jatuh bergedebam dari langit begitu sajakah itu. Oh no. Itu hanyalah sollen untuk bekerjasama, agar kita dapat membantu orang miskin keluar dari siklus kemiskinan dan menjalani hidup yang lebih baik.
Lalu bagaimana dengan orang yang sudah dapat mengatasi kebutuhan dasarnya sendiri, tapi tetap juga merasa nggak enak, karena ukuran di depannya adalah harus punya mobil, harus ada uang yang disisihkan untuk tabungan, harus ada uang rekreasi minimal sekali seminggu, harus ikut arisan bulanan keluarga besar, harus ikut berbagai acara adat di lingkungan keluarga besar, harus bisa buat acara ramai-ramai di rumah entah itu ulang tahun, harus ada selfie-selfie di rumahmakan top dll.
Ketika seseorang sudah dapat mengatasi kebutuhan dasar mereka sendiri, tetapi masih merasa tidak enak karena merasa harus memenuhi standar hidup tertentu, seperti memiliki mobil, menabung, berlibur, dan mengadakan acara, ini dapat dikategorikan sebagai ketidakpuasan dengan taraf hidup.
Manusia memiliki kecenderungan untuk membandingkan diri mereka dengan orang lain. Ketika seseorang melihat orang lain memiliki lebih banyak, seperti mobil yang lebih bagus, rumah yang lebih besar, atau liburan yang lebih mewah, mereka mungkin merasa tidak puas dengan apa yang mereka miliki.
Ingat lagu Material Girl-nya Madonna. Si miskin dan ratusan juta orang lain seperti dirinya berkeyakinan bahwa kebahagiaan dapat diperoleh dengan memiliki lebih banyak harta benda. Dia jelas terobsesi dengan harta benda, dan merasa tidak puas dengan apa yang dimilikinya, karena selalu ada sesuatu yang lebih baru dan lebih baik ketimbang yang dimilikinya sekarang.
Dari paham Materialisme yang diyakininya itu, berkembang pulalah hal lain yang tak bisa dihindarinya, yi Hedonisme yi filosofi yang menekankan pada pencarian kesenangan dan menghindari rasa sakit. Ketika seseorang fokus pada kesenangan sesaat, mereka sebelumnya tentu merasa tidak puas dengan kehidupan mereka secara keseluruhan, karena kebahagiaan yang diperoleh dari kesenangan sesaat bersifat sementara.
Ketidakpuasan dengan diri sendiri dapat menyebabkan seseorang merasa tidak puas dengan apa yang mereka miliki, meskipun mereka sudah memiliki banyak hal. Hal ini dapat disebabkan oleh rendahnya harga diri, rasa tidak aman, atau keyakinan bahwa mereka tidak cukup baik.
Apakah gambaran di atas adalah penderitaan anak manusia. Benar, siapapun bisa menderita. Penderitaan tidak saja dirasakan oleh orang miskin tetapi juga oleh siapapun, termasuk orang yang memiliki kekayaan melimpah. Kita selalu membayangkan orang kaya selalu bergembira dan bahagia, meski tidak selalu demikian. Bisa saja dengan kekayaannya, ybs sehari-harinya malah gelisah dan menderita disebabkan oleh kausalitas yang sulit kita mengerti. Penderitaan itu letaknya di bathin, atau di dalam hati setiap orang. Oleh karena tidak kelihatan, maka tidak semua orang tahu bahwa seseorang itu sedang menderita.
Pendapat tsb manusiawi memang. Penderitaan itu bukan sebatas dia miskin atau kaya, dan menyangkut harta kekayaan thoq.
Tapi apapun itu miskin itu nggak enak. Karena engkau harus merokok, harus minum, harus bermobil, harus ngelayat yang mati, harus berisi dompetnya agar tidak dipermalukan di rumahmakan dst.
Berusahalah kawan, bagaimana agar engkau terlepas dari belenggu kemiskinan. Caranya? Berpikirlah kreatif untuk mendobraknya, karena sekali lagi miskin itu nggak enak tau dan tak ada solusi untuk itu, ntah itu pelatihan UMKM dan sebangsanya.
Semuanya, golek dewe-dewe, kata wong Jowo.
Joyogrand, Malang, Sat', March 30, 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H