Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengenal Struktur Kepercayaan Batak-Toba

10 Februari 2024   16:16 Diperbarui: 10 Februari 2024   16:30 865
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Guru Tatea Bulan sangat sedih atas kematian Namora Bulan. Ia kemudian meninggalkan gua tsb dan mengembara ke seluruh negeri Batak. Dalam perjalanannya, Guru Tatea Bulan bertemu dengan beberapa orang dan mereka menjadi pengikutnya. Pengikut Guru Tatea Bulan kemudian dikenal sebagai orang Batak.

Istilah "Cikalaang" berasal dari bahasa Batak yang berarti "keturunan". Cerita Cikalaang dianggap sebagai cerita asal mula orang Batak, sehingga mereka disebut sebagai "Cikalaang" atau keturunan Guru Tatea Bulan dan Namora Bulan.

Ada beberapa versi lain cerita Cikalaang yang berbeda dalam detailnya. Dalam beberapa versi, Guru Tatea Bulan dan Namora Bulan bukan manusia, melainkan dewa-dewi. Dalam versi lain, Namora Bulan tidak dimakan oleh raksasa, tetapi melahirkan anak kembar yang menjadi leluhur orang Batak.

Cerita Cikalaang adalah cerita rakyat Batak-Toba yang penting dan populer. Cerita ini menjelaskan asal mula orang Batak dan memberikan identitas bagi mereka. Cerita Cikalaang masih diceritakan dan dilestarikan oleh masyarakat Batak-Toba hingga saat ini. Cerita ini memiliki nilai budaya dan sejarah yang tinggi bagi masyarakat Batak-Toba. Memahami cerita rakyat Batak-Toba seperti Cikalaang membantu kita memahami budaya dan tradisi masyarakat Batak-Toba.

4. Sistem Kasta

Sistem kasta Hindu tidak diterapkan secara langsung di masyarakat Batak-Toba. Namun, konsep stratifikasi sosial dalam masyarakat Batak-Toba mendapat pengaruh dari sistem kasta Hindu.

5. Seni dan Arsitektur

Seni dan arsitektur Batak-Toba, seperti ukiran dan bangunan tradisional, mendapat pengaruh Hindu dalam hal motif dan desain.

Pengaruh Hindu tidak mengubah esensi kepercayaan Batak-Toba, melainkan memperkaya dan memodifikasinya. Hasilnya adalah sistem kepercayaan yang unik dan khas Batak-Toba.

Penelitian tentang kepercayaan Batak-Toba masih terus berlangsung. Memahami kepercayaan Batak-Toba membutuhkan keterbukaan terhadap kompleksitas dan keragaman budaya. Pengetahuan ini dapat membantu kita menghargai kekayaan budaya Indonesia dan membangun dialog antarbudaya yang konstruktif.

Pentingnya Memahami Perpaduan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun