Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

The Party's Over

23 Maret 2024   16:48 Diperbarui: 23 Maret 2024   16:52 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi The Party's Over. Foto : lukasszrot.com

The Party's Over

Teringat Pemilu serentak 2024 yang baru berlalu, khusus Pilpresnya, saya hanya mengingatkan bahwa Pemilu di negara ini adalah Pesta Rakyat. Kita menyebutnya demikian, karena tidak seperti masa sebelumnya, khususnya masa Orba, dimana dalam sistem kita sekarang semua instrumen hukum yang diperlukan untuk itu sudah sangat lengkap.

Dalam pesta demokrasi semacam ini tentu harus ada pihak yang Menang dan harus ada pihak yang Kalah. Tapi kalau dalam kenyataannya tiba-tiba kita dibelokkan pada hal lain, yang seakan relevan tapi pada kenyataannya hanya tafsiran negatif sepihak, sekalipun itu muncul dari ilmuwan terkenal misalnya, tetap saja bahwa itu tak benar. Karena yang kita ketahui pasti adalah pesta itu sudah usai atau The Party's Over atau pesta sudah berjalan bagus pada relnya.

So, kalau dikatakan penyelenggara pemilu Curang. Itu mengada-ada, dan persisnya mereka yang sengaja membelokkan itu belum dapat menerima nilai Kalah dan Menang dalam Pesta Demokrasi. Artinya lebih jauh bahwa budaya kalah-menang belum terbangun dengan baik dalam sistem demokrasi kita.

Dalam beberapa situasi, kita lihat ada saja pihak-pihak yang tidak dapat menerima hasil dengan lapang dada dan berusaha untuk membelokkan fakta dengan berbagai alasan.

Ketidakmampuan menerima kekalahan dalam pesta demokrasi bisa saja karena sengaja dibangunnya ketidakpercayaan terhadap penyelenggara pemilu, dibangunnya mindset kelompok pendukung tentang kurangnya transparansi dan akuntabilitas penyelenggara pemilu, dengan maksud agar dapat menimbulkan keraguan dan kecurigaan publik.

Tak heran ini semua dapat dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang kalah untuk menyebarkan narasi kecurangan dan manipulasi, meskipun tidak ada bukti yang kuat.

Juga fanatisme politik. Pendukung fanatik suatu partai atau kandidat politik sering kali sulit menerima kekalahan. Mereka cenderung mencari-cari alasan untuk menyalahkan pihak lain, termasuk penyelenggara pemilu, atas kekalahan tersebut.

Kurangnya pemahaman tentang demokrasi dan proses pemilu juga dapat menyebabkan misinterpretasi dan misinformasi. Hal ini dapat membuat masyarakat mudah terhasut oleh narasi-narasi yang tidak benar dan propaganda.

Jangan pula dilupakan politik di Indonesia masih sering diwarnai dengan pragmatisme dan kepentingan pribadi. Itulah pangkal soal mengapa politisi dan elit politik tidak siap menerima kekalahan dan berusaha untuk mempertahankan kepentingannya dengan cara-cara yang tidak demokratis.

Ketidakmampuan menerima kekalahan dalam pesta demokrasi merupakan masalah yang kompleks dan membutuhkan solusi multidimensi.

Karenanya penting bagi semua pihak untuk berkomitmen dalam membangun budaya kalah-menang yang sehat dan demokratis.

Kita harus menyadari betul bahwa demokrasi adalah tentang menerima hasil dengan lapang dada, baik menang maupun kalah; kita harus menghormati keputusan rakyat dan tidak menyebarkan narasi-narasi yang tidak benar.

Adalah penting bagi politisi dan elit politik untuk menjadi contoh dalam menerima kekalahan. Jadikanlah pendidikan politik sebagai kunci untuk membangun budaya kalah-menang yang sehat.

Saya teringat sebuah lagu lawas tapi indah dan masih didendangkan hingga sekarang, yi "The Party's Over". Lagu yang disenandungkan Peggy Lee dengan sangat prima ini termasuk dalam genre easy listening. Lagu ini muncul dalam album Peggy Lee tahun 1960 Latin Ala Lee.

