Orang miskin juga sering kali tidak memiliki akses terhadap layanan kesehatan yang memadai. Hal ini dapat menyebabkan penyakit yang tidak terobati dan kematian dini, termasuk akses terhadap pendidikan yang berkualitas. Hal ini dapat membatasi peluang mereka untuk mendapatkan pekerjaan yang layak dan meningkatkan taraf hidup.
Kemiskinan dapat menyebabkan stres dan kecemasan yang luarbiasa. Orang miskin sering kali khawatir tentang bagaimana mereka akan memenuhi kebutuhan dasar mereka dan keluarga mereka. Hal ini dapat membuat mereka sulit untuk fokus pada hal lain, seperti pekerjaan atau pendidikan.
Jangan pula dilupakan, orang miskin seringkali mengalami diskriminasi dan stigma dari orang lain. Hal ini dapat membuat mereka merasa malu dan terisolasi.
Kemiskinan dapat membatasi peluang orang untuk berkembang dalam hidup. Orang miskin tidak memiliki akses terhadap modal, pendidikan, dan pelatihan yang mereka butuhkan untuk memulai bisnis atau mendapatkan pekerjaan yang layak.
Kemiskinan dapat menjadi siklus yang sulit untuk diputuskan. Orang miskin tidak memiliki sumberdaya yang mereka butuhkan untuk membantu anak-anak mereka keluar dari lingkaran setan kemiskinan.
Tidaklah mengherankan jika orang miskin seringkali melamun dan bertanya-tanya mengapa nasib mereka seperti ini. Kemiskinan membuat hidup mereka terasa sangat sulit dan tanpa harapan.
Benar, kemiskinan bukanlah takdir. Ada banyak hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi kemiskinan, baik oleh individu, komunitas, maupun pemerintah.
Memberikan akses terhadap pendidikan yang berkualitas kepada orang miskin misalnya dapat membantu mereka mendapatkan pekerjaan yang layak dan meningkatkan taraf hidup; memberikan pelatihan kepada orang miskin dapat membantu mereka mengembangkan keterampilan yang dibutuhkan untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik; memberikan bantuan sosial kepada orang miskin dapat membantu mereka memenuhi kebutuhan dasar dan keluar dari kemiskinan; memberdayakan komunitas miskin dapat membantu mereka untuk bekerja.
Jatuh bergedebam dari langit begitu sajakah itu. Oh no. Itu hanyalah sollen untuk bekerjasama, agar kita dapat membantu orang miskin keluar dari siklus kemiskinan dan menjalani hidup yang lebih baik.
Lalu bagaimana dengan orang yang sudah dapat mengatasi kebutuhan dasarnya sendiri, tapi tetap juga merasa nggak enak, karena ukuran di depannya adalah harus punya mobil, harus ada uang yang disisihkan untuk tabungan, harus ada uang rekreasi minimal sekali seminggu, harus ikut arisan bulanan keluarga besar, harus ikut berbagai acara adat di lingkungan keluarga besar, harus bisa buat acara ramai-ramai di rumah entah itu ulang tahun, harus ada selfie-selfie di rumahmakan top dll.
Ketika seseorang sudah dapat mengatasi kebutuhan dasar mereka sendiri, tetapi masih merasa tidak enak karena merasa harus memenuhi standar hidup tertentu, seperti memiliki mobil, menabung, berlibur, dan mengadakan acara, ini dapat dikategorikan sebagai ketidakpuasan dengan taraf hidup.