Lyric The Party's Over selengkapnya ;

The Party's Over

The party's over; It's time to call it a day; They've burst your pretty balloon; And taken the moon away; It's time to wind up the masquerade; Just make your mind up, the piper must be paid

The party's over; The candles flicker and dim; You danced and dreamed through the night; It seemed to be right just being with him; Now you must wake up, all dreams must end; Take off your makeup, the party's over; It's all over, my friend

Now you must wake up, all dreams must end; Take off your makeup, the party's over; It's all over, my friend; It's all over, dear friend

Pestanya sudah usai. Sudah waktunya untuk mengakhiri hari ini. Para tamu telah memecahkan balonmu yang indah. Dan telah membawa pergi bulan itu. Saatnya menyudahi "Masquerade" atau penyamaran. Putuskan saja, pemain alat tiup atau pipernya harus dibayar.

Ini jelas menandakan akhir dari sebuah kebahagiaan atau kesenangan. Bisa juga diartikan sebagai akhir dari suatu hubungan, akhir dari suatu fase kehidupan, atau akhir dari suatu momen spesial.

Sudah waktunya untuk mengakhiri hari ini. Ya, sudah saatnya kita move on dan meninggalkan masa lalu.

Para tamu telah memecahkan balonmu yang indah. Balon melambangkan kebahagiaan dan kegembiraan. Para tamu yang memecahkan balon dapat diartikan sebagai orang-orang yang telah merusak kebahagiaan dan kegembiraan.

Dan telah membawa pergi bulan itu. Bulan melambangkan romansa dan cinta. Hilangnya bulan dapat diartikan sebagai hilangnya romansa dan cinta dalam suatu hubungan.

Saatnya menyudahi "Masquerade" atau penyamaran. Masquerade melambangkan kepura-puraan dan kebohongan. Kalimat ini menunjukkan bahwa sudah saatnya untuk berhenti berpura-pura dan menjadi diri sendiri.

Putuskan saja, pemain alat tiup atau pipernya harus dibayar. Pemain alat tiup atau piper melambangkan orang yang bertanggungjawab atas pesta. Kalimat ini menunjukkan bahwa sudah saatnya untuk menyelesaikan tanggungjawab dan konsekuensi dari apa yang telah terjadi.

Secara keseluruhan, The Party's Over menggambarkan akhir dari suatu kebahagiaan atau kesenangan.

Pesta demokrasi, seperti pemilihan umum, memiliki akhir yang jelas. Sama seperti pesta dalam lagu The Party's Over, pesta demokrasi juga memiliki waktu yang ditentukan. Ketika pemilihan selesai, pesta demokrasi pun berakhir.

Dalam pesta demokrasi, ada pihak yang menang dan ada pihak yang kalah. Sama seperti dalam lagu, di mana para tamu harus menerima bahwa pestanya sudah usai, para peserta pesta demokrasi pun harus menerima hasil dengan lapang dada.

Pihak yang kalah dalam pesta demokrasi harus legowo dan move on. Sama seperti dalam lagu, di mana pemain alat tiup atau pipernya harus dibayar dan pestanya harus diakhiri, pihak yang kalah pun harus menerima kenyataan dan tidak mencari-cari alasan untuk memperpanjang pesta.

Pesta demokrasi bukan akhir dari segalanya. Sama seperti dalam lagu, di mana masih ada hari esok setelah pestanya usai, masih ada masa depan setelah pesta demokrasi selesai. Masyarakat harus fokus membangun masa depan yang lebih baik, regardless of the outcome.

"Pestanya sudah usai" - Pemilihan umum telah selesai, dan hasilnya telah diumumkan; "Sudah waktunya untuk mengakhiri hari ini" - Saatnya untuk menerima hasil dan move on; "Para tamu telah memecahkan balonmu yang indah" - Kekalahan dalam pesta demokrasi bisa terasa pahit dan mengecewakan; "Dan telah membawa pergi bulan itu." - Hilangnya bulan dapat diartikan sebagai hilangnya harapan dan optimisme; "Saatnya menyudahi "Masquerade" atau penyamaran" - Saatnya untuk berhenti berpura-pura dan menerima kenyataan. "Putuskan saja, pemain alat tiup atau pipernya harus dibayar" - Hasil pemilihan umum harus dihormati dan diterima.

Lagu "The Party's Over" dapat menjadi refleksi yang tepat setelah pesta demokrasi selesai. Lagu ini mengingatkan kita untuk menerima hasil dengan lapang dada, legowo dan move on, dan fokus membangun masa depan yang lebih baik.

Mari kita fokus membangun masa depan yang lebih baik bersama, regardless of the outcome.

Joyogrand, Malang, Sat', March 23, 2024 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